"Makasih, Om," ucap Caca turun dari sepeda motor saat dirinya telah sampai diantar dengan selamat hingga depan pintu rumah.
"Nanti malam kita keluar, gak ada penolakan! Saya jemput kamu jam tujuh malam," ujar Riki yang langsung pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban dari Caca apakah dirinya mau atau tidak.
"Lah?" tanya Caca keheranan melihat Riki yang se-enak jidatnya mengatur Caca, "Gue kagak mau woy!" teriak Caca yang sudah pasti tidak akan di dengar oleh Riki lagi.
Caca langsung memajukan bibirnya dan memasang wajah datar, dirinya memilih untuk masuk ke rumah dengan menghentakkan kakinya pertanda emosi dengan keputusan Riki itu.
"Assalamualaikum," salam Caca dan membuka pintu rumah, "Bunda kayaknya masih di toko," sambung Caca yang melihat rumah sunyi dan langsung menutup pintu kembali.
Dirinya berjalan ke arah tempat duduk yang tersedia, mengambil remote dan menghidupkan televisi mencari siaran laki-laki botak yang tak kunjung lulus dari PAUD tersebut. Dari posisi duduk dirinya sudah berubah menjadi rebahan dan sesekali tertawa melihat tingkah laku kedua lelaki itu.
Caca membuka handphone miliknya dan menghidupkan jaringan data di sela-sela iklan, beberapa pesan masuk ke layar handphone-nya dari aplikasi hijau yang berlogo handphone itu.
[Ganti baju, makan dan cek tugas. Jangan nonton film bocil yang tak besar-besar itu!]
[Aku tak menyukai kegiatan menunggu, jadi jangan sampai aku menunggu dirimu nanti malam, Bocil!]
Beberapa detik Caca terdiam setelah membaca dua pesan dari kontak, 'Om Kulkas' tersebut. Dirinya langsung bangkit dan melihat ke jendela, apakah Riki tengah melihat dirinya, "Dih, kok bisa tau aku lagi nonton si Botak?" tanya Caca yang melihat-lihat ke arah rumah Riki yang tepat berada di samping rumahnya.
Setelah merasa tak melihat tanda-tanda bahwa Riki tengah memantau dirinya, akhirnya Caca berjalan menuju bangku lagi. Dirinya mematikan televisi dan mengambil tas dan berjalan dengan malas menuju kamar.
"Lu kenapa, sih? Kerjaannya ngancem mulu! Mentang-mentang paling tua, gitu? Lu pikir gue takut sama lu?" tanya Caca yang duduk di kasur sambil melihat foto Riki yang ada di galerinya.
Bukan disengaja menyimpan foto Riki, namun Rikilah yang memaksa dirinya untuk menyimpan foto tersebut, "Kalau kamu tidak simpan, maka jangan salahkan saya jika besok status kamu sudah berubah menjadi seorang istri." Ancaman Riki yang membuat Caca sampai susah berkata.
Entah mengapa, laki-laki yang berbeda lima tahun umurnya tersebut sangat suka mengancam Caca dan membuat wanita tersebut terpaksa mengikuti kemauannya. Tanpa dirinya pertanyakan, apakah Caca menyukai hal tersebut atau tidak.
"Makan, deh. Karena, pura-pura pinter juga butuh tenaga," ujar Caca meletakkan handphone dan berjalan ke luar setelah berganti seragam sekolah.
Dirinya memakan-makanan yang telah tersedia di meja makan, Caca bukan anak satu-satunya tetapi semua Kakak serta Abangnya telah menikah dan memiliki rumah masing-masing itu sebabnya di rumah hanya dirinya sendiri.
Setelah selesai mengisi perut, Caca langsung kembali ke kamar dan membuka tas untuk melihat apakah ada di pelajaran besok. Karena ditakutkan di waktu malam nanti, dirinya tak sempat mengerjakan.
***
Bulan telah menunjukkan sinarnya, bintang juga tak kalah ingin menyinari dan menghiasi langit di malam ini. Caca sudah bersiap-siap sambil duduk di depan televisi, Milda Sari--bunda Caca biasanya akan pulang sekitar jam sembilan malam sedangkan untuk makan malam Caca biasanya akan ada orang yang disuruh Milda untuk mengantarkan lauk-pauk untuk makan malam anaknya.
Caca juga sesekali datang dan melihat toko Milda yang menjual bahan-bahan pokok, tetapi dirinya juga selalu diingatkan Milda untuk hanya fokus pada sekolahnya saja.
Suara klakson terdengar, Caca mematikan televisi dan memasukkan handphone-nya. Caca langsung berjalan keluar dengan menggunakan sendal yang memiliki sedikit tumit berwarna hitam, tas hitam, serta baju coklat dan hijab pasmina yang di lilitnya.
Caca mengkunci pintu dan berjalan ke arah Riki yang masih duduk di motor, Riki membuka helm dan melihat penampilan Caca dari atas ke bawah dengan wajah datar.
"Kenapa? Cantik 'kan?" tanya Caca tersenyum sambil ikut melihat penampilannya.
"Ganti!" Satu kata tersebut langsung keluar dari mulut Riki ketika melihat penampilan Caca, Caca langsung menghilangkan senyuman yang ada dari wajahnya.
"Ih! Kenapa diganti?" tanya Caca.
"Ganti hijab kamu! Sejak kapan tidak menutupi seperti itu?"
"Ini namanya fashion yang lagi trend, Om! Gak gaol banget, sih!"
"Terserah! Tapi ganti sekarang juga!"
"Iya-iya!"
Caca membalikkan badan dengan memajukan bibirnya, "Tunggu!" ujar Riki.
Caca langsung tersenyum dan bersemangat kembali, dirinya langsung membalikkan badan, "Kenapa, Om? Gosah diganti?" tanya Caca dengan wajah ceria.
"Sendal juga ganti, pakai yang biasa aja. Nanti lu, Bocil jatuh kalo jalan. Jangan pakai parfum."
"Sekalian suruh semuanya ganti, Om! Sekalian! Ganti baju juga nih lama-lama!" emosi Caca yang mendengar ucapan Riki. Dirinya langsung berjalan dengan kencang masuk ke dalam rumah. Sedangkan Riki hanya tersenyum melihat tingkah wanita tersebut, memang harus ekstra banyak sabar melawan wanita. Terkadang kata 'iya' saja bisa jadi memiliki arti tidak, dan kata 'tidak' bisa jadi iya. Hanya merekalah yang mengetahui hal itu.
Mereka kini sudah berada di perjalanan, Caca hanya menyilang tangannya dengan wajah yang tetap kesal. Bahkan, dirinya sampai menolak memakai helm padahal Riki telah memaksa wanita tersebut untuk menggunakannya untuk keselamatan mereka jika terjadi apa-apa di jalanan.
"Kalo, Om paksa mulu nih pake helm! Gosah kita jadi pergi! Pergi aja noh sendirian Om!" ucap Caca ketika Riki memaksa dirinya menggunakan helm tersebut. Mau tak mau, Riki mengalah dan membiarkan Caca tak memakainya.
"Kok ke sini?" tanya Caca saat melihat Riki mematikan motor dan menurunkan cagak motornya.
"Mau pamit dulu sama Bunda."
"Oh." Caca langsung turun dari sepeda motor, "Besok-besok beli yang lebih tinggi, biar gosah ngajak-ngajak orang pendek!" ketus Caca yang berjalan masuk duluan ke toko Milda.
"Tuh orang lagi PMS kayaknya," ujar Riki tersenyum sambil menggeleng melihat kelakuan Caca.
"Kamu sama siapa ke sini?" tanya Milda yang melihat Caca tiba-tiba datang ke tokonya.
"Assalamualaikum, Tante," salam Riki yang baru saja masuk.
"Waalaikumsalam, oh ... sama Riki ternyata."
"Hehe, iya Tante. Tan, Riki izin mau jalan-jalan sebentar sama Caca, ya. Gak lama, kok."
"Boleh, kok," ujar Milda tersenyum memberi izin, "lah, ini kenapa cemberut mukanya?" tanya Milda melihat ke arah Caca.
"Tanya aja tuh, Bun! Sama Om itu," ucap Caca menunjuk ke arah Riki menggunakan bibirnya.
"Kenapa, Riki?" tanya Milda.
"Riki cuma suruh dia ganti hijab Tante. Soalnya, hijab yang dia pakai tadi tidak menutup."
"Sayang, kamu seharusnya ...."
"Ih, Bunda pasti mau membela nih Om-om. Yodah, deh. Assalamualaikum, Bunda," ujar Caca yang memotong ucapan Milda dan menyalim tangan wanita yang telah melahirkan dirinya ke dunia tersebut.
Riki pamit dulu, Tan. Assalamualaikum," pamit Riki yang langsung menyusul Caca.
"Waalaikumsalam. Ada-ada aja mereka," kata Milda sembari tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
tris tanto
standar ya kali cagak motor
2023-06-22
0
Nimas Ayu
lucu bnget mereka. ..😂😂
2022-11-21
0
Ramadhania Muhammad
lanjut
2022-07-21
0