Kedatangan Cia

...***...

Mobil van warna putih berlabel Star Production melaju membelah kemacetan kota. Jarak yang cukup jauh dari kantor agensi ke Senayan membuat Delfin menggunakan waktu perjalanannya untuk mengistirahatkan tubuhnya. Dengan posisi duduk dan kursi yang sedikit ditarik kebelakang, Delfin mencari kenyamanan dalam tidurnya.

Maklum, jadwal manggung yang semakin padat membuatnya harus pandai-pandai mencuri waktu istirahat di sela aktivitasnya. Selama dua bulan terakhir, Delfin disibukkan oleh jadwal tour keliling kota untuk promosi album terbarunya. Di tengah kesibukannya, ia terpaksa harus menahan rindunya pada Cia yang saat ini juga sama-sama sibuk. Ia juga harus bisa membuktikan pada Kakek Pram, bahwa ia mampu menghidupi Cia–cucunya.

Delfin ingat, saat kedatangannya ke rumah Cia untuk mengatakan tentang keseriusan hubungan mereka, Kakek Pram tidak menyetujunya. Kekhawatiran Kakek Pram tentang kondisi keuangan setelah pernikahan, karena tidak adanya masa depan untuk pekerjaan di dunia entertaiment, membuat Kakek Pram menolak hubungan mereka.

Sekarang Delfin pun harus mampu membuktikannya. Bekerja takkenal waktu untuk bisa terus menghidupi istri yang sangat ia cintai sejak masa SMA.

“Kamu sudah tau tugas kamu, kan?” dengan mata yang masih terpejam, Delfin bertanya pada Ziya yang duduk di sebelah sopir pribadinya.

Suara Delfin membuyarkan fokus Ziya pada jalanan di depannya. Ia kemudian berbalik untuk menghadap Delfin. “Belum, Pak. Tadi Pak Lukman hanya menjelaskan garis besarnya saja.”

Mata Delfin pun terbuka, kemudian memperbaiki posisi duduknya. “Gus, sampai depan, belok kiri aja. Kita ke studioku dulu, ada barang yang harus aku ambil.”

“Baik, Mas Delfin.” Bagus menuruti permintaan Delfin. Ia melewati jalan tikus untuk segera sampai ke studio rekaman miliknya.

“Namamu Ziya, kan?” tanya Delfin begitu memasuki studio yang didominasi warna putih, yang kemudian dibalas anggukan oleh Ziya.

Delfin langsung menjelaskan ruangan-ruangan apa saja yang ada di sana. “Di sana, itu ruang pribadi saya. Kalau saya sudah masuk ke sana, berarti tidak ada seorang pun yang boleh masuk. Bukan maksud saya melarang kamu, tapi terkadang saya butuh privasi untuk kenyamanan saya. Oh, tunggu sebentar. Saya ambilkan lembar kerja untuk kamu. Duduk di sini dulu,” jelas Delfin. "Gus, ambilkan Ziya minum, ya.”

“Siap, Mas.” Setelah kepergian Delfin, Bagus berjalan ke arah dapur dan kembali ke tempat Ziya dengan membawa segelas es jeruk.

“Ini, Mbak, diminum,” tawar Bagus, lalu mendudukkan dirinya di samping Ziya.

“Iya, Pak. Terima kasih.”

“Panggil Mas aja, Mbak. Saya masih muda dan single,” jelas Bagus, “Mbak Ziya juga single?”

Ziya mengangguk.

“Wah, cantik-cantik gini, kok, single?” ucap Bagus sambil menyugar rambutnya ke belakang, mengeluakan pesonanya di hadapan Ziya. “Mbak Ziya nggak minat jadi artis?”

Ziya menggeleng dengan meringis. “Kenapa? Kan –”

“Gus....” Kedatangan Delfin membuyarkan usaha Bagus untuk mendekati Ziya. Ia pun memberengut dan langsung berdiri dari duduknya. “Kamu bawa barang-barang yang baru saja saya siapkan ke mobil. Barangnya ada di ruangan saya.”

“Baik, Mas.”

Kembalinya Delfin juga membawa satu bendel kertas yang berisi daftar tugas untuk Ziya sebagai manajer Delfin dan dua lembar lagi berupa surat perjanjian selama Ziya menjadi manajernya. Delfin membutuhkan kesepakatan khusus antara dirinya dan Ziya, karena ia tidak ingin kejadian seperti Sakti terulang kembali, hingga membuatnya kalang kabut.

“Silakan dibaca. Kalau kamu sudah paham tentang tugas dan apa saja yang boleh dan tidak boleh kamu lakukan selama bersama saya, kamu bisa tanda tangan di sebelah sini.” Delfin menunjuk pada surat perjanjian yang sudah diberi materai.

Setelah memberi instruksi, Ziya segera membaca lembar demi lembar mengenai tugasnya. Kemudian ia membaca surat perjanjian. Ia terkejut saat membaca salah satu poin yang tertulis adalah tidak mencampuri urusan rumah tangga Delfin.

“Bukankah aku di sini untuk melakukan itu?” batin Ziya.

“Kenapa? Ada yang kurang?” tanya Delfin begitu meihat raut wajah Ziya yang terkejut.

“Tidak, Pak. Saya sudah paham.” Ziya segera menanda tangani surat tersebut dan mengembalikan pada Delfin. “Ini, Pak.”

“Oke. Ini satu untuk kamu. Kamu simpan selama menjadi manajer saya. Saya orangnya simpel, kok. Asal kamu menjalankan kewajiban kamu dengan baik, saya tidak akan marah. Tapi, saya minta untuk tidak mencampuri urusan rumah tangga saya, sebelum ada izin dari saya. Kamu paham?”

“Paham, Pak.”

Selesai Bagus menaruh barang, ia kembali menghampiri Delfin. “Mas, ada Mbak Cia di depan.”

“Oh, dia sudah datang. Suruh dia masuk, Gus. Saya mau naruh ini dulu ke ruangan saya.” Delfin segera membawa kembali kertas itu ke ruangannya.

Bagus pun berbalik untuk menemui Cia. Sedangkan Ziya mengeluarkan ponselnya yang sejak tadi tidak berhenti bergetar. Ia membalas beberapa pesan temannya dari Kafe Lenggah yang menanyakan keberadaanya. Ziya memang tidak sempat berpamitan pada mereka, karena ia hanya berpamitan pada Arsen, atau lebih tepatnya memaksa untuk keluar dari pekerjaannya.

Arsen begitu kaget dengan pernyataan mendadak dari Ziya, tetapi ia pun tidak bisa memaksa Ziya untuk terus bekerja bersamanya.

“Delfin ....” Suara dari arah pintu depan membuat Ziya menoleh. Seorang wanita berparas cantik dengan dress selutut dan bahu terbuka berjalan masuk. Penampilannya sangat kontras dengan suara yang dimilikinya. Menandakan bahwa wanita tersebut memang bukan dari kalangan orang biasa. Dialah Falencia Lubis Pramono, cucu dari Pak Pram dan istri dari Delfin.

Cia dan Ziya terlibat adu pandang. Cia menatap curiga wanita yang duduk dengan ponsel di tangannya. Wanita yang bisa dibilang cantik dan seksi. Namun, untuk apa ia di sini? Di studio suaminya? Sedangkan ia baru melihat wanita itu hari ini.

Cia mendekat ke arah Ziya. Berada dalam jarak dua meter cukup mampu melihat dengan jelas bagaimana kecantikan wanita itu terpancar. “Maaf, Kamu siapa?” tanya Cia.

“Saya, Ziya. Manajer Pak Delfin.”

“Manajer? Seingat saya, manajer Delfin itu namanya Sakti.”

“Ceritanya panjang, Sayang.” Delfin datang sebelum Ziya berhasil menjawab. Ia langsung memeluk tubuh Cia dengan erat, begitu pun sebaliknya. Menandakan betapa mereka sama-sama merindu.

Cia melepaskan pelukannya dan melirik tajam ke arah Delfin. Ia merasa tidak puas dengan jawaban yang diberikan suaminya. “Sakti terpaksa resign karena urusan pribadi. Aku juga baru tahu hari ini.” Delfin kembali melanjutkan sebelum Cia sempat bertanya.

“Kamu tidak curiga?” tanya Cia sambil menatap Ziya. “Bukankah ia terlalu cantik untuk sekadar menjadi seorang manajer?”

“Awalnya aku juga tidak setuju. Tapi Pak Lukman sendiri yang merekomendasikannya dan aku percaya pada beliau. Lagipula, tidak ada waktu untuk mencari manajer baru, sementara konser akan diadakan lusa.” Delfin mencoba menenangkan Cia.

Cia mencoba tersenyum di hadapan Delfin, walaupun ia tidak nyaman dengan keberadaan Ziya di samping suaminya.

Senyuman yang Cia berikan membuat Delfin cukup tenang. Jadi, ia tidak harus menjelaskan panjang lebar mengenai Ziya. “Oh ya, kamu ke sini mau ngapain? Kamu nggak ke butik?”

“Aku kangen sama kamu. Kamu semalam nggak pulang. Kamu pasti menginap di studio lagi, kan?” Cia menggelayut manja di lengan Delfin. Ia tidak peduli dengan keberadaan Ziya yang saat ini sedang menikmati adegan drama di depannya.

“Maaf, aku semalam yang menyuruh Bagus untuk mengantar ke studio, karena jaraknya lebih dekat. Dan mungkin, sampai konser selesai, aku akan menginap di sini dulu.”

“Aku boleh ikut?”

“Apa kamu yakin? Bagaimana dengan butik? Apa tidak apa-apa jika ditinggal?”

“Baiklah, aku akan pulang. Kamu juga harus ke Senayan, kan? Kamu hati-hati, ya, di sana. Maaf, aku belum bisa nemenin kamu,” ujar Cia memberikan perhatian pada Delfin.

“Dan kamu, Zi.” Ziya langsung berdiri begitu namanya disebut oleh Cia. “Tolong kamu jaga baik-baik suami saya. Jangan sampai dia telat makan apalagi telat minum vitamin.”

“Baik, Bu,” ujar Ziya sambil menunduk hormat.

...***...

Terpopuler

Comments

filaricsa

filaricsa

aman hati dan matamu Ziy, sangup ngak ?

2022-08-07

0

filaricsa

filaricsa

eeh Mas Bagus cari kesempatan deketin Ziya,. maaf Mas bukan dirimu tragetnya 😅😅

2022-08-07

0

Ruang Rindu

Ruang Rindu

uodate yg banyakin

2022-08-06

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Masalah
2 Dilema
3 Menjadi Manajer
4 Kedatangan Cia
5 Pengagum Delfin
6 Mendapatkan Hadiah
7 Provokasi
8 Membujuk Cia
9 Mengundurkan Diri
10 Pura-pura
11 Andai Saja ....
12 Mulai Mengagumi
13 Trik yang Licik
14 Amarah Cia
15 Menghasut
16 Mabuk
17 Maafkan, Sayang!
18 Kembali ke Rumah Kakek
19 Menjodohkan
20 Sandiwara
21 Model Video Klip
22 Kayak Kamu
23 Kepergok
24 Keributan
25 Duri Dalam Daging
26 Kesepakatan
27 Pura-pura Menjauh
28 Adik Ipar
29 Sama-sama Lelah
30 Terpuruk
31 Terlanjur
32 Laki-laki yang Baik
33 Meminta Maaf
34 Begitu Menyakitkan
35 Pengaruh Alkohol
36 Tidak Ingat
37 Video Klip
38 Bersikap Dingin
39 Petuah Mama
40 Perhatian Farel
41 Membandingkan
42 Penuh Luka
43 Sejenak Melupakan
44 Surat Pengadilan
45 Harga Diri
46 Duet Romantis
47 Memilih
48 Hamil
49 Secepatnya Bercerai
50 Bertanggung jawab
51 Frustrasi
52 Saran Ziya
53 Memutuskan
54 Check Up Kehamilan
55 Memperburuk Keadaan
56 Masih Mencintai
57 Pulang
58 Maaf!
59 Menghancurkan Semuanya
60 Merutuki Kebodohan
61 Semoga Bahagia
62 Menyesal
63 Mendapatkan Bayaran
64 Gara-gara Aku
65 Menebus Kesalahan
66 Rencana Tunangan
67 Surat Perjanjian
68 Pergi
69 Ancaman Pram
70 Penyesalan Tiada Bertepi
71 Saat yang Tepat
72 Masuk Rumah Sakit
73 Dipermainkan
74 Meminta Pengampunan
75 Menjelaskan Pada Delfin
76 Bersatu Kembali
77 Memilih Pergi
78 Cucu Angkat
79 Do'a Terbaik
80 Bahagia
81 Bonchap — Tinggal Kenangan
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Awal Masalah
2
Dilema
3
Menjadi Manajer
4
Kedatangan Cia
5
Pengagum Delfin
6
Mendapatkan Hadiah
7
Provokasi
8
Membujuk Cia
9
Mengundurkan Diri
10
Pura-pura
11
Andai Saja ....
12
Mulai Mengagumi
13
Trik yang Licik
14
Amarah Cia
15
Menghasut
16
Mabuk
17
Maafkan, Sayang!
18
Kembali ke Rumah Kakek
19
Menjodohkan
20
Sandiwara
21
Model Video Klip
22
Kayak Kamu
23
Kepergok
24
Keributan
25
Duri Dalam Daging
26
Kesepakatan
27
Pura-pura Menjauh
28
Adik Ipar
29
Sama-sama Lelah
30
Terpuruk
31
Terlanjur
32
Laki-laki yang Baik
33
Meminta Maaf
34
Begitu Menyakitkan
35
Pengaruh Alkohol
36
Tidak Ingat
37
Video Klip
38
Bersikap Dingin
39
Petuah Mama
40
Perhatian Farel
41
Membandingkan
42
Penuh Luka
43
Sejenak Melupakan
44
Surat Pengadilan
45
Harga Diri
46
Duet Romantis
47
Memilih
48
Hamil
49
Secepatnya Bercerai
50
Bertanggung jawab
51
Frustrasi
52
Saran Ziya
53
Memutuskan
54
Check Up Kehamilan
55
Memperburuk Keadaan
56
Masih Mencintai
57
Pulang
58
Maaf!
59
Menghancurkan Semuanya
60
Merutuki Kebodohan
61
Semoga Bahagia
62
Menyesal
63
Mendapatkan Bayaran
64
Gara-gara Aku
65
Menebus Kesalahan
66
Rencana Tunangan
67
Surat Perjanjian
68
Pergi
69
Ancaman Pram
70
Penyesalan Tiada Bertepi
71
Saat yang Tepat
72
Masuk Rumah Sakit
73
Dipermainkan
74
Meminta Pengampunan
75
Menjelaskan Pada Delfin
76
Bersatu Kembali
77
Memilih Pergi
78
Cucu Angkat
79
Do'a Terbaik
80
Bahagia
81
Bonchap — Tinggal Kenangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!