Bahagiamu Melukaiku

Hari ke 6

Aku tahu mungkin aku telah merepotkan pak Hamzah dan kedua orang tuanya karna keadaanku sangat kacau semalam, tapi aku tidak ingin dikasihani. Tidak mungkin juga dengan keadaanku yang telah bersuami aku tinggal di rumah orang lain yang nyatanya bukan keluargaku. Dosen tampan itu sudah terlalu banyak membantuku aku tidak ingin merepotkan nya terlalu banyak. Ini adalah keputusanku.

Dengan berat hati aku langsung menjelaskan bahwa aku telah menikah, dan Adam adalah suamiku. Aku tidak ingin menjadi pembohong ataupun mencari simpatik dan perhatian dari orang lain. Aku tidak ingin terlihat lemah di depan dosenku, awalnya mereka melarang pulang. Mereka menyuruhku untuk tinggal disini beberapa hari, tapi aku telah membuat keputusan dan memantapkan hatiku untuk menerima segala resiko yang akan terjadi. Aku harus menjalani hidupku, Aku percaya suatu saat nanti Adam akan mencintaiku, memperlakukanku selayaknya seorang istri bukan lagi pembantu. Aku kembali tersenyum dan yakin akan ada harapan dimana semua itu terjadi.

"Kamu yakin ingin kembali? " tanya pak Hamzah sudah yang ke 10 kalinya, pak Hamzah benar- benar khawatir denganku. Namun aku tidak ingin lari dari kenyataan dengan statusku yang telah bersuami. Meskipun Adam tidak pernah mencintaiku, tapi aku sangat mencintainya tidak peduli ada banyak pria tampan diluar sana karna yang kuinginkan hanyalah dirinya.

"Iya Pak, selama ini saya sudah merepotkan bapak terimakasih atas tumpangannya Pak, " ucapku dengan senyuman hangat. Pak Hamzah tersenyum kecil dengan kemauanku.

"Baiklah tapi saya antar, ya!" pintanya tegas dengan senyuman, aku langsung mengangguk mengiyakan. Lagi pula lumayan tidak harus membayar taksi.

***

"Semoga Mas Adam sudah tidak marah," dengan langkah tegas aku memasuki rumah megah ini. Semua terasa sepi seperti gunung yang di bangun tembok es. Dengan hati- hati aku menekan tombol bel, lalu otomatis pintu langsung terbuka. Ternyata Mbok Rati sudah menyambut ku dengan senyuman hangatnya yang begitu kurindukan.

"Aduhh! ... nyonya muda silahkan masuk, semalam mbok ngeliat nyonya pingsan mbok khawatir sekali! " mbok Rati memeluk tubuhku erat aku juga sangat bersyukur mengenal mbok Ratih disini, juga pembantu yang lain. Mereka menyayangiku selayaknya keluarga mereka sendiri. Itu yang membuatku nyaman dan betah tinggal disini.

"Iya terima kasih Mbok." Aku membalas pelukan Mbok Ratih dengan hangat. Mbok Ratih langsung mengangguk dan menghapus jejak air mataku.

"Oh jadi ternyata pria itu tidak mampu membiayai mu ya! " Sinis Adam memandangku remeh. Spontan langkahku dan mbok Rati terhenti mendengar pernyataan Mas Adam yang langsung menusuk uluh hatiku, rasa sangat sakit. Bahkan kata- kata lebih menyakitkan dari sebuah tamparan keras di wajahku.

"Maksud Mas? Aku tidak seperti itu! " Ucapku lirih menatap Mas Adam dengan tatapan meyakinkan. Ia tampak meremehkan penampilanku dari ujung kaki hingga ujung rambut.

"Murahan tetap murahan, tunggu sampai 3 bulan lagi kita bercerai! " ketusnya padaku, tanpa aku sadari ia langsung menyiramkan segelas kopi panas ke tubuhku. Rasanya kulitku seperti terbakar, aku semakin terisak.

"Arrkkhh! ... Panas...! Panas...! " teriakku mengibaskan baju kaus ku yang terkena siraman kopi panas tersebut.

"Aduhh Non," Mbok Ratih berlari panik membawaku ke dapur, cepat- cepat ia mengelap bekas siram kopi di perut dan tanganku menggunakan handuk kecil. Aku masih bersyukur bukan wajahku yang terkena siraman kalau wajahku aku tidak dapat membayangkan akan seperti apa sekarang. Tanganku terasa perih dan agak melepuh juga perutku, dengan hati- hati mbok Ratih memberikan salep ke tubuhku. Kopi itu benar- benar panas membakar kulitku dengan siraman dari suamiku, Mengapa Adam begitu tega padaku? Apa kesalahan yang ku perbuat aku hanya menyukainya tapi ia selalu menyakitiku. Apa membuatku menangis adalah tujuannya dalam rumah tangga perjodohan ini. Aku tidak ingin terlihat lemah tapi dirinya menjadikan aku sebagai orang yang paling lemah disini. Aku berharap ia bisa bersikap baik padaku dan tidak menyakitiku lagi, apakah mungkin dan semua itu akan terjadi?

"Sss ... Aduh Non Mbok gak tega liat Non disakiti sama tuan, padahal Non baik, sering bantu Mbok dan kang ujang! Tuan tega sekali....! " Mbok Ratih meneteskan air mata melihat keadaanku sekarang. Aku juga ikut terisak rasanya aku semakin cengeng mengapa aku seperti ini.

"Mbok terima kasih, saya betah disini juga karna disini ada mbok, kang Ujang dan pembantu yang lain. Kalau mbok mau aku betah, aku boleh minta sesuatu apa tidak sama mbok?" Tanyaku pada mbok Rati.

"Apa itu Non? Pasti Mbok usahakan untuk Nyonya Vinnie," Ucap Mbok Rati menggenggam kedua tanganku.

"Aku mau di panggil nama sama Mbok." ucapku lirih menatap Mbok Rati dengan tatapan lembut.

"Baiklah nak, Vinnie " Mbok Ratih menghapus air mata yang mengalir di pipiku, mbok Ratih juga mendekap tubuhku dengan pelukan hangatnya.

"Nak, mbok akan jaga kamu, mbok tidak akan biarkan kamu disakiti." aku tersenyum mendengar itu, Rasanya ada yang menyayangiku seperti ini aku sudah sangat bersyukur sekali.

*****

Hari terus berjalan sekarang sudah 1 bulan kami tinggal bersama, Adam juga semakin hari semakin kasar padaku. Itu sudah seperti rutinitas yang harus ia lakukan setiap hari. Namun aku mencoba untuk menerima semuanya suka tidak suka. Aku berusaha menjadi istri yang baik, meskipun ia sering menyakiti diriku dengan menuruti kemauan Adam yang nyatanya menyakitiku. Kemarin Adam sengaja memintaku memanjat pohon mangga di samping rumah kami, buahnya sangat lebat tapi pohonnya sangat tinggi, dengan terpaksa aku melakukannya.

"Cepat panjat pohonnya!" perintahnya seperti bos, untung waktu di kampung aku jago panjat pohon. Dengan pura- pura tidak bisa memanjat pohon aku menatap sedih wajahnya,

"Tapi mas ini tinggi aku gak bisa.." jawabku pura- pura lemah. Ia tersenyum sinis menatapku.

"Saya mau mangga, atau kamu tidak saya beri makan!" ancaman yang terdengar konyol di telingaku, dia kira aku takut lapar, aku sudah biasa kerja paruh waktu jadi aku tidak takut mati kelaparan. Tapi lagi- lagi aku pura bodoh dan lemah untuk mempermainkan nya.

Hingga aku memanjat pohon sambil tertawa dalam hati ia melihat ku dari bawah mungkin berdoa menyumpahi ku agar aku jatuh.

"Itu yang di ujung yang matang dan muda saya mau!" perintahnya lagi seperti bos kilang padi. Menyebalkan sekali,

"Yang mana Adam?" tanyaku bertanya padanya, ia menunjuk di ranting ujung. Dengan kesal aku mengambil mangga satu gerombolan, "Inikan?" tanya dia mengangguk mengulurkan tangannya untuk menampung mangga harum manis itu.

"Nih makan tuh mangga!" teriakku melempar Inya dengan mangga.

"Bugghhttt....! Bugghhttt! Bugghhttt ....!!" aku melemparinya dengan mangga untuk balasan insiden kopi. Enak saja dia menyakitiku semaunya, rasakan itu pria nyinyir.

"Awww!! ssshhhh....! sialan kau...!!" teriaknya berlari meninggalkan laman samping rumah kami. Aku tertawa melihat pakaian mahalnya terkena getah mangga muda. Dengan wajah bahagia aku mengumpas mangga di atas pohon, untungnya tadi aku membawa pisau lipat.

"Ya ampun enak banget mangga nya," ucapku takjub, makan mangga di atas pohon memang paling enak.

Terpopuler

Comments

April

April

Buta*

2020-09-11

1

April

April

ininah btl btl cinta buya

2020-09-11

0

Jumarni

Jumarni

vinnie cintamu buta

2020-09-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!