Lamaran Dadakan untuk Pujaan hati

Setelah mendengar suara itu, Alisa menangis sesegukan. Sedangkan ummi Hani dan Hendra sangat jelas mendengar suara seorang pemuda yang di foto itu.

Ummi Hani menatap Andi. Dan Andi menggelengkan kepalanya. Ummi Hani bingung dengan maksud kode dari Andi.

Hadeuuuhhh.. dasar udah tuwir! masa' kode gitu aja nggak ngerti sih??

Akhirnya Andi menulis sesuatu di ponsel nya dan menyuruh ummi Hani untuk membacanya.

Saat tadi tuan dan nyonya sedang bercerita tentang mimpi, tuan Gilang menelpon saya dengan video call namun saya tolak. Takut, nanti mbak Alisa ngamuk dan sedih.

Eh malah si bos nelpon lagi dan nggak sengaja tersambung dan jadilah beliau mendengar semua cerita tuan dan nyonya. Karena sudah tidak tahan melihat mbak Alisa menangis, maka beliau lebih memilih untuk berbicara.

Padahal beliau dilarang untuk berbicara walau hanya kata hai saja. Tuan dan nyonya dengar sendiri kan apa yang di katakan oleh tuan saya??

Beliau berpesan, biarlah suara tadi hanya ilusi bagi mbak Alisa. Walaupun kita juga mendengar nya. Cukup dengan tenangkan mbak Alisa dan jaga ia untuk tuan Gilang! itu saja.

Setelah membaca tulisan Andi yang panjang kali lebar, membuat Abi Hendra dan ummi Hani mengangguk bersamaan.

''Lis... sudah! Jika memang kalian berjodoh maka ia akan menemukan jalan nya sendiri. Sebaiknya kita cerita kan tentang masalah anak kita! Lis...'' bujuk ummi Hani.

Alisa tidak menggubris nya. ''Ia pergi Hani.. tak kan kembali lagi .. lalu bagaimana dengan ku?? Apa yang harus aku lakukan agar kami bisa bersama?? Aku menyayangi nya melebihi diriku sendiri.. bahkan ketika aku dengan bang Emil saja, aku tidak pernah secinta ini pada nya.. apa yang harus aku lakukan Hani.. Ndra.. aku nggak kuat jauh darinya..'' Isak Alisa lagi.

''Sabar sayang.. Allah sedang menguji mu.. agar nanti kebahagiaan mu semakin sempurna saat bertemu dengan nya.. bersabarlah.. banyak berdzikir mengingat Allah! Mengadukan pada Nya! Hanya ia yang tau tentang hati setiap manusia..'' lirih ummi Hani.

''Aku baru sadar.. jika kepergian nya ini menorehkan luka baru untuk mu.. tapi kau harus kuat Lis.. demi anak mu.. anak kita? Kamu sudah berjanji kan? Jika salah satu anak kita, akan kita jodohkan??'' tanya Abi Hendra.

Tepat setelah perkataan Abi Hendra, Alisa mendongak. ''Ya, aku sampai lupa! maaf..'' lirihnya.

''Sudahlah sayang.. tidak ada yang perlu kita maafkan disini. Kamu memang berhak kok untuk menangisi nya. Minta lah sama Allah, agar kalian bisa berjodoh nantinya. Dan sebelum itu, mari kita bahas tentang kedua anak kita yang sudah saling menyukai sejak pertama kali bertemu!'' ucap ummi Hani, setelah nya ia terkekeh.

''Kalau begitu, saya pamit mbak.. bos eh maksud saya pak Kosim, sudah menelpon untuk segera kembali. Saya permisi! Terimakasih teh nya mbak!'' ucap Andi dengan mengedipkan matanya pada Alisa, membuat Alisa melototkan matanya.

''Hahaha.. selow mbak.. kaburrrr...'' ucap Andi sembari dengan kencang takut di timpuk sendal eh Alisa.

''Dasar adik kurang ajar!!'' geram Alisa, membuat dua paruh baya yang belum tua itu terkekeh.

''Sudah ah! Ayo kita bahas anak-anak kita! Kapan mereka akan kita ikatkan??''

...****************...

Dua orang remaja masih setia di mesjid, karena Annisa tertidur setelah kelelahan bermain.

Ditemani oleh Raga, Ira menidurkan Annisa di dalam mesjid itu. Setelahnya mereka berdua saling berdiam diri.

''Ra.. kamu masih ingatkan tempo hari? Saat kita belanja?''

''Kenapa kak?? Ada yang lupa kah??'' tanya Ira.

''Enggak.. kakak membeli sesuatu untuk mu! kamu ingat nggak waktu itu Abang nanya apa??''

''Kakak beli sesuatu untuk seseorang??'' tanya Ira untuk memastikan.

Raga mengangguk. ''Ya. Di dalam mesjid ini.. dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim.. Ira Sarasvati! Maukah kamu menjadi istri masa depan ku kelak?? Menjadi sahabatku dalam suka dan duka, mengarungi bahtera rumah tangga bersama.. dan juga menjadi ibu dari anak anakku nanti.. apakah kamu bersedia?? Kakak tau.. ini terlalu cepat. Jika tidak sekarang, kakak takut kamu akan dilamar orang duluan.. sejak pertama kali bertemu dengan mu, kakak sudah menyukai mu Ra.. Maukah kamu menerima nya??'' tanya Raga dengan menatap Ira begitu dalam.

Mereka berdua duduk berhadapan. Karena Raga ingin bicara serius dengan nya. Apa yang terjadi pada Ira saat mendengar sebuah kata lamaran dari pujaan hatinya??

Mulutnya menganga lebar, matanya mengerjab-ngerjab lucu. Raga yang tadinya serius kini berubah jadi tertawa.

''Kamu kenapa?? kok mengap-mengap gitu sih??''

''Kakak nggak salah nih?? Ngelamar aku disini??'' tanya Ira sambil menunjuk tempat duduk mereka.

Raga tertawa. ''Nggak ada yang salah sayang.. ini beneran! ini cincin asli! lengkap dengan suratnya! Ada pasangannya, tapi nanti aja saat kita menikah. Itu akan kakak jadikan mahar untuk mu! Bagaimana kamu terima?? Lagipula ini rumah Allah loh.. biasanya segala sesuatu yang terikat dirumah Allah pastilah kuat, ia tak kan goyah sekalipun! Kamu terima??'' tanya Raga lagi.

Ia menjadi tak sabar ingin mendengar jawaban sang pujaan hati. Ira mengerjabkan matanya berulang kali.

''Tapi...''

''Tenang sayang.. setelah dari sini, kakak akan mengabarkan kepada ummi tentang hal ini.''

Ira mengangguk dan menunduk. Pipinya merah merona. Raga yang gemas melihat nya, mencubit pipi itu membuat sang empu manyun.

''Jangan manyun-manyun gitu bibirnya! Kakak nggak bisa cium kamu! belum halal!'' celutuk Raga, membuat Ira merapatkan bibirnya kembali.

''Kemari kan tangan mu!'' titah Raga, dan Ira menurut.

Ira memberikan tangan kanan nya kepada Raga untuk di pakaikan cincin yang sangat cantik menurut Ira.

Gadis kecil itu terharu, ia menitikkan air matanya di depan Raga. ''Jangan nangis.. kamu cantik memakai apapun! Semua ini nyata sayang.. bukan mimpi! Mulai saat ini, kamu adalah calon istriku di masa depan! Nggak akan ada yang bisa memisahkan kita berdua karena Allah lah sebagai saksi kalau kakak telah mengikat mu dengan nama Nya dan dirumah Nya.'' tegas Raga

Membuat Ira mengangguk. ''Jadi.. kapan pun kakak memanggil mu, kamu harus datang! baik itu dalam hal sekolah ataupun bukan! kita harus tetap bersama dan kompak! ya sayang??'' tanya nya membuat si gadis tersenyum malu-malu.

''Jangan panggil sayang napa?!'' sewot Ira dengan sedikit menunduk.

''Kenapa memang nya??'' tanya Raga sembari terkekeh.

''Malu....'' sahut Ira dengan menunduk. Pipinya lagi dan lagi merah merona.

Raga terkekeh melihat pujaan hatinya ini.

''Terimakasih! karena sudah menerima pria kecil yang belum bisa apa-apa ini? Tapi kakak berjanji padamu! kakak akan berusaha sekuat mungkin untuk memenuhi segala kebutuhan mu nanti. Katakan apapun yang kamu mau, jangan meminta sama Mak lagi ya? Mulai sekarang, kita berdua harus bisa mandiri tidak bergantung kepada orang tua. Tunjukkan kepada mereka, jika kita bisa! kamu mau kan sayang??''

Ira tersenyum. ''Tentu By.. ups!'' Ira keceplosan membuat Raga mematung mendengar ucapan Ira baru saja.

''Coba ulangi! kakak mau dengar!'' titah Raga.

''By...'' lirih Ira begitu pelan.

Tapi Raga bisa mendengarnya.

Cup.

Raga mengecup kening Ira yang tepat berada di depannya.

''Terimakasih sayang.. jika kita berdua panggil dengan itu. Tapi jika kita sedang di khalayak ramai, panggil seperti biasa!'' imbuh Raga.

Ira mengangguk patuh. Lama mereka berbicara berdua disana. Walau kadang Ira masih malu-malu terhadap Raga.

Tapi semua itu sudah terlihat setelah mereka berdua resmi menjadi sepasang kekasih yang sebentar lagi akan menuju halal.

Mungkin.

💕

Suka nggak sama ceritanya??

TBC

Terpopuler

Comments

Huzaima Moh Arif

Huzaima Moh Arif

ko bisa main nyosor aj blm di halalin loh

2022-10-23

3

lihat semua
Episodes
1 Perjodohan
2 Perjodohan 2
3 Asisten Andi
4 Lamaran Dadakan untuk Pujaan hati
5 Permintaan Alisa
6 Acara perlombaan
7 Membela mu
8 Menginap
9 Calon mantu
10 Dingin
11 Rindu
12 Melepas Rindu
13 Ketiduran
14 Malu
15 Di sekolah
16 Di perjalanan
17 Air terjun Sipisopiso
18 Berkemah
19 Tersesat
20 Histeris
21 Sadar
22 Gubuk tua
23 Terpaksa melakukan
24 Bertemu Timong
25 Sinar leser
26 Penunjuk jalan
27 Pulang
28 Di sidang
29 Masalah besar.
30 Pernikahan Dini
31 Sah
32 Mengamuk
33 Gila??
34 Berprasangka baik
35 Gelora Muda
36 Masa sulit Ira
37 Tidak pantas
38 Pelengkap hidupku
39 Interogasi Pelaku
40 Dia Istriku!
41 Penjelasan Raga
42 Berbicara dari hari ke hati
43 Berbesar hati menerima nya
44 Cinta Dalam Nestapa 1
45 Ujian lagi.
46 Bukan Pembawa sial
47 Annisa ngamuk
48 Berdamai Dengan Takdir
49 Pesan Ira
50 Kelemahan Ku
51 Mondok
52 Tidak suka
53 Pilih Aku? Atau calon istrimu?
54 Memaksakan kehendak
55 Jatuh dari pohon rambutan
56 Ummi ngambek!
57 Mencoba untuk melupakan
58 Di abaikan
59 Persahabatan putus karena ulah orang yang egois!
60 Sahabat rasa saudara
61 Mak Alisa Resah
62 Menantang Ragata
63 Menikahlah dengan ku!
64 Pak Armand
65 Liburan
66 Ragata berangkat ke Inggris
67 Kesepian
68 Raga tiba di Inggris
69 Bertemu Sonia
70 Gelisah
71 Sengaja untuk memanasi
72 Aku tidak akan melepas mu sampai kapanpun!
73 Pindah apartemen
74 Kepulangan Raga dari Inggris
75 Kepulangan mu membawa luka untukku
76 Bertahan walau harus sakit
77 Makan bersama
78 Kamar Rahasia
79 Kedatangan Papi Gilang
80 Kemarahan Papi Gilang
81 Jangan membunuh nya, Ummi!
82 Tertutup Niqob
83 Penjelasan Ragata
84 Bukti
85 Flashback
86 Flashback 2
87 Flashback 4
88 Flashback 5
89 Flashback 6
90 Flashback end
91 Kelemahan Ragata ada pada Ira
92 Menjemput Ira
93 Pergi? Meninggalkan ku?
94 Cinta dalam Nestapa
95 Sepucuk Surat cinta untuk Ragata
96 Tangisan Raga
97 Satu hati satu jiwa
98 Raga tanpa Ira seperti Raga tanpa nyawa
99 Masuk rumah sakit
100 Koma
101 Menjenguk Raga
102 Kedatangan Tuan Krisna
103 Ira kembali
104 Meninggalkan ku?
105 Ragata masih hidup?
106 Kebersamaan bersama setelah sekian tahun
107 Cerita Masa lalu
108 Kedatangan Ustadzah Zafa
109 Dokter Salim Dan Ustadzah Zafa
110 Sakit yang sama?
111 Aku siap!
112 Menggoda Istri
113 Resepsi pernikahan?
114 Resepsi pernikahan Ragata & Ira
115 Aku milikmu!
116 Pengantin Usang rasa baru
117 Proses Penyembuhan
118 Perawat Baru yang datang dari masa lalu
119 Santi
120 Kisah masa lalu timbul di masa depan
121 Menjemput Istri tercinta
122 Pacaran setelah menikah
123 Pasangan halal
124 Kemarahan Ragata
125 Berdarah
126 Bersih dan lancar
127 Senang bukan main
128 Kejutan kecil untuk Sang istri
129 Sepatah kata dari Ira
130 Pasangan kompak
131 Semua untukmu hunny..
132 Periksa
133 Hamil baby twins
134 Kabar gembira
135 Cucu?!
136 Nujuh bulanan
137 Ajak gelud
138 Cerita tentang Sonia
139 Melahirkan
140 Kembar sepasang
141 Aqiqah dan penabalan nama
142 Cinta dalam nestapa End
143 Extrapart
144 Extrapart 2
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Perjodohan
2
Perjodohan 2
3
Asisten Andi
4
Lamaran Dadakan untuk Pujaan hati
5
Permintaan Alisa
6
Acara perlombaan
7
Membela mu
8
Menginap
9
Calon mantu
10
Dingin
11
Rindu
12
Melepas Rindu
13
Ketiduran
14
Malu
15
Di sekolah
16
Di perjalanan
17
Air terjun Sipisopiso
18
Berkemah
19
Tersesat
20
Histeris
21
Sadar
22
Gubuk tua
23
Terpaksa melakukan
24
Bertemu Timong
25
Sinar leser
26
Penunjuk jalan
27
Pulang
28
Di sidang
29
Masalah besar.
30
Pernikahan Dini
31
Sah
32
Mengamuk
33
Gila??
34
Berprasangka baik
35
Gelora Muda
36
Masa sulit Ira
37
Tidak pantas
38
Pelengkap hidupku
39
Interogasi Pelaku
40
Dia Istriku!
41
Penjelasan Raga
42
Berbicara dari hari ke hati
43
Berbesar hati menerima nya
44
Cinta Dalam Nestapa 1
45
Ujian lagi.
46
Bukan Pembawa sial
47
Annisa ngamuk
48
Berdamai Dengan Takdir
49
Pesan Ira
50
Kelemahan Ku
51
Mondok
52
Tidak suka
53
Pilih Aku? Atau calon istrimu?
54
Memaksakan kehendak
55
Jatuh dari pohon rambutan
56
Ummi ngambek!
57
Mencoba untuk melupakan
58
Di abaikan
59
Persahabatan putus karena ulah orang yang egois!
60
Sahabat rasa saudara
61
Mak Alisa Resah
62
Menantang Ragata
63
Menikahlah dengan ku!
64
Pak Armand
65
Liburan
66
Ragata berangkat ke Inggris
67
Kesepian
68
Raga tiba di Inggris
69
Bertemu Sonia
70
Gelisah
71
Sengaja untuk memanasi
72
Aku tidak akan melepas mu sampai kapanpun!
73
Pindah apartemen
74
Kepulangan Raga dari Inggris
75
Kepulangan mu membawa luka untukku
76
Bertahan walau harus sakit
77
Makan bersama
78
Kamar Rahasia
79
Kedatangan Papi Gilang
80
Kemarahan Papi Gilang
81
Jangan membunuh nya, Ummi!
82
Tertutup Niqob
83
Penjelasan Ragata
84
Bukti
85
Flashback
86
Flashback 2
87
Flashback 4
88
Flashback 5
89
Flashback 6
90
Flashback end
91
Kelemahan Ragata ada pada Ira
92
Menjemput Ira
93
Pergi? Meninggalkan ku?
94
Cinta dalam Nestapa
95
Sepucuk Surat cinta untuk Ragata
96
Tangisan Raga
97
Satu hati satu jiwa
98
Raga tanpa Ira seperti Raga tanpa nyawa
99
Masuk rumah sakit
100
Koma
101
Menjenguk Raga
102
Kedatangan Tuan Krisna
103
Ira kembali
104
Meninggalkan ku?
105
Ragata masih hidup?
106
Kebersamaan bersama setelah sekian tahun
107
Cerita Masa lalu
108
Kedatangan Ustadzah Zafa
109
Dokter Salim Dan Ustadzah Zafa
110
Sakit yang sama?
111
Aku siap!
112
Menggoda Istri
113
Resepsi pernikahan?
114
Resepsi pernikahan Ragata & Ira
115
Aku milikmu!
116
Pengantin Usang rasa baru
117
Proses Penyembuhan
118
Perawat Baru yang datang dari masa lalu
119
Santi
120
Kisah masa lalu timbul di masa depan
121
Menjemput Istri tercinta
122
Pacaran setelah menikah
123
Pasangan halal
124
Kemarahan Ragata
125
Berdarah
126
Bersih dan lancar
127
Senang bukan main
128
Kejutan kecil untuk Sang istri
129
Sepatah kata dari Ira
130
Pasangan kompak
131
Semua untukmu hunny..
132
Periksa
133
Hamil baby twins
134
Kabar gembira
135
Cucu?!
136
Nujuh bulanan
137
Ajak gelud
138
Cerita tentang Sonia
139
Melahirkan
140
Kembar sepasang
141
Aqiqah dan penabalan nama
142
Cinta dalam nestapa End
143
Extrapart
144
Extrapart 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!