Sesuai perkataan Zahra kemarin lusa, siang ini dia dan Zulfa pergi ke rumah orang tua Amir. Dalam pikiran Zahra banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya, kira-kira hal penting apa yang akan disampaikan.
"Kak, kira-kira orang tua Mas Amir mau ngomongin apa ya?" tanya Zulfa disela-sela perjalanan mereka.
"Kakak juga nggak tahu, Dek. Nanti kita juga tahu kalau udah sampai sana."
"Iya Kak."
Tak berselang lama, mereka sudah tiba di depan rumah orang tua Amir.
"Assalamualaikum," ucap Zahra dan Zulfa bersamaan.
"Waalaikumsalam, eh Zahra dan Zulfa. Ayo, masuk bapak dan ibu ada di dalam!" sambut Amir.
"Iya, Mas."
Mereka melangkah memasuki rumah Amir, "Pak, Bu. Ini Zahra dan Zulfa udah datang," panggil Amir.
"Silakan duduk dulu, biar aku buatkan minum!" pamit Amir. Setelah Amir ke dapur, bapak dan ibunya menemui Zahra dan Zulfa di ruang tamu.
"Maaf ya Neng, jadi ngerepotin karena nyuruh kamu ke sini," ucap Bapak Amir.
"Enggak apa-apa kok, Pak."
"Em, kalau boleh tahu ada apa ya kok Bapak dan Ibu meminta saya ke sini?"
"Kita tunggu Amir dulu ya. Biar enak ngomongnya kalau sudah pada kumpul," sahut Ibu Amir.
"Iya, Bu."
"Silakan diminum, Ra, Fa!" Amir menyuguhkan teh hangat di cangkir pada Zahra dan Zulfa tak lupa untuk orang tuanya juga.
"Berhubung semua sudah ada di sini, Bapak akan mulai saja." Bapak Amir membuka pembicaraan.
"Begini, Neng Zahra. Sebenarnya alasan kami meminta kamu untuk datang ke sini, yaitu ingin membicarakan pernikahan kamu dengan Amir."
Deg
Baik Zahra maupun Zulfa sama-sama terkejut, bahkan Zahra tak pernah berpikir akan bisa menikah dengan Amir. Walaupun mereka sudah lama menjalin hubungan, tetapi tak membuat Zahra banyak berharap agar bisa bersatu dengan Amir.
"Bapak serius meminta saya menikah dengan Mas Amir?" tanya Zahra ragu.
"Iya, Neng. Kami sudah memikirkannya jauh-jauh hari," sahut Ibu Amir.
"Bapak dan Ibu tahu sendiri kan bagaimana kehidupan kami sehari-hari? Saya takut Bapak dan Ibu nanti menyesal karena mempunyai menantu seperti saya."
"Inshaallah kami menerima kamu dan adikmu dengan tangan terbuka, Neng. Kami sama sekali tidak mempermasalahkan keadaan kalian, mau kalian kaya atau miskin kami nggak peduli. Yang kami tahu kamu anak yang baik dan nggak neko-neko," jelas Ibu Amir.
Disaat semua sedang sibuk membicarakan pernikahan, Zulfa hanya terdiam dengan tatapan kosong. Dia tengah memikirkan nasibnya ke depan jika kakaknya menikah.
Zahra yang menyadari ekspresi adiknya pun mulai angkat bicara kembali, "Beri saya waktu untuk berpikir, Pak, Bu! Jujur saja, saya belum tega meninggalkan adik saya sendirian apalagi dia masih sekolah," ucap Zahra berterus terang.
"Semua kami serahkan pada kamu dan Amir. Sebaiknya kalian diskusikan lagi, Bapak dan Ibu hanya sebagai perantara saja."
"Baik, Pak, Bu. Terima kasih atas pengertiannya," ucap Zahra sambil menggenggam lembut tangan adiknya untuk meyakinkan semua baik-baik saja.
-
-
-
Sepulang dari rumah orang tua Amir, Zulfa jadi lebih banyak diam. Bicara pun hanya sesekali itupun jika Zahra yang memulai pembicaraan.
"Dek, kamu kenapa dari tadi kok diem aja?"
"Lulus sekolah nanti aku mau langsung kerja aja, Kak."
"Enggak boleh! Kakak nggak ijinin kamu buat kerja, kamu harus bisa jadi orang sukses," tolak Zahra dengan tegas.
"Aku cuma mau mandiri, Kak," lirih Zulfa dengan menundukkan kepalanya.
"Dek, dengerin Kakak! Kakak nggak akan larang kamu buat kerja kalau kamu sudah sarjana dan punya pekerjaan tetap yang baik."
"Biarin Kakak yang nggak bisa melanjutkan pendidikan, tapi itu nggak berlaku untuk kamu. Kamu harapan satu-satunya yang bisa menjunjung martabat keluarga kita kelak," imbuh Zahra.
"Kalau Kakak nikah nanti aku sama siapa?"
"Kamu tenang ya. Nanti Kakak akan ngomong lagi sama Mas Amir gimana baiknya. Kakak juga nggak tega kalau harus ninggalin kamu sendiri," ucap Zahra sambil menenangkan adiknya dan Zulfa pun menganggukkan kepalanya.
"Sekarang jangan sedih lagi, ya! Kalau kamu sedih Kakak juga ikut sedih, kita akan hadapi semua bersama-sama." Zahra menghapus air mata adiknya lalu mencium keningnya.
"Aku sayang Kakak," ucap Zulfa lalu memeluk tubuh Zahra.
"Kakak juga sayang banget sama kamu," balas Zahra sambil membalas pelukan adiknya.
-
-
-
Malam harinya di sebuah club malam, Bu Diana yang saat itu baru selesai melayani tamu di hadang oleh seseorang.
"Ibunya Zulfa kan?"
"I-iya, ka-kamu siapa?" ucap Bu Diana terbata-bata.
"Saya Rosa teman satu sekolah Zulfa."
Deg
Jantung Bu Diana berdetak kencang, keringat dingin mulai membasahi dahinya.
"Ada perlu apa, ya?" tanya Bu Diana.
"Tidak ada, hanya ingin memastikan saja kalau benar Anda ibunya Zulfa," balas Rosa.
"Kira-kira gimana ya reaksi Zulfa kalau tahu ibunya adalah seorang wanita malam?"
"Sa-saya mohon jangan beritahu Zulfa tentang pekerjaan saya!" mohon Bu Diana dengan mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
"Kasih tahu nggak, ya? Lagian apa untungnya juga buat aku? Mau aku kasih tahu atau enggak juga gak bakalan ngaruh buat aku," pungkas Rosa lalu pergi meninggalkan Bu Diana.
"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Aku nggak mau kalau sampai anak-anak tahu pekerjaanku, apalagi Zulfa dia pasti akan sangat membenciku," gumam Bu Diana yang mulai resah karena perjumpaannya dengan Rosa.
Bu Diana pun kembali ke dalam club, beliau akan memikirkan cara agar Zahra dan Zulfa tak tahu pekerjaannya yang sebenarnya.
"Ros, emang kamu kenal ibu tadi?" tanya Silvi, teman Rosa saat datang ke club tadi.
"Kenal, dia ibunya Zulfa. Yang waktu itu kita samperin dia di kelasnya."
"Oh, cewek itu. Ternyata, ibunya seorang wanita malam. Bakal jadi senjata bagus nih, buat mempermalukan dia."
"Kamu benar, aku akan atur rencana untuk itu," jawab Rosa dengan tersenyum licik.
Alasan Rosa sangat membenci Zulfa karena cowok yang dia incar malah menyukai Zulfa. Dia sangat iri dengan Zulfa, baginya Zulfa adalah saingan terberatnya baik dalam hal pelajaran hingga urusan percintaan.
Walaupun Zulfa seorang gadis polos yang sederhana, tetapi banyak cowok yang menyukainya terutama Bryan, cowok yang selalu jadi incaran Rosa selama ini.
Malam semuanya, jangan lupa untuk kasih like dan komen ya 😘😘. Masukin juga di daftar favorit kalian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments