Hari yang di tunggu-tunggu semua orang pun tiba karena ini adalah weekend dan Chessy akan memanfaatkan kesempatan itu untuk jalan-jalan ke alun-alun kota Jember sendirian tanpa seorang toxic. Chessy ingin menikmati hari-hari tanpa si wanita ular, Sylia.
"Hah? Yakin? Ke alun-alun? Sendiri?" tanya Mamah Dewi dan langsung mendapatkan anggukan dari Chessy. "Tumben sendirian. Nggak ngajak Sylia? Kenapa juga dia belum kesini jam segini?" Mamah Dewi heran.
"Nggak ah … terlalu sering sama dia juga nggak enak. Udah kayak lintah aja, nempel terus. Kemana-mana harus sama dia terus. Chessy juga pengen jalan sendiri, kali ...," jawab Chessy dengan nada benci. Mamah Dewi mengerutkan keningnya dan menatap heran pada Chessy. Biasanya kemanapun Chessy pergi, Sylia selalu ikut, tapi kali ini kalimat yang terlontar dari mulut Chessy benar-benar mengejutkan.
"Kamu nggak lagi berantem sama Sylia'kan? Kamu nggak pernah bicara dengan nada begitu loh?" tanya Mamah Dewi kembali. Chessy hanya diam. Dia sangat ingat selalu memanjakan Sylia bahkan mendapat biaya kuliah full dari Papahnya. Namun sialnya, Sylia tidak benar-benar kuliah dan hanya menghamburkan uang Papanya.
Sylia selalu berfoya-foya dengan uang kiriman dari Papahnya, tapi kali ini Chessy tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Untung saja saat ini kedua Kakaknya sudah pindah ke kota Surabaya karena desakan Chessy. Saat itu kedua Kakaknya batal pindah ke Surabaya karena Chessy dan Sylia kecelakaan, padahal itu adalah rencana Sylia supaya bisa menggoda salah satu Kakak Chessy. Entah itu Rakha ataupun Rikho. Jadi, Chessy ingin pergi sendiri untuk menghindari kecelakaan itu.
Mengingat kejadian-kejadian di masa lalunya, jantung dan hati Chessy bergemuruh hebat seolah akan pergi dari tempatnya masing-masing karena amarah yang ditahan oleh Chessy. "Bukan cuma berantem Mah, tapi Sylia udah rebut semuanya dari Chessy, bahkan cucu kesayangan Mamah juga meninggal gara-gara wanita ular itu," batin Chessy tak berani bicara macam-macam.
"Ches!" seru Mamah Dewi menepuk bahu Chessy. " Ditanya malah ngelamun," tegur Mamah Dewi lagi.
"Em nggak kok Mah, kami baik-baik aja. Chessy cuma butuh ketenangan aja kok. Sebentar lagi ujian jadi pengen aja nikmatin hari-hari sebelum sibuk belajar," jawab Chessy bohong.
"Mau sarapan dulu nggak? Ini ada ayam goreng sama sambel terasi loh," tawar Mamah Dewi mengambilkan piring kosong.
"Nggak Mah, Chessy mau bakso kabut aja nanti. Chessy pergi dulu ya Mah." Setelah berpamitan, Chessy pergi menggunakan ojek online. Mamah Dewi makin heran dengan sikap Chessy yang berubah beberapa hari ini.
Tiba di alun-alun, Chessy duduk di bawah pohon kelapa sambil menikmati angin dan melihat anak-anak yang sedang sibuk berlari kesana-kemari. "Rara Sayang, apa Bunda bisa bertemu denganmu lagi? Bunda kangen banget sama Rara," air mata Chessy pun menetes tanpa bisa ditahan. Cukup lama Chessy berdiam diri menatap ke depan dengan tatapan kosong.
Sampai ada bola yang menghampirinya dan seorang anak kecil dengan gamis biru muda dan hijab instan dengan warna sedana menghampirinya. "Tante itu bolaku!" seru anak itu meminta bola yang sedang dipegang Chessy. Chessy berdiri dan menghampiri anak itu.
"Adik kecil mainnya hati-hati ya. Jangan jauh-jauh," ucap Chessy mengelus ujung kepala anak kecil itu. Anak itu makin membuat Chessy mengingat Rara.
"Terima kasih Tante!" anak itu pun kembali bergabung dengan temannya. Chessy menghela nafas panjang dan mengalihkan pandangannya. Chessy melihat sekeliling taman dan sudah makin banyak pengunjung di alun-alun itu. Chessy berjalan tanpa arah sambil sesekali menoleh mencari hal yang menarik perhatiannya.
Benar saja, secara tak sengaja Chessy melihat seorang nenek yang ragu-ragu untuk menyebrang jalan. Beberapa kali Nenek itu mundur karena ada motor atau mobil. Chessy segera menghampiri Nenek itu dan merangkulnya.
"Ajeng teng pundi Mbah?"
(Mau kemana nek?)
"Ajeng meriko cah ayu,"
(Mau kesana gadis cantik,)
Chessy pun membantu Mbah tersebut menuju tempat tujuannya. Ternyata Mbah itu hendak membeli pecel gudeg yang katanya sang cucu suka dengan makanan itu. Dengan sabar Chessy menuntun Mbah tersebut sampai di kedai yang menjual pecel gudeg yang dimaksud sang nenek. Dan tak lama dari itu seorang laki-laki datang menghampiri keduanya.
"Mbah?" panggil laki-laki itu.
"Putuku Erkan, sampean wes teko Nang?"
(Cucuku Erkan, kamu sudah datang, Sayang?"
Itu adalah Erkan yang khawatir karena Kakeknya bilang kalau sang Nenek pergi sendiri mencari makanan kesukaan dirinya di alun-alun. Tanpa memikirkan capek, Erkan segera menyusul sang Nenek. "Enggeh Mbah, ayo pulang." Erkan tak cukup pandai berbahasa Jawa. Walaupun begitu, Mbah Uti dan Mbah Kakung cukup tau dan mengerti jika diajak bicara bahasa Indonesia.
Mbah Uti pun mendapatkan pesanannya dan akan kembali dengan Erkan, sebelum itu Mbah Uti berpamitan dulu dengan Chessy. "Suwun nggeh nduk, Mbah wangsol rien," kata Mbah Uti berpamitan pada Chessy dan mendapatkan lirikan lembut dari Erkan.
(Terima kasih Dek, Nenek pulang dulu,)
Chessy dan Erkan sempat saling bertatap mata untuk beberapa detik dan Chessy langsung mengalihkan perhatian pada Mbah Uti yang dia tolong menyebrang dan mengantarkannya ke kedai itu. "Enggeh Mbah, sing ati-ati nggeh Mbah, assalamu'alaikum."
(Iya Nek, hati-hati ya,)
Chessy pun pergi tanpa kembali menoleh pada Erkan. Namun, berbeda dengan Erkan yang menatap punggung Chessy dengan seksama dan merasa mengenal wanita cantik dengan celana Levis biru dan sweater navy dan rambut tergerai rapi dengan memakai sling bag.
"Er ayo balek," ajak Mbah Uti. Erkan pun mengangguk dan menuntun Mbah Uti berjalan menuju motor yang dipinjamnya dari tetangga Mbah Uti.
___________
Matahari sudah hampir diatas kepala Chessy. Namun, Chessy masih belum punya tujuan atas langkah kakinya sejak pagi tadi. Chessy hanya berjalan dan berjalan menikmati ramainya alun-alun kota Jember yang dia rindukan itu.
Sejak menikah dengan Devan, Chessy jarang sekali keluar dari rumah. Mungkin hanya makan malam yang cuma sesekali saja Devan mengajaknya. Selebihnya, Chessy hanya dirumah dengan Rara karena kondisinya.
Chessy ingat jika dirinya bahkan belum makan sesuap nasi sejak pagi. Kini perutnya mulai protes karena belum terisi sedikit pun makanan dan minuman. Dulu Chessy suka sekali makan bakso kabut dan es jeruk dengan Sylia, tapi sekarang bahkan mengingat namanya saja Chessy sangat ingin berteriak sekencang mungkin.
Dengan menarik nafas dalam-dalam Chessy kembali menenangkan pikirannya dan celingukan mencari penjual yang menarik perhatian matanya. Ternyata tak jauh dari tempat Chessy berdiri, ada penjual bakso yang menarik perhatiannya. Chessy pun menghampiri walaupun itu bukan bakso kabut kesukaannya.
Setelah Chessy memesan, Chessy duduk dipojokan menghindari kerumunan orang-orang yang sedang makan siang juga. Tak lama dari itu, satu mangkok bakso dan es jeruknya datang. Chessy menyantap dengan lahap makan siangnya. Setelah kenyang dan membayar pesanan, Chessy kembali berjalan tak tentu arah. Chessy ingat jika disekitarnya ada sebuah Mall. Akhirnya Chessy memesan ojek dan pergi ke Lippo Plaza Jember untuk mendinginkan kepalanya.
Chessy masuk ke dalam Mall dan berjalan-jalan mencari sesuatu yang mungkin dia butuhkan. Karena tidak fokus dengan jalannya, Chessy menabrak bahu seseorang. "Aduh!" rintih Chessy hampir terjatuh namun ada yang menahannya tubuhnya.
"Hati-hati," suara seorang laki-laki. Chessy pun menoleh ke sumber suara.
"Hah? Dia lagi?" batin Chessy melihat Erkan di depannya dan menoleh pada seorang gadis cantik yang menahan tubuhnya.
"Jalannya yang fokus Kak," senyum gadis itu pada Chessy dan melepaskan Chessy dari pelukannya.
"Maaf ya, dan terima kasih." Chessy menundukkan kepalanya sedikit lalu pergi.
"Dia cantik, boleh tuh digoda," ledek Aylin.
"Gue kesini mau nemuin calon istri," jawab Erkan bernada datar.
"Oiya lupa hm …."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Makiyah
wkwkwkwk lintaaah, nempel bgt gak kaya perangko
2023-03-10
1
Eka Priyanti
lajut
2022-07-25
1