Makasih yang berkenan hadir🙏silakan tinggalkan jejak di kolom komentar ya. Untuk yang baru mampir silakan tekan like, rate5 n votenya🙏🙏.
HAPPY READING💗
.
...
.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
.
...
.
Tn. Rathore memeriksa pengeluaran yang telah dihabiskan oleh Putrinya. Semua uang yang dikeluarkan hanya digunakan ditempat-tempat hiburan, terakhir pengeluaran di Club malam. Tn. Rathore sampai mengurut dada karenanya.
"Bekukan kartunya !!" perintah Tn.Rathore pada Asisten pribadinya.
"Baik Tuan," angguk Asistennya.
Tn. Rathore sendiri tak habis pikir, apa yang ada didalam pikiran putrinya saat ini. Padahal dia sangat berharap Aditi dapat membanggakannya suatu hari nanti.
Kalau kelakuan Aditi masih tetap seperti ini, suatu hari dia pasti akan merasa canggung jika suatu hari dirinya dalam kesulitan. Padahal selama ini, Tn. Rathore menghasilkan uang untuk Aditi juga.
"Dimana dia saat ini?" tanya Tn. Rathore kemudian.
"Nona sedang berbelanja Tuan" jawabnya. Tn. Rathore kembali menghela nafas dalam sembari menyandarkan badannya.
Disebuah pusat perbelanjaan,
Aditi sedang berbelanja bersama teman-temannya waktu itu. Dia memilih banyak barang-barang branded.
"Hari ini Aku belanja sepuasnya" ucap Adit girang. Mereka kemudian mengantri dikasir. Pertama Neha membayar terlebih dahulu, kemudian Payal dan terakhir Aditi. Aditi tampak menyerah kartu kreditnya kepada kasirnya.
"Maaf Nona kartunya tidak bisa digunakan" ucap Kasir toko itu. Aditi tercengang, Ia kemudian mengeluarkan kartu kedua.
Lagi-lagi kasir itu memberikan kartu kedua Aditi. "Maaf, tidak bisa juga Nona" ujar Kasir itu.
"Aa-apaa.., tidak mungkin" ujar Aditi terlihat bingung. Ia terdiam sesaat.
"Heii.., apa Kau sidah selesai. Kami juga mau bayar" ucap salah seorang wanita dibelakangnya.lalu menyerahkan kartu yang satunya.
"Aditi, apa yang terjadi ?" tanya Neha.
Aditi tak menanggapi pertanyaan sahabatnya itu. Raut wajahnya tampak kesal. Aditi meletakkan kembali barang-barang yang dipilihnya tadi. Kemudian ia berbalik meninggalkan Neha dan Payal dengan perasaan jengkel.
"Apa yang terjadi dengannya?" tanya Payal sambil memandang Neha.
"Hmm..," jawab Neha mengangkat bahunya tanda tidak tahu.
Aditi pulang dengan wajah kesal. Sesampai di rumah, ia langsung masuk dan mencari keberadaan Ayahnya. Tn. Rathore sedang menerima tamu diruangannya. Ada beberapa orang sedang membahas kontrak kerja sama antar perusahaan.
"Ayah..," panggil Aditi langsung nyelonong masuk ke ruangan Ayahnya tanpa permisi. Hingga semua orang yang ada diruangan itu mengalihkan pandangan menatapnya.
Tn. Rathore mengacuhkan panggilan Aditi, ia malah menyuruh Asistennya untuk membawa Aditi keluar.
"Ayah tunggu dulu, kenapa Kau membekukan kartu kreditku ? Iiiih.. ,lepaskan aku.." bentak Aditi.
"Maaf Nona, saat ini Tuan sedang sibuk" ucap Asisten Ayahnya sembari melepaskan Aditi.
Tn Rathore kembali melanjutkan pembicaraannya dengan beberapa dewan direksi. Aditi uring-uringan diluar, dengan perasaan kesal dia beranjak ke kamarnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Renu berkunjung ke rumah Imam sore itu. Ia hendak membahas beberapa mata kuliah yang kurang dimengertinya. Lagipula, sebentar lagi mereka juga akan menempuh ujian akhir.
"Kau ini bagaimana, bukan seperti itu" ujar Imam mengarahkan Renu. Imam kemudian memberikan penjelasan yang sangat rinci, Renu dengan serius menyimak penjelasannya. Kemudian, ia mencoba mengulang kembali tulisannya.
"Seperti ini ?" tanya Renu memperlihatkan hasil jawabannya.
Imam memeriksanya. "Yah, sepertinya Kau sudah paham sekarang" ujar Imam senang.
Renu menggeliat karena terlalu lama duduk. "Wooaaah.., syukurlah. Aku lelah" ujar Renu sembari menguap. "Aku ingin ke toilet dulu," ucap Renu.
"Ya sudah, sana" sahut Imam.
Renu beranjak ke toilet yang ada di Kamar sahabatnya itu. Setelah beberapa menit didalam toilet, Renu kemudian berjalan menuju cermin disamping lemari. Disana ia merapikan sedikit penampilannya.
Langkahnya terhenti saat ia hendak beranjak pergi. Pintu lemari Imam sedikit terbuka, gadis itu penasaran untuk membukannya. Perlahan, Renu membuka pintu lemari Imam dan merasa terperanjat saat melihat isinya. Tampak gambar Aditi dengan ujuran cukup besar dan disitu tertulis tulisan Aditi love Zain Imam.
"Renuu...!" panggil Imam diluar. Renu tersentak, lalu bergegas meninggalkan kamar Imam.
"Aku pulang dulu ya, sudah hampir malam" ucap Renu menghampiri Imam.
"Cepat sekali, apa Kau sudah mengerti ?" tanya Imam menatapnya.
"Iya, Aku sudah paham."
"Ya sudah, lain kali kita lanjutkan lagi" jawab Imam.
Renu kemudian meninggalkan rumah Imam dengan perasaan galau. Ternyata diam-diam sahabatnya itu memendam perasaan pada Aditi, si Gadis sombong itu.
"Bagaimana mungkin Imam jatuh cinta pada gadis angkuh itu ?" gumamnya diperjalanan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malamnya, setelah pertemuannya berakhir Tn. Rathore menghampiri Aditi dikamarnya.
"Aditi, apa Kau tidak punya sopan santun?Masuk ke ruangan tanpa permisi" omel Ayahnya menghampiri.
Aditi terlihat memutar-mutar bola matanya.
"Ayah sudahlah, Aku tidak ingin mendengar pidato Ayah saat ini" sahut Aditi menghembuskan nafas.
"KAUU..!!"
"Kenapa Ayah membekukan kartu kreditku" potong Aditi cepat. Hingga Tn. Rathore tidak sempat meneruskan perkataanya.
"Ayah memang sengaja membekukannya, kerjamu hanya menghambur-hamburkan uang saja. Kau tidak tahu bagaimana Ayah bekerja keras untuk masa depanmu" hardik Tn Rathore.
"Ayah..," ucap Aditi sedikit memelas.
"Sebentar lagi Kau akan menghadapi ujian akhir dan Ayah ingin hasil yang memuaskan. Kalau tidak, Ayah akan mengirimmu ke Kampus yang berasrama" ancam Tn Rathore dengan tegas.
Aditi terdiam sesaat.
"Ayah akan berikan uang saku saat Kau pergi ke Kampus besok, jangan membantah!" ucap Tn. Rathore sembari meninggalkan Putrinya yang terpaku. Aditi dengan kesal membanting banting gulingnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di Kampus,
Aditi duduk menopang kepalanya dengan wajah cemberut. Sejak datang ia hanya duduk terpaku tanpa bicara apapun. Kedua sahabatnya menjadi heran.
"Aditi kenapa wajahmu ditekuk begitu" tegur Payal.
Aditi menghela nafasnya. "Kalian tahu, Ayahku telah membekukan semua kartuku. Dan dia hanya memberiku uang saku segini" keluhnya sambil mengeluarkan 4 lembar uang.
"Tega sekali., kenapa?" tanya Neha.
"Dia menuduhku menghambur-hamburkannya" jawab Aditi.
"Bukankah selama ini, itu yang Kau lakukan" sindir Neha.
Aditi menatap Neha tajam. Tatapannya menjadi terhalang saat Payal menengahi. Ia takut kedua sahabatnya itu menjadi salah paham.
"Lalu, apa kata Paman Rathore?" tanya Payal mengalihkan.
"Aku harus lulus pada ujian akhir, setelah itu Aku bisa mendapatkannya lagi. Kalau tidak, Ayah akan memasukkan Aku ke asrama" tukas Aditi.
"Serius?" ucap Neha membelalakan mata.
"Hadeeuuhhh.., bagaimana mungkin. Kalian tahu sendiri kalau selama ini Aku tidak belajar" keluh Aditi. Ia kebingungan karena selama ini memang tak satu pun kegiatan belajat mengajar ia laksanakan.
"Ya ampun.., lalu apa yang selama ini yang ada dikepalamu ? Apa tidak ada satu ilmu pun yang kuasai ?" tanya Payal merasa heran dengan satu sahabatnya itu.
"Ada.., yang kutahu hanya uang, uang dan uang" jawabnya sembari bercanda. Tak berapa lama, Imam lewat didepannya sambil melempar senyum. Aditi berpikir sejenak, lalu berdiri dan bergegas menghampiri Imam.
"hai..," sapa Aditi dan duduk disamping lelaki itu.
Imam tampak malu-malu. "Ada apa tiba-tiba Kau duduk disini ?" tanyanya agak canggung.
"Kenapa, tidak boleh yah..?" tanya Aditi pelan.
"Bb-bboleh" jawab Imam cepat.
Aditi tampak memutar-mutar pulpennya, sesekali ia melirik lelaki disampingnya.
"Imam, Huufft.. Namamu terasa berat dibibirku. Bagaimana kalau Aku memanggilmu Imu saja, setuju tidak?" Ujar Aditi sembari bertanya.
"Terserah Kau saja. Kalau Kau suka begitu, Aku pun juga suka" jawab Imam senang.
"Sebentar lagi kita akan ujian kan. Bisakah Kau membantuku ? Aku ingin kita belajar bersama" ucap Aditi mengutarakan niatnya.
"Benarkah ?" tanya Imam sumringah.
"Hhmmm..," angguk Aditi tersenyum manis.
Neha dan Payal berpandangan sambil menggeleng-geengkan kepala mereka.
.
...
.
💖💖💖💖💖💖💖
.
...
.
Sejak hari itu, Imam selalu terlihat bersama Aditi. Imam mengajarkan berbagai mata kuliah pada gadis itu. Memang butuh proses untuknya agar cepat mengerti dan paham, tapi Imu (panggilan sayang Aditi 😁😁😁) selalu sabar untuk mengajarkannya.
Kedekatan mereka membuat Renu sedikit cemburu. Selama ini, ia lah yang selalu dekat dengan lelaki tompel itu. Dari kejauhan tampak Imam sedang duduk menyendiri. Renu bergegas menghampirinya.
"Hai..," sapanya sembari duduk disamping Imam.
"Hai..,"
Renu memperhatikan Imam yang sibuk membaca. "Imam, Aku perhatikan Kau sangat dekat dengan Aditi akhir-akhir ini. Kalian pacaran ?" tanya Renu mengawali pembicaraan.
Imam sedikit menghentikan bacaannya. "Tidak, Kenapa?" tanyanya balik.
"Karena Aku perhatikan dia mendekatimu akhir-akhir ini, jadi Aku pikir kalian punya hubungan khusus."
Imam tergelak mendengarnya. "Hahahaa..,"
"Kenapa Kau tertawa, ada yang lucu ?" tanya Renu mengerutkan dahinya.
"Tidak, kami dekat karena kami belajar bersama" jawab Imam sembari membenarkan kacamatanya.
"Ooooh..," ucap Renu mengangguk-angguk. Imam kembali melanjutkan bacaanya.
"Tapi Kau mencintainya kan?" tanya Renu lagi. Sontak pertanyaan Renu membuat Imam memandangnya dalam diam. "Aku melihat gambarnya di lemarimu" sambung Renu lagi.
"Aaaeeh., itu..hanya., yaahh Aku hanya mengaguminya saja" jawab Imam sedikit malu.
"Tapi Aku mendukungmu. Ayo ungkapkan kalau Kau mencintainya" ucap Renu menyenggol Imam dengan bahunya.
"Tidak-tidak..," tolak Imam semakin menekuk wajahnya.
"Aaaehh.., kenapa harus malu begitu. Cepat katakan padanya sebelum diambil orang lain" ucap Renu tersenyum dengan penuh semangat.
Imam terdiam dan berpikir sejenak. Ia berpikir perkataan Renu ada benarnya juga. Sebentar lagi mereka akan menempuh ujian akhir, dan setekah itu akan menerima tanda kekukusan mereka. Itu berarti, ia akan sulit untuk menemui Aditi lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dirumah, Imam membayangkan wajah cantik Aditi. Perasaannya benar-benar bahagia karena kedekatannya akhir-akhir ini dengan gadis itu. Imam membaringkan tubuhnya disofa. Kedua tangannya ke atas dihimpit oleh kepalanya, lalu memejamkan matanya sambil tersenyum-senyum.
Nenek melihatnya terheran-heran dan geleng-geleng kepala.
"ZAAAIIIINN..!!" teriak Nenek mengejutkannya.
Cepat-cepat Imam mengambil kacamata dan memasangnya kembali. Ia pun terkejut melihat Nenek sudah berdiri dihadapannya. Dirumah dia biasa dipanggil Zain oleh Neneknya, karena Nenek yang memberi nama itu. Dan kalau di Kampus semua orang mengenalnya sebagai Imam.
"Neneeekkk.. aaahhh.." keluhnya karena Nenek telah mengacaukan khayalannya.
Nenek manggut-mangut dan tergelak. "Kau ini kenapa senyum-senyum sendiri ? Apa Kau sedang jatuh cinta hmm..?" goda Nenek. Imam Hanya tersipu malu, wajahnya memerah.
Tak berapa lama ponselnya berbunyi. Imam melihat nama Aditi terpampang dilayar ponselnya.
"Ayo cepat Kau angkat telponnya" ucap Nenek menepuk pundaknya. Lalu ia bergegas pergi meninggalkan Cucunya itu.
"Hh-hhalo..,? jawab Imam agak malu.
"Helloo Imu., Kau dimana ? Temani Aku jalan-jalan ya..," ucap Aditi.
"Bb-baiklah.,"
"Jemput Aku didepan Kampus ya, hari ini Aku tidak bisa bawa mobil" belum sempat dijawab oleh Imam, Aditi langsung menutup telponnya.
"Hello..,hhel.."
Imam merasa kebingungan harus menjemput Aditi dengan apa, karena dia hanya mempunyai sepeda saja. Ia terlihat bolak balik memikirkan suatu hal.
Nenek yang melihatnya merasa heran. Langkah Imam terhenti saat Nenek berdiri menghalanginya.
"Kau kenapa lagi?"
"Huufft.. Ya ampun Nenek., Aditi mengajakku jalan, tapi Aku hanya punya sepeda Nek,"
Nenek menepuk bahunya. "Hiiisshh.., Kau ini. Kalau gadis itu tidak mau menerimamu apa adanya, itu artinya dia tidak mencintaimu dengan tulus."
"Nek, dia bukan Kekasihku" sanggah Imam.
"Tapi akan menjadi Kekasihmu kan?" goda nenek menggerak-gerakan alisnya.
Imam terdiam sambil melipat tangan dan mengelus-elus dagunya.
"Apa salahnya Kau mengujinya. Kau pergi memakai sepedamu itu bersamanya, dan lihat apa dia mau pergi denganmu" ujar Nenek lagi.
Imam mengangguk-angguk pelan. Benar juga kata Nenek, pikirnya.
"Baiklah Nenek, Aku akan pergi dengan sepeda saja" ucapnya.
Didepan cermin Imam menyisir-nyisir rambutnya. Lalu memakai kemaja lengan panjang, dan tak lupa kacamatanya. Sambil tersenyum, Imam melemparkan ciuman ke bayangannya dicermin dengan jemarinya.
Setelah selesai bersiap-siap, dia menaiki sepeda menuju Kampusnya. Diperjalanan dia melirik sepedanya, kemudian berangan-angan suatu saat dia akan duduk dimobil yang empuk, tanpa kepanasan dan kehujanan untuk menjemput Aditi.
Sesampai didepan kampus Imam belum melihat sosok gadis itu. Sambil menanti kedatangan Aditi, Imam duduk dipinggir trotoar sembari melepas penat. Setelah menunggu lebih dari 30 menit, sebuah mobil mewah tampak berhenti didepannya. Aditi keluar dari mobil itu dengan diantar oleh supir. Imam berdiri sumringah.
"Papu, Kau tunggu disini saja. Aku akan pergi bersama dengan temanku. Nanti malam Aku kembali kesini, tapi ingat jangan katakan pada Ayah" ucap Aditi menunjuk supirnya. Papu mengangguk patuh.
Aditi menghampiri Imam. "Ayo..!" ajak Aditi menghampiri Imam.
Imam kemudian langsung mengambil sepedanya. Aditi bengong dan ternganga melihatnya. "Apa ini ?" tanya Aditi heran.
"Hmm.., Kita naik sepeda saja ya," ucap Imam pelan. Wajah Aditi tampak lesu menatapnya. "Tapi kalau Kau tidak mau Kita naik taksi saja, bagaimana ?" tanya Imam kemudian.
Aditi menghela nafasnya dalam. "Y**a ampun, apa kata dunia Aku pergi dengan sepeda butut. Begini nih kalau pergi dengan cowok kere..Huufft.." gumam Aditi dalam hatinya.
"Ya sudah, Kita naik sepeda saja" ujar Aditi terpaksa.
Imam merasa senang, akhirnya Aditi mau pergi dengan menaiki sepeda. Aditi kemudian duduk menyamping didepan. Imam mulai menggenjot sepedanya. Hembusan angin menerpa wajah dan rambut Aditi, semakin membuat Imam kagum akan kecantikannya.
"Aditi kenapa Kau tidak pakai mobilmu saja, bukankah tadi supirmu hanya berdiri saja disana" ucap Imam.
"Kau tidak mengerti, dimobil itu ada gps-nya. Ayahku akan tahu kemana Aku akan pergi" sahut Aditi.
"Memangnya kenapa?" Imam balik bertanya lagi.
"Sudahlah, Kau tidak akan paham" balas Aditi.
"Sekarang kita kemana?" tanya Imam terus mengayuh sepedanya melewati taman.
"Ke club saja."
Imam menggenjot sepedanya dengan semangat, walau sebenarnya sangat lelah. Keringat sudah mulai mengucuri tubuhnya, tapi demi Aditi dia rela walapun sampai kelelahan.
Sesampai di Club yang diarahkan Aditi, Imam memarkirkan sepedanya. Aditi langsung masuk ke dalam, dan disusul oleh Imam.
Suara musik dan tarian orang-orang memekakkan telinga. Baru kali ini Imam memasuki tempat seperti itu. Aditi langsung duduk dan memesan minuman. Imam hanya memandang dengan perasaan gelisah.
"Aditi Kau minum?"
"Yah, kenapa? Kau mau?" Aditi balik bertanya sembari menyodorkan minuman. Imam mengibaskan tangannya didepan hidungnya karena bau alkohol itu.
"Tidak, terima kasih"jawabnya singkat.
Sebenarnya dia ingin mengatakan perasaannya tapi tak jadi karena tempatnya tidak tepat. Aditi kembali meneguk minuman, sambil mengangguk-anggukan kepala dan menggoyangkan tubuhnya.
.
...
.
💗💗💗💗💗💗💗💗
.
...
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
ᶠᴮʳ͢°nɥɔ͠ɐɔᴉʌ٭🌀⃟
Penggemar Hindi hae😍😍😍
2020-10-12
0
Radin Zakiyah Musbich
uwuw.... keren... ❤️
aq mampir...
jgn lupa jg mampir dikaryaku dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama 🍰🍰🍰
ku tunggu jejaknya ya 🍰🍰🍰
2020-10-09
0
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
lanjuuut
2020-09-29
1