Tidak Berjanji

Happy Reading.

***

Setelah sampai rumah Caramel mengangkat Arzan ke kamar tidurnya. Sebelum ia pulang tadi, ia mengantar Lili pulang karena perjalanan satu arah.

"Nyonya biar saya saja yang mengangkat Tuan kecil!",kata Ehsan yang sebagai sopir pribadi dari Reizo sang majikan.

"Tidak usah Pak. Terimakasih sebelumnya. Saya minta tolong sama bapak, tolong tutupkan pintu mobil dan pindahkan ke parkiran ya?",perintah Caramel.

"Baik Bu",jawab Ehsan sambil menundukkan kepalanya.

Caramel berjalan sambil mengangkat putranya. sesampainya dikamar, ia meletakkan Arzan dengan pelan di ranjang. Ia lalu keluar dari kamar Arzan dan segera pergi ke dapur.

"Bu!",sapa Dewi pembantu di keluarga Abisatya. Beliau adalah pembantu yang paling senior yang ada di rumah besar.

"Bi, tolong bantu saya memotong sayuran ya?. Saya ke kamar sebentar sekalian mandi ya Bi!",ucap Caramel.

"Baik Bu. Hari ini Nyonya besar ingin makanan masakan Padang Bu!".

"Iya Bi. Nanti tolong bantuannya ya Bi!",sahut Caramel yang segera ke kamar atas untuk membersihkan dulu. Beberapa menit kemudian ia segera turun ke dapur untuk memasak.

Aku tahu, disini aku seharusnya menjadi Nyonya Reizo yang menjaga kehormatan suamiku. Tapi, aku tidak seberuntung itu. Aku disini hanya sebagai figuran dalam keluarga Abisatya. Aku sebenarnya lelah menjalankan ini semua. Dari pagi sampai malam tidak ada habis-habisnya pekerjaan ku. Kadangkala aku sampai tertidur di ruang tamu karena menunggu suamiku pulang dari bekerja. Pagi harinya lagi aku harus berangkat bekerja ke kantor dan menyiapkan sarapan buat seluruh penghuni rumah. Andai aku sudah tidak punya adik kandung, aku tidak akan memberatkan pekerjaanku. Tapi, aku sebagai Kakak harus bertanggung jawab terhadap adik kandungku yang bernama Tiara. Ia masih membutuhkan biaya pendidikan. Dan aku tidak mau punya utang budi sama suamiku sendiri. Aku banting tulang membiayai pendidikan Tiara, karena Bunda hanya seorang pekerja serabutan yang penghasilannya tidak seberapa.

Caramel dan Dewi menyajikan seluruh masakan untuk makan malam. Mereka berdua sangat telaten dan tidak ada kesalahan sedikitpun.

Caramel tersenyum puas melihat hasil masakan. "Terimakasih banyak ya Bi, sudah membantu saya!",ucap Caramel tulus.

"Saya yang harus berterimakasih sama Ibu. Sudah mengajarkan saya beberapa metode dan resep masakan Nusantara",puji Dewi. Ya udah Bu, saya kembali lagi ke dapur!",pamit Dewi.

"Baik Bi",jawab Caramel. Setelah Dewi berlalu dari hadapannya Nyonya besar yaitu Donna Abisatya turun dari lantai atas. "Dari mana aja kamu?",tanya Donna yang selalu penasaran terhadap Caramel.

"Mama. Maaf Ma, tadi Cara terlambat untuk pulang. Soalnya Arzan minta mampir ke restoran langganannya. Jadi, kita singgah sebentar",jelas Caramel.

Donna duduk di ruang keluarga yang diikuti oleh Caramel dari belakang. "Saya sudah bilang sama kamu, jangan ajak cucu saya keluar tanpa sepengetahuan saya. Saya tidak mau cucu satu-satunya saja celaka!",kata Donna dengan nada ganas.

"Maafkan saya Ma. Ini murni salah saya. Saya tidak akan mengulangi lagi kesalahan ini!",janji Caramel terhadap Mama mertua.

Dewi yang mengintip di dekat pintu merasa iba terhadap Caramel. Caramel adalah menantu idaman setiap Ibu mertua, tapi tidak dengan majikannya, beliau sangat membencinya.

"Ya udah, kembali bekerja!",kata Donna memerintah.

"Baik Ma",jawab Caramel. Ia lalu berjalan menuju dapur. Ia sebenarnya merasa sangat lelah tapi bagaimanapun ia harus berusaha lebih keras agar ia bisa membiayai pendidikan sang adik. Ia duduk di dekat meja yang terhubung dengan dapur.

Dewi menghampirinya. "Pasti Ibu sangat lelah ya?. Saya pijitin ya Bu?",tanya Dewi.

Caramel memijat tengkuknya dengan pelan. "Tidak usah Bi, terimakasih sebelumnya!",jawab Caramel.

"Tapi saya takut bila Ibu nanti sakit, Ibu harus bangun pagi setiap hari, bekerja dan masih memikirkan rumah sebesar ini. Saya takut Bu!",cicit Dewi.

"Terimakasih Bi atas perhatiannya. Tapi, itu tidak ada gunanya. Suami saya tidak peduli sama saya. Saya lelah atau tidak, saya butuh dia atau tidak, tidak ada yang mengerti saya Bi!",ungkap Caramel.

Dewi berkaca-kaca. Ia tahu sang majikan muda ini lelah menjalankan sebuah peran yang tidak mudah. "Saya tahu Bu. Tapi, setidaknya pijitan saya mengurangi lelah Ibu!".

"Kalau saya lelah Bi, saya langsung bisa pergi ke spa. Tapi, kalau hati saya yang lelah bagaimana Bi?",tanya Caramel.

"Saya bingung Bu jawabannya!",jawab Dewi sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Caramel tersenyum melihat mimik wajah Dewi. "Saya hanya bercanda Bi!. Ya udah, saya ke kamar Arzan dulu ya Bi!",pamit Caramel yang langsung pergi ke kamar Arzan. Ia tidak lupa mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Ia melihat sang anak sudah bangun dari tidur dan juga sudah mandi.

"Mamel!",sapa Arzan yang melihat Caramel di sampingnya.

"Kita makan malam dulu ya sayang. Oma sudah menunggu di ruang tengah",ajak Caramel.

"Papa Rei belum pulang ya Mamel?",tanya Arzan polos.

Caramel duduk berjongkok supaya bisa sejajar dengan sang anak. "Sayang, Papa Rei sepertinya gak pulang awal. Papa Rei hari ini banyak kerjaan, jadi pulangnya agak telat!",jelas Caramel pelan.

"Kayaknya setiap hari Papa Rei pulangnya telat terus Mamel. Kapan Papa Rei pulang cepat?",tanya Arzan yang begitu peduli dengan sang Ayah.

"Mamel gak bisa janji sayang. Karena Papa Rei begitu sibuk mengurus perusahaan. Kapan-kapan kita pergi ke kantor Papa Rei gimana?",ide Caramel.

"Arzan takut Mamel, bila nanti Papa Rei marah sama Mamel karena sudah ngajak Arzan tanpa izin pergi ke sana!",ungkap Arzan.

Caramel terenyuh mendengar ungkapan isi hati sang anak. Arzan sungguh peka terhadap situasi saat ini.

"Mamel, kalau Papa Rei tidak memberikan izin, bagaimana kalau kita pergi ke rumah Oma Rima?",saran Arzan penuh harap.

"Jangan sayang, Mamel juga tidak bisa berjanji dengan Arzan tanpa izin Oma Donna dan Papa Rei",tolak Caramel halus.

"Mamel takut?".

"Bukannya takut sayang. Mamel soalnya sudah berjanji sama Oma Donna, bila nanti seumpamanya Arzan mau pergi ke sesuatu tempat, Mamel harus izin dulu sama Oma Donna!",jelas Caramel supaya sang anak paham.

"Tapikan Arzan anak Mamel. Dan Mamel juga berhak atas Arzan. Arzan juga kangen sama Oma Rima, Mamel!",cicit Arzan memeluk Caramel.

Caramel membalas pelukan sang anak. "Mamel sayang banget sama Arzan. Jangan benci Mamel sedikitpun ya sayang!. Mamel tidak bisa hidup tanpa Arzan di sini!",ungkap Caramel.

"Arzan juga sayang banget sama Mamel. Arzan janji, bila nanti Arzan sudah tumbuh dewasa seperti Papa, Arzan akan membahagiakan Mamel. Arzan janji Mamel!",ungkap Arzan.

Caramel berkaca-kaca di pelukan sang anak. Ia tidak menyangka bahwa anak semata wayangnya mampu membuat ia menangis. "Terimakasih ya sayang!".

***

Setelah makan malam selesai, Caramel langsung membantu anaknya belajar di kamar. Ia tidak mau bila Arzan mengikuti les tambahan karena Caramel tidak ingin menyia-nyiakan tumbuh kembang sang anak. Ia mengikuti tumbuh kembang sang anak dengan baik.

Pada saat Arzan sedang membuat tugas sekolah, Caramel duduk di samping Arzan dan tidak sengaja ia tertidur tetapi Arzan tidak mau membangunkan sang Mama. "Tidur yang nyenyak Mamel!. Arzan akan belajar sendiri ya!",cicit Arzan berbisik pelan.

Tiga jam kemudian, Caramel terbangun dari tidurnya. "Astaghfirullah!",ucapnya pelan sambil mengusap wajahnya pelan. Ia sudah tidak melihat Arzan duduk di sampingnya lagi. Tetapi, Arzan sudah tidur di ranjangnya bersama Reizo yang sedang memeluk putra sulungnya. Maafkan Mamel sayang! batin Caramel yang melihat sang anak tertidur pulas dalam dekapan sang ayah. Ia menyelimuti dengan sangat pelan, supaya Reizo dan Arzan tidak terbangun. Lalu ia keluar dari kamarnya.

Tiba-tiba Siska datang dari arah berlawanan. Siska adalah adik dari Reizo. "Dari mana saja loe!",tanya Siska yang sadisnya minta ampun.

"Maaf Sis, tadi Kakak tertidur di kamarnya Arzan. Ada apa?",tanya Caramel.

"Dimana Kak Reizo menyimpan dokumen perusahaan yang tadi di tanda tangani sama klien?",tanya Siska.

"Kakak gak tahu Sis. Nanti kalau Kak Reizo sudah bangun, Kakak akan tanya soal itu. Tapi, kalau Kak Reizo masih tertidur, Kakak gak berani untuk membangunkannya",jawab Caramel bijak.

"Bilang aja gak boleh!",seru Siska yang langsung berlalu dari hadapan Caramel.

Caramel menghembuskan nafasnya pelan. Ia heran, kenapa satu keluarga mempunyai sifat yang sama, yang selalu membuat hati seseorang sakit hati. Ia melihat Siska semakin menjauh dan hilang dari hadapan Caramel.

...***...

...Jangan lupa untuk komen, like dan vote....

...Terimakasih....

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!