Sementara itu sebuah keluarga terpandang di negara Turki sedang berdebat. Wasiat perjodohan itu ditolak mentah-mentah oleh orang yang bersangkutan. "I Will not marry, okey? I am still young." (Aku tidak akan menikah, aku masih muda)
Teriakan seorang laki-laki tampan blasteran Turkey dengan hidung mancung dan tubuh tinggi itu membuat semua orang yang berkumpul di ruang keluarga terkejut. Laki-laki yang begitu terkenal dingin dengan wanita itu menolak bahkan marah dengan perjodohannya.
"Hei you? Kamu udah 23 tahun baby Er. Young apanya yang young? Usiamu udah pantas untuk menikah. Menikah itu enak loh. Apa-apa ada yang ngurus," goda Bibi Lunara.
"Er udah ada yang ngurus." Jawabnya dengan nada kesal.
Erkan selalu dipanggil baby Er oleh sang Bibi karena Bibi dulu selalu mengasuh dan menjaga Er saat pergi berlibur ke Jember.
"Biarkan saja dia melajang seumur hidup." ucap Paman Ahmed santai.
Erkan memijat pelipisnya karena merasa pusing setiap hari dipaksa untuk menikah agar wasiat orang tuanya terlaksana dan karena Er harus menikah jika ingin warisan dan perusahaan yang ditinggalkan Babanya menjadi atas nama dia.
Erkan Fuat Demir adalah seorang yatim piatu sejak usianya 15 tahun. Er tinggal bersama kedua orang tua dan Mbah Uti serta Mbah Kakung di kota Jember, Jawa Timur. Namun, sebuah kecelakaan maut membuat Erkan menjadi seorang yatim piatu dan dibawa oleh sang Bibi ke Turkey.
Baba Erkan adalah warga asli Turkey, sedangkan ibu Erkan asli dari Jember. Sang Papa sangat mencintai Ibunya dan meninggalkan semuanya di Turkey kepada sang kakak Lunara demi hidup bahagia bersama sang istri yang tak mau meninggalkan kedua orang tuanya di Jember.
Bibi Lunara sendiri pernah tinggal dan menetap beberapa tahun di Jakarta demi menghindari perjodohan dari sang Baba, hingga Bibi Lunara bertemu dengan Paman Ahmed yang asli warga Turkey namun bekerja di Jakarta saat itu. Dan mereka pun kembali ke Turkey sebagai pasangan suami istri.
"Sebaiknya kenali dulu calon istrimu. Jika kamu benar-benar tidak cocok dengannya, akan Bibi pikiran untuk tidak memaksamu menikah dengan pilihan Babamu." kata sang Bibi membuat Er memutar bola matanya.
"Bibi, please! Er mau melanjutkan S2 dulu. Er mau fokus belajar. Kalau Er menikah, dia hanya akan menyusahkan Er saja." tolak Er lagi.
"Big no! Kamu harus ke Indonesia dan temui calon istrimu. Emang kamu nggak kangen sama Mbah Uti dan Mbah Kakung? Lagian buat apa sih S2 segala, kita kan udah punya perusahaan sendiri. S1 juga udah cukup." Bibi Luna masih mencoba meyakinkan Erkan.
"Jangan beri dia uang untuk kuliahnya kalau Er nggak mau kawin, termasuk uang bulanan juga. Biar dia cari sendiri. Cabut juga semua fasilitasnya. Keluarkan dari perusahaan sebagai ceo jadi cleaning servis aja." kata Paman Ahmed.
Erkan terlihat berfikir. Memang sudah sangat lama Er tidak bertemu dengan Mbahnya. Pasti mereka sekarang sudah makin tua dan yang jelas mereka pasti merindukan cucu satunya yaitu Erkan sendiri. Belum lagi kalau paman Ahmed serius dengan ucapannya, Er benar-benar harus mencari uang sendiri karena keuangannya saat ini dipegang oleh paman dan bibinya sebagai ganti kedua orang tua Er sebelum Er menikah.
"Kamu itu cucu satu-satunya. Jangan jadi cucu durhaka yang nggak mau menjenguk Mbahmu. Kamu pergi dulu ke sana sekalian kamu liburan setelah wisuda nanti. Kamu juga masih mau dong lanjut kuliah? Gimana? Ide Bibi oke kan?" Bibi Luna mencolek pipi Er dan membuat Er sedikit menjauhkan kepalanya dan mengangkat satu alisnya karena risih.
"Bibi jangan begitu terus. Aku bukan lagi anak kecil. Aku udah dewasa." Er menggeser tempat duduknya agar sang Bibi tak bisa mencolek pipinya lagi.
"Oya? I am still young! Siapa yang bilang begitu tadi? Siapa sih lupa." Lagi-lagi sang Bibi menggoda Er.
"Oke, Er akan ke Jember setelah wisuda nanti." Er pun mengalah dan pergi ke kamarnya meninggalkan bibi Luna serta paman Ahmed di ruang keluarga.
Paman dan Bibinya bersama menghela nafas lega karena wasiat sang adik akan segera berakhir. Sebelum wasiat itu tercapai, jelas saja mereka tidak akan tenang.
"Kamu melakukan dengan baik Sayang," goda paman Ahmed pada istrinya. Tapi Bibi Luna masih merasa khawatir jika Er tidak akan menyukai calon yang telah ditentukan oleh Babanya.
"Sudahlah. Kita serahkan semuanya pada Er. Gadis itu cantik dan pintar. Pasti Er suka."
"Tapi di sering buat onar di sekolah, bahkan sering mengajukan permohonan untuk mengeluarkan teman sekolahnya."
"Adikmu tidak akan salah pilih. Kamu pasti tau itu."
Di sela percakapan paman dan bibi Er, datanglah Aylin dari sekolahnya.
"Kenapa begitu tegang Mom?" sapa Aylin yang baru saja pulang sekolah. Aylin adalah anak dari paman dan bibi Erkan yang masih kelas 2 SMA.
"Erkan akan ke Indonesia." jawab Bibi Luna.
"Waw! I will come." kata Aylin sangat antusias.
"No, kamu masih sekolah." tolak Paman Ahmed.
"Ihh Dad, kapan lagi aku bisa ke Indonesia? Aku bisa ijin Dad, please! Pokoknya aku akan ikut dan bertemu dengan calon adik ipar. Hmm lalala lalala ...." Aylin pergi ke kamarnya dengan bersenandung karena gembira.
Meskipun tinggal di Turkey, keluarga Demir lebih sering berbahasa Indonesia karena wasiat sang Baba (Ayah) untuk tidak melupakan bahasa Indonesia karena keturunan mereka nantinya akan ada orang Indonesia, dan itu memang benar adanya, tapi terkadang juga berbahasa Inggris hanya sesekali saja.
Sesuai kesepakatan, setelah wisuda Erkan akan pergi ke Indonesia untuk menjenguk Mbah Uti dan Mbah Kakungnya dan juga untuk mengenal calon istrinya. Er diberi sebuah surat oleh Bibinya untuk ditunjukkan pada keluarga calon istrinya nanti.
"Hei Er, will you leave me?" teriak Aylin pada Er yang sudah akan keluar dari rumah.
"Awas kalau di Indonesia merepotkan," ancam Er.
"Aku Kakakmu Er, aku yang akan menjaga mu huh," Aylin menabrak pundak Er dan berjalan keluar menuju taxy yang sudah siap mengantar mereka ke bandara.
"Dasar wanita, pasti akan merepotkan." keluh Er pada Bibinya.
"Sudah, be carefull dan sampaikan salam Bibi pada Mbah Uti dan Mbah Kakung ya." Bibi Luna mengusap sebelah bahu Er.
"Hm, assalamu'alaikum." Er mencium punggung tangan paman dan bibinya lalu masuk ke mobil.
__________
Chessy dan Sylia sudah pulang sekolah. Pastinya mereka pulang bersama dengan mobil yang menjemput Chessy. Tapi sepanjang hari Chessy masih meratapi takdirnya yang kembali ke masa lalu. Chessy merasa ini adalah keajaiban yang diminta anaknya Rara pada Tuhan.
"Ches, kok ngelamun? Bukannya lu biasanya pulang sekolah ketemuan dulu sama Kak Devan?" Sylia mengingatkan kebiasaan Chessy.
"Ah hari ini aku malas bertemu Devan. Kalau kamu mau ketemu dia turunlah. Aku mau langsung pulang." jawab Chessy kemudian menyandarkan kepalanya di kursi mobil lalu menatap keluar jendela sebentar, lalu memejamkan matanya.
"Lagi mens ya? Tumben jutek," goda Sylia. Chessy ingat kalau dirinya sedang datang bulan, maka apa pun itu akan dia tunda dan memilih untuk tidur di kamar.
"Hm," jawab Chessy singkat.
"Oke Sylia turun di depan ya Pak Tarjo. Mau ke supermarket dulu." perintah Sylia pada supir Chessy.
"Iya Non," jawab Pak Tarjo.
Sylia benar-benar sangat ramah dan berwajah polos dengan siapapun dia bicara. Bahkan dulu, dia juga sering bermanja dan merengek pada Chessy jika ingin sesuatu dan hal itu pasti langsung Chessy berikan.
Mengingat hal itu Chessy merinding dan jijik dengan sikapnya. Chessy benar-benar seperti di sihir oleh Sylia karena selalu menuruti dan memberikan apa pun yang Sylia minta, bahkan itu uang saku Chessy.
"Kenapa gue begitu bodoh sih dulu," gunam Chessy.
"Kenapa Non?" tanya Pak Tarjo yang sedikit mendengar perkataan Chessy.
"Nggak Pak. Nggak pa-pa." jawab Chessy dan kembali memejamkan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Makiyah
ini krmbali ke masa lalu untuk balas dendam.. Yeeees!!!
2023-03-10
2
🍃Red Green🍂
wawa uthornya dr jember ya?
2022-08-21
1
Elisabeth Ratna Susanti
top 👍
2022-08-07
0