Tidak Terlawan

Axela masih kebingungan mencari alasan. Namun, wanita yang ada di depannya keburu bosan menunggu jawaban yang terlontar dari bibirnya Axela. Hingga akhirnya, ia memutuskannya untuk mengambil dompet milik Alsha yang tergeletak di atas laci.

"Aku lupa. Kau hanya rabun. Bukan buta. Kalau begitu, untuk apa aku pusing-pusing memikirkan kaca mata?" Ia membuka dompet milik Alsha dan menghitung sejumlah uang yang ada di dalamnya. "Aku akan mengambil semua uang ini. Ternyata kau wanita yang hemat juga. Bukankah ini uang gajimu karena kau sudah mencuci baju pembantu yang ada di rumah ini?" ledek wanita itu dengan senyuman sinis.

"Benar, Nyonya. Saya mendapat bayaran setelah mencuci dan menyetrika baju salah satu pembantu yang ada di rumah ini. Sesuai dengan perintah Nyonya."

"Bagus, anak pintar. Memang derajatmu lebih rendah daripada pembantu. Jadi, kau pantas melakukan semua itu. Jika kau ingin mendapatkan yang kau inginkan, kau harus bekerja. Karena aku tidak akan pernah memberimu uang untuk belanja." Wanita paruh baya itu tertawa seolah ada yang lucu si sana. Setelah mengambil semua uang yang ada di dalam dompet Alsha, ia pergi meninggalkan Axela sendirian di sana.

Axela menghela napas panjang sebelum masuk mengambil kaca mata. Ia memakai kaca mata itu agar tidak ada yang curiga lagi. Setelahnya ia berjalan menuju ke dapur untuk membuat sarapan pagi.

Satu-satunya menu sarapan pagi yang kini terlintas di dalam benaknya adalah nasi goreng. Axela juga bukan tipe wanita yang hobi masak. Tidak banyak menu makanan yang bisa ia olah dengan lezat. Walau begitu, ia berjuang keras agar bisa memasak makanan yang lezat seperti yang dilakukan Alsha.

"Non, apa yang anda lakukan di sini? Anda mau masak apa?"

Bi Ina adalah satu-satunya pembantu yang sudah lama bekerja di rumah itu. Ia yang mengenal betul bagaimana kisah hidup majikannya. Sebenarnya bisa di bilang juga kalau hanya Bi Ina satu-satunya orang yang selalu memperhatikan Alsha. Namun, wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa ketika ibu tiri dan kedua saudara tiri yang dimiliki Alsha menyiksa Alsha.

"Saya mau masak nasi goreng, Bi," jawab Axela. Ia mengambil kecap dan mengumpulkan semua bahan di dekat kompor.

"Biar bibi saja yang masak, Non."

"Jangan, Bi," tolak Axela. Ia mengukir senyum dan memotong-motong sosis daging yang ada di meja. Wanita itu ingin sekali menaburi makanan buatannya dengan racun agar semua orang yang jahat terhadap Alsha keracunan. Namun, dia tidak mau bertindak gegabah.

"Non, anda baik-baik saja?" Bi Ina memegang baju Axela yang basah. Memang tadi saat Luisa dan Youra menyiram air, Axela belum sempat ganti baju. Kini wanita itu harus masak sambil mengenakan pakaian basah.

"Tidak, apa-apa Bi," jawab Axela. "Saya bisa melakukannya sendiri."

Bi Ina diam sejenak sambil memperhatikan gerak-gerik Axela yang memang sangat jauh berbeda dari Alsha. Setiap kali ingin memotong bawang, biasanya Alsha mengambil bawang merah lebih dulu. Sedangkan Axela bawang putih lebih dulu. Namun, ia juga tidak mau membuat hidup majikannya menjadi tambah susah. Hingga akhirnya Bi Ina menghilangkan rasa curiga itu dari kepalanya dan memutuskan untuk pergi meninggalkannya sendiri.

"Non, Bibi pergi ke belakang dulu ya," pamit Bi Ina.

"Iya, Bi," jawab Axela dengan senyuman. Ketika sedang asyik mengiris bawang, tiba-tiba Axela kembali ingat dengan perkataan Alsha. Wanita itu sempat bilang kalau satu-satunya orang yang bisa di percaya hanya Bi Ina.

"Secepatnya aku harus memberi tahu Bi Ina kalau Alsha sudah tidak ada. Pasti dia akan sangat sedih," gumam Axela di dalam hati.

***

Nasi goreng sosis telah matang. Axela cepat-cepat menata makanan tersebut di atas meja. Ia melirik sekilas wajah Luisa dan Youra yang sudah menunggu dengan perut lapar sebelum menunduk hormat.

"Saya permisi dulu, Nona."

"Tunggu!" Youra menahan Axela. Wanita itu meletakkan sendok dan garpu yang sempat ia genggam ke piring. "Kau tidak makan bersama kami?"

Jelas saja pertanyaan Youra membuat sang adik dan ibu kandungnya kaget. Sejak Tuan Andra meninggal, sejak saat itu juga Alsha tidak diperbolehkan makan di meja makan.

"Tidak, Nona. Saya akan makan di dapur," tolak Axela.

"Berani sekali kau menolak niat baikku!" Youra menuang nasi goreng yang sempat ada di piringnya ke lantai. Wanita itu berdiri dan menarik Axela dengan kasar. "Makan nasi goreng ini! Aku ingin kau menghabiskannya!" perintah Youra dengan nada yang begitu kasar.

Axela berlutut di bawah kaki Youra sambil melihat nasi goreng yang berserak di lantai. Sebelumnya belum ada yang berani memperlakukannya seperti ini. Dia wanita yang sangat di segani. Pemimpin sebuah geng yang ditakuti oleh bawahannya. Penghinaan seperti ini memang sudah tidak bisa di toleransi lagi. Namun, Axela tidak mau rencananya sampai gagal.

"Cepat makan!" perintah Youra lagi.

Alsha mengambil nasi itu dengan sendok yang tergeletak di tangannya dan memasukkannya ke mulut. Tatapan penuh dendam itu memang sangat menakutkan. Namun, ia tidak mau memperlihatkannya di depan semua orang.

"Tumben gak nangis. Biasanya sedikit-sedikit nangis terus lari deh ke kamar," ledek Luisa sambil melahap sarapan paginya.

Youra berjongkok di samping Axela. "Bagaimana rasanya? Apa enak?" bisik Youra dengan senyuman penuh kemenangan.

"Enak, Nona," jawab Axela dengan nada lemah.

Youra menjambak rambut Axela dan menyuapinya dengan sendokan nasi yang begitu banyak.

"Habiskan. Wanita sepertimu pantas mendapatkan hukuman seperti ini. Jika besok kau bangun telat lagi, aku akan memberimu hukuman yang jauh lebih kejam! Apa kau mengerti?" ketus Youra.

Axela hanya bisa mengangguk dengan mata memerah menahan tangis. Sebenarnya dia bukan menangisi nasibnya sendiri. Melainkan membayangkan penderitaan yang di rasakan Alsha selama ini.

"Bagus!" Youra menghempaskan Axela ke lantai.

"Sekarang bersihkan semua ini dan pergi. Aku tidak selera makan jika melihat wajahmu ada di sini!"

Axela menunduk sambil mengutip nasi yang berserak di lantai. Setelah bersih, cepat-cepat ia berlari ke dapur. Semua orang yang ada di meja makan menertawakannya dengan keras.

"Dasar cupu!" ujar Luisa.

"Bisanya cuma nangis. Sedikit-sedikit nangis," sahut Youra.

"Sudah. Kalian harus segera menghabiskan sarapannya. Nanti terlambat. Bukankah kau akan mengantarkan adikmu pemotretan?" ucap Nyonya Nasa.

"Ya, ma," jawab Youra dan Luisa bersamaan. Mereka berdua segera melahap sarapan pagi mereka tanpa mempedulikan keberadaan Axela lagi.

Di dapur, Axela memukul dinding hingga tangannya memerah. Hatinya sudah tidak sabar untuk membalas perbuatan semua orang yang telah menyakitinya.

"Aku harus segera melakukan sesuatu. Aku tidak bisa lama-lama ada di rumah ini. Mereka bertiga bukan manusia. Mereka sangat kejam." Axela memandang sebuah laci yang ada di dekatnya. Wanita itu menarik laci tersebut sebelum tersenyum tipis. "Sepertinya aku sudah bisa memulai aksi balas dendam ini sekarang," gumamnya di dalam hati.

Terpopuler

Comments

Cherry blossom

Cherry blossom

suka sama tokoh utama yng kuat

2022-10-05

0

kusgrisela

kusgrisela

aku mampir mbk sisca, aku suka ciri khas novel mu yg tokoh wanitanya gak lemah dan selalu kuat walaupun ditimpah dg penderitaan dan gak bertele"😍

2022-08-07

0

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Axela ...jangan beritshu apapun dulu pada bi Lna tentang Alsha
Axela,,.ayo fokus untuk balas dendam atas meninggalnya Alsha....

2022-08-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!