Kini, mereka telah tiba di salah satu cafe yang ada di Tanjung Balai. Banyak muda-mudi yang masuk-keluar dari cafe ini, selain tempatnya yang bagus juga tersedia live music di dalamnya. Siapa pun boleh bernyanyi dan siapa pun boleh request lagu yang dia inginkan.
Caca melihat sekeliling cafe yang baru pertama dia masuki, "Cafe baru, ya, Om?" tanya Caca mendongak melihat ke arah Riki.
"Iya, baru grand opening."
"Oh ... nyari yang diskonan? Hahahaha," tawa Caca dan membuat Riki tersenyum simpul.
'Wanita ini, bisa aja buat moodku membaik,' batin Riki yang bergeleng.
"Ih ... Om bisa senyum? Kirain enggak!"
"Dih, bisalah!"
Setelah parkirkan sepeda motor dan menaruh helm dengan baik, mereka berjalan masuk ke dalam cafe, "Mau di dalam atau di luarnya?"
"Di luar aja, Om. Mau liat Om nyanyi soalnya nanti," goda Caca yang hanya bercanda. Riki hanya menatap datar ke arah Caca sedangkan yang di tatap hanya menampilkan 'peach' saja.
Setelah memilih duduk di mana, Riki langsung membuka handphone sambil menunggu pelayan menghampiri mereka. Riki merupakan pengusaha, dirinya memiliki usaha pertokoan mulai; baju, sendal, dan beberapa kebutuhan lainnya.
Sedangkan Caca melihat-lihat pelayan yang sepertinya sangat kewalahan dengan banyaknya pengunjung. Dirinya membuka handphone juga karena merasa bosen dan melihat-lihat pesan yang masuk. Tiba-tiba saja, handphone-nya berdering dan menampilkan kontak bernama 'Amel'
"Assalamualaikum, halo ada apa Mel?" tanya Caca yang langsung mendapatkan tatapan dari Riki.
"Waalaikumsalam, Ca. Kamu di mana?"
"Aku lagi di luar, nih. Ada apa?"
"Yah ... padahal aku mau minta temenin buat ketemuan sama pacar aku."
"Maaf, ya. Aku gak bisa nemenin kamu, soalnya lagi di luar," ujar Caca yang melihat tatapan Riki kemudian langsung membuang pandangannya.
"Ya, udah gak papa. Maaf, ya, ganggu."
"Iya, gak papa."
Panggilan di putus oleh Amel terlebih dahulu, sedangkan Caca kembali fokus dengan handphone miliknya tanpa berniat menjelaskan siapa yang menghubunginya tadi pada Riki.
Tiba-tiba, handphone yang ada di genggamannya diambil begitu saja oleh Riki, "Ih! Kenapa di ambil?" tanya Caca yang kaget dengan yang baru saja dilakukan Riki.
Riki melihat-lihat handphone milik Caca, setelah dirasa apa yang dicari telah ditemukan. Riki mengembalikan handphone kepada pemiliknya itu, "Ciee ... pasti kepo tadi, ya?" goda Caca sambil menunjuk ke arah Riki.
"Dih, buat apa kepo?"
"Heleh! Gaya, kalo gak kepo ngapain tadi liat-liat handphone punya Caca?"
"Mana tau kamu berhalu dengan pura-pura telponan."
"Bilang aja cemburu 'kan?"
"Buat apa cemburu?"
"Iya, deh, iya! Yang gak pernah cemburu."
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya pelayan datang menghampiri meja mereka, "Mau pesan apa, Kak?" tanya pelayan sembari memberikan buku menu.
Riki melihat-lihat minuman sedangkan Caca melihat makanan, "Hmm ... mau ayam geprek sama es teh manis dingin, ya Kak" ucap Caca kepada pelayan.
"Baik, Kak." Pelayan mencatat menu yang diucapkan Caca tadi.
"Saya mau nasi goreng, kentang goreng, burger dua, air putih dua sama coffe satu."
"Oke, terima kasih Kak," kata pelayan menerima uluran buku menu dari Riki dan Caca.
"Kak, bentar!" ucap Caca yang membuat pelayan terhenti dan melihat ke arah mereka lagi. Sedangkan Riki yang tadinya sudah fokus melihat handphone langsung melihat ke arah mereka.
"Iya, Kak?"
"Saya bagus, gak pake pakaian ini?" tanya Caca tersenyum.
"Bagus, kok Kak," kaya pelayan melirik ke Riki yang sudah menatapnya. Pelayan hanya mampu menampilkan cengiran kepada Riki.
"Oke, makasih Kak."
"Saya permisi," ujar pelayan sambil mengangguk sebelum akhirnya berjalan menjauh dengan cepat dari meja Caca dan Riki itu.
"Ngapain nanya begitu?" tanya Riki kepada Caca yang senyum-senyum karena dipuji oleh pelayan cafe yang ada.
"Om tau? Aku dari tadi gak PD dengan penampilan, tapi Om malah gak ada muji aku dari tadi. Setidaknya, pujian tadi bisa buat aku PD bahwa aku sedikit cantik," jelas Caca.
"Kamu cantik kalau kamu nyaman."
"Dan aku tak nyaman, sehingga aku merasa tak PD. Aku butuh ucapan orang yang setidaknya memuji meskipun aku gak tau dalam hatinya sama atau tidak dengan yang dia ucapnya."
"Hmm," balas Riki yang hanya berdehem. Caca langsung memutar matanya dengan malas jika Riki sudah mengeluarkan sifat menyebalkannya itu.
Setelah berdiaman dan sibuk dengan kegiatan masing-masing, makanan yang tadi di pesan oleh Riki pun datang. Satu per satu di susun pelayan dengan rapi di meja hingga hampir penuhlah meja bulat berwarna putih tersebut.
"Terima kasih, Kak," ucap Caca sebelum pelayan pergi. Pelayan tersebut membalas dengan senyuman dan Riki menatap hal tersebut yang dilakukan Caca.
'Hal tersebutlah yang kusukai darimu, kau selalu menghormati orang tanpa melihat pangkatnya,' batin Riki tersenyum sambil melamun.
"Om kenapa? Kok senyum-senyum sendiri?" tanya Caca yang menyadari kegiatan yang jarang sekali dilihatnya itu.
"Ha? Tidak-tidak," ucap Riki gelagap karena merasa diketahui apa yang dilakukannya.
"Kok banyak banget, Om? Buat apaan nih makanan?" tanya Caca sambil menatap satu per satu makanan yang ada.
"Di makan," jawab Riki singkat dan padat lalu mulai memakan makanannya.
Caca juga mulai memakan pesanannya, dirinya mencuci tangan terlebih dahulu dan tak lupa berdoa. Di sela-sela mereka menikmati makanan suara musik pun mulai di mainkan, Caca langsung melihat ke depan yang langsung terlihat panggung music tersebut.
"Eh, Riki!" sapa seseorang yang membuat Caca langsung melihat ke arah orang tersebut. Dirinya tetap melanjutkan kunyahannya sambil membuang muka dengan malas.
"Hay," jawab Riki sekilas dan melihat ke arah Caca.
"Eh, hay! Kita yang pernah ketemu di cafe itu 'kan?" tanya Diva sambil melambai dengan rambut panjang dan berwarnanya dibiarkan terurai.
"Iya, Tante," jawab Caca mencoba seramah mungkin.
"What?" tanya Diva dengan suara terkejut.
"Kenapa?"
"Kamu panggil saya, Tante? Saya masih muda!"
"Oh, sorry Mbak!" ucap Caca sambil berusaha menelan makanannya.
"Oh, iya Riki. Aku boleh gabung?"
"Iya, silahkan."
"Terima kasih." Diva duduk dengan tersenyum dan sesekali membenarkan rambutnya itu, Caca hanya melirik sekilas dan mencoba fokus kembali ke makanannya.
"Oh, iya. Perkenalkan nama saya, Diva Nabillah. Saya sekarang sedang mengambil jurusan komunikasi S2 di luar negri dan sudah memiliki beberapa perusahaan bisnis," ungkap Amel ke arah Caca.
"Oh, iya? Gak nanya Mbak!" ujar Caca tersenyum merasa menang.
Riki hanya bisa memijit kening yang dirasa kepalanya sedikit pusing, dirinya sedikit takut akan ada kegaduhan di antara kedua wanita yang berada di depan dan sampingnya ini.
Diva tampak tersenyum kikuk menahan sabar dan memendam emosi agar tak keluar di sini apalagi dengan keadaan cafe ramai pengunjung, "Lah, kok kamu makan nasi goreng Riki? Kan, nasi goreng gak bagus buat kamu makan di malam hari," kata Diva yang seolah lebih tau tentang Riki dibanding Caca.
"Gak papa, aku udah biasa kok."
"Gimana? Kamu masih rajin donor darah? Kan, dua bulan sekali pasti donor darah."
"Masih, kok."
"Kalau begadang dan minum kopi? Masih juga?"
"Huum," jawab Riki singkat.
Sedangkan Caca, cuma tersenyum sambil menikmati makanannya dengan menggelengkan kepalanya. Riki yang melihat hal tersebut sedikit merasa takut jika bocil di depannya setelah ini akan marah atau bahkan pulang duluan lagi.
"Kalau benci sama si Mbaknya? Masih atau enggak, Om?" tanya Caca tersenyum dengan mata di lebarkan.
Diva langsung menatap ke arah Caca dengan wajah marah, "Emangnya kamu bisa benci sama aku?" tanya Diva menatap ke arah Riki kembali.
"Bisalah! Gak ada yang gak bisa di dunia ini, termasuk membenci orang yang dulunya dicinta. Orang yang pergi tanpa ada kata pamit dan memilih laki-laki lain dan dirasa laki-laki tersebut menyakiti malah sok ingin kembali lagi," sindir Caca yang membuat wajah Riki menjadi datar dan mungkin seketika dirinya mengingat ke masa lalu.
"Gak usah sok tau kamu!" tegas Diva dengan wajah yang sudah emosi karena mendengar ucapan fakta dari Caca.
"Kenapa, Mbak? Merasa tersindir?" tanya Caca dengan senyum miringnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Ndar Krenz
ane suka gaya bicara caca..lngsung sekakmat lawan bicara nya hahah
2022-08-26
2