Perdebatan Hati

Happy Reading.

***

Caramel masih melamun tentang sebuah nama yang tertera di bawah surat. Nama yang tidak asing baginya selama ia menjalin kasih selama tujuh tahun itu. Nama yang selalu terngiang-ngiang didalam sanubarinya.

Lili bertepuk tangan sekali tepat didepan wajah Caramel. "Loe masih mengingatnya bukan?".

Caramel mengangguk kepalanya tanda iya. "Lalu bagaimana gue harus menghadapinya Li?",tanya Caramel yang was-was.

Lili mengembuskan nafas dengan kasar. Ia juga bingung harus menyelesaikan masalah ini bagaimana. Karena ini adalah soal hati yang tidak bisa disangkut pautkan dengan perusahaan. "Loe harus hadapi kenyataannya seperti ini Mel".

Caramel berjalan mondar-mandir menghilangkan rasa gelisahnya. "Gue tahu, gue harus menghadapi kenyataan ini. Tapi, gue takut nanti Reizo salah paham karena gue harus bertemu dengan Alvaro. Loe tahu sendiri bagaimana sifat dari Rei!",cicit Caramel.

"Lalu....loe harus selalu ngertiin posisi Rei tanpa Rei tahu posisi loe seperti apa?",tanya Lili balik.

"Ini tidak perkara mudah Li. Ini soal harga diri gue di depan Rei. Rei selalu memandang rendah gue. Dan apa lagi gue bertemu dengan Alvaro karena sebuah proyek yang besar. Pasti gue akan sering bertemu dengan Alvaro",ungkap Caramel takut melihat kenyataan yang ada.

"Loe sadar gak sih. Kalau gak ada Rei, loe juga gak akan nikah sama dia. Loe akan nikah dengan Alvaro. Cowok yang baik, penyayang, sabar, bertanggung jawab dan segalanya bagi cewek".

"Tapi kenyataannya gak seperti itu Li!",tegas Caramel. "Ini bukan salah siapapun. Di posisi ini yang salah gue, gue gak seharusnya menerima pernikahan ini dari Mama tiri gue. Alvaro korban dari kebusukan Mama tiri gue".

"Terus loe mau nyalahin Mama tiri loe itu?".

"Gak. Gue gak akan nyalahin dia. Gue akan hadapi apapun rintangan yang membuat gue rapuh. Cuma Arzan yang membuat gue semangat dalam menjalani hidup gue. Hanya Arzan!".

"Ok. Gue akan dukung loe. Hari ini gue akan buat jadwal untuk bisa metting sama Alvaro. Jam 11 siang ya. Sebelum makan siang. Gue yakin pasti metting kali ini lama dan loe bisa mengejar waktu untuk menjemput Arzan",saran Lili.

"Terserah loe bagaimana buat jadwalnya. Gue ngikut aja!".

"Ok. Dan satu lagi, gue akan cari tempat strategis untuk bisa metting plus jemput anak loe!",kata Lili sebelum pergi dari ruangan Caramel.

Caramel menghela nafasnya dengan kasar sambil melihat ke arah balik tembok yang terbuat dari kaca. Apa gue sanggup menatap matanya untuk pertama kalinya setelah gue menikah?.

*

*

*

Rima dan Tiara sedang memasak di dapur dengan semangat. Lalu sebuah ketukan pintu dari luar rumah terdengar sangat jelas dan beberapa kali mengetuk. Aktivitas Rima dan Tiara terganggu dan menunda pekerjaan masak memasak. Tiara berlari ke depan pintu rumah.

Tiara yang sudah kesal dibuat oleh tamu yang tidak mempunyai sopan dan santun sama sekali. "Siapa sih, pagi-pagi udah buat keributan!",kesal Tiara yang langsung membuka pintu tanpa mengintip dahulu dari jendela.

Dan.

Deg.

Tiara tercengang melihat tamu tersebut. Nenek lampir!.

Mona masuk nyelonong ke dalam rumah tanpa memperdulikan keberadaan Tiara yang masih bengong di depan pintu rumah. Ia dengan sengaja menyenggol lengan Tiara dengan kasar. "Dimana Bunda kamu?",tanya Mona duduk di ruang tamu tanpa sopan.

Tiara menghela nafasnya jenggah melihat makhluk astral ini masuk ke dalam rumahnya tanpa permisi dan tanpa sopan santun sebagai tamu. "Bunda tidak ada. Ada perlu apa anda kesini?",tanya Tiara yang sudah dibuat panas oleh makhluk ini.

"Dasar anak gak punya sopan santun sama orang tua. Pantas saja Ayah kamu tidak betah di rumah ini!",seru Mona.

"Kenapa anda membawa-bawa nama saya!. Yang di sini yang tidak punya sopan dan santun sebagai tamu siapa?",tantang Tiara. "Anda bisa menindas Kak Amel, tapi tidak dengan saya!",lanjut Tiara.

"DASAR ANAK KURANG AJAR!",bentak Mona dengan nada tinggi menghampiri Tiara yang masih berdiri di ambang pintu.

Bunda yang melihat Mona menghampirinya sang anak, ia segera lari menghentikan aksi Mona yang mau menampar Tiara. "CUKUP MONA!",seru Bunda yang sudah berdiri di depan Tiara untuk melindungi sang anak. "JANGAN SENTUH ANAK SAYA!",ancam Bunda dengan mata yang sudah merah.

Mona tidak melanjutkan aksinya menampar anak kecil yang bicaranya yang sudah tidak bisa di kontrol itu. Ia tersenyum penuh dengan ejekan. "Akhirnya kamu keluar dari kandangnya juga!",ejek Mona berjalan ke tempat duduk yang tadi ia duduki.

"Mau apa kamu ke sini!. Belum puas kamu menjebak anakku, Amel?",tanya Bunda Rima.

"Seperti biasa saya datang ke sini mau ngambil jatah milik saya. Kenapa uangnya belum di transfer?",tanya Mona.

"Kakak belum ngirim untuk bulan ini. Anda bisa tunggu nanti sore. Karena Kakak belum membaca pesan saya!",kesal Tiara yang diperas oleh Mama tirinya itu.

Bunda Rima tersenyum mengejek Mona. "Kamu sudah tidak punya uang lagi?. Lalu Dimana uang mas Andika berada?. Bukankah mas Andika bekerja untuk kamu?",tanya Bunda Rima yang sudah muak dengan kelakuan Mona.

"Uang Mas Andika tidak cukup untuk membayar perawatan tubuh saya. Saya ingin uang lebih. Kamu pahamkan maksud saya!",jelas Mona.

"Seharusnya kamu berkaca diri untuk memperbaiki akhlak kamu untuk menjadi seorang istri, apa lagi seorang ibu. Kanya juga butuh pendidikan seperti Tiara. Maka didiklah Kanya seperti layaknya seorang remaja yang multi talenta bukan malah seperti kamu, wanita pembangkang!",kata Bunda Rima kepada Mona yang tidak bisa berperan ganda selayaknya wanita.

"Jaga ucapan kamu Rim!",teriak Mona yang tidak terima di jelek-jelekan di depan matanya sendiri. "Ini bukan saatnya untuk ceramahin aku. Aku kesini hanya ingin meminta jatah dan hak ku sebagai ibu tiri dari Caramel!",lanjut Mona.

Rima menggelengkan kepala tidak percaya atas sifat buruk dari Mona. Ia sangat heran kenapa suaminya lebih memilih dia, wanita yang tidak tahu berterima kasih. "Jatah dan hak apa yang kamu maksud itu Mon?. Aku sebagai ibu kandung dari Caramel tidak pernah menuntut hak dan jatah buat diri saya sendiri!. Selagi saya mampu untuk mencari rezeki, aku akan mencarinya hingga tetes darah penghabisan. Bukan seperti kamu, yang hanya bisa mengandalkan anak saya. Dan ingat!",lanjut Rima sambil menunjuk satu jari ke arah hadapan Mona. "Kamu sudah menghancurkan masa depan anakku, Amel. Karena pernikahan sialan itu aku kehilangan anakku Caramel. Anakku yang baik hati, anakku yang penurut dan anakku yang selalu ada buat aku. Tapi... kamu dengan paksa merampas dia dalam hidupku!",kesal Rima yang sudah tidak bisa di kontrol lagi.

"Kalau saja aku tidak menjodohkan dia, mana mungkin sekarang dia menjadi orang kaya dan hidup enak!",seru Mona yang selalu mengunggulkan dirinya sendiri lebih unggul dari siapapun.

"Dan karena perjodohan itu, anakku menderita karena mu!",sahut Rima dengan nada bertambah satu oktaf.

"Jaga mulut mu itu!. Tidak mungkin kalau dia tidak bahagia, buktinya dia juga tidak diceraikan oleh tuan Rei seperti dirimu yang di ceraikan oleh mas Andika!",kata Mona dengan ejekan yang begitu mendalam.

"Tidak apa-apa aku diceraikan oleh mantan suami saya!. Karena dia membuang berlian dalam rumahnya dan memilih batu kerikil dalam hidupnya. Karena dalam hidup ini selalu punya tujuan dan pilihan mana yang pantas dan tidak pantas buat dirinya sendiri. Dan ma Andika sangat bodoh, karena mas Andika memilih SAMPAH seperti dirimu itu!",marah Rima dengan mata yang sudah berkacamata.

Tangan Mona dengan sempurna melemparkan sebuah tamparan ke pipi kanan Rima dengan sangat keras.

Pyarrr!.

Tiara yang melihat adegan yang tidak pantas dilakukan oleh seseorang ibu adalah menampar seseorang apa lagi yang Mona tampar adalah ibunya sendiri.

...***...

...Jangan lupa untuk komen, like dan vote....

...Terimakasih....

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!