Dewa datang ke sekolah sedikit kesiangan karena tadi pagi harus membantu ibunya membawa pesanan makanan ke rumah pembeli. Untung saja ia belum terlambat, Dewa sedikit mengerutkan dahinya saat melihat wanita gila kemarin duduk di samping mejanya.
Zoya yang melihat kedatangan Dewa langsung memasang senyum manis. "Selamat pagi Dewa, Hari ini kau terlihat sangat tampan, oh tidak! Hanya sedikit tampan...Ehmm..tidak juga, ya lumanyanlah.. Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak?" Zoya menyapa Dewa dengan nada yang sangat ceria.
Dewa menyipitkan matanya menatap Zoya dengan curiga. Ia tak menggubris perkataan wanita itu, ia langsung saja duduk tapi ia kaget saat merasakan benda lengket menempel di celananya. Dewa menatap Zoya dengan marah.
"Kenapa dengan wajahmu? Apakah kau demam?" kata Zoya tersenyum mengejek.
"Apa yang kau lakukan?" bentak Dewa sudah begitu emosi rasanya. Ia kemudian berdiri dan melihat celananya yang kotor terkena permen karet.
"Aku sedang duduk, Apa kau tidak melihatnya" kata Zoya dengan wajah sok polos di buat-buat.
"Kau benar-benar keterlaluan! Ikut aku" Kata Dewa langsung menarik tangan Zoya dan menyeret wanita itu keluar.
Dewa terus menyeret tangan Zoya tanpa memperdulikan tatapan ingin tau dari semua orang. Ia kemudian menghempaskan tangan Zoya saat mereka sudah berada di tempat yang cukup sepi.
"Aku peringatkan padamu, Berhentilah menggangguku atau aku akan buat perhitungan padamu" kata Dewa penuh penekanan.
"Kau mau apa memangnya? Aku sudah ada di depanmu sekarang" kata Zoya tak takut sama sekali. Ia malah senang melihat Dewa yang begitu emosi.
"Aku tidak akan kasar dengan wanita! Ini terakhir kali aku memaafkan mu, jika lain kali kau..."
"Tidak ada lain kali! Selesaikan sekarang juga, lagipula aku tidak bersalah, jadi aku tak butuh maaf darimu" Zoya langsung menyela begitu saja sebelum Dewa menyelesaikan ucapannya. Ia memasang wajah santainya membuat Dewa begitu geram.
"Tidak salah katamu? Jelas-jelas kau salah karena sengaja menaruh permen karet itu di kursi ku, Kau bilang itu tidak salah?" Dewa sudah tak bisa mengontrol emosinya, suaranya membesar membuat Zoya sedikit takut.
"Baiklah, Aku minta maaf" kata Zoya mengalah juga.
"Aku akan memaafkan mu, tapi kau harus mengganti celana ku sekarang juga" kata Dewa tersenyum licik, wanita di depannya ini pasti akan sangat kebingungan mencari celana ganti karena waktunya sudah mepet.
"Itu saja?"
"Ya"
"Oke"
"Dia tidak keberatan sama sekali?" batin Dewa saat melihat wajah Zoya yang terlihat santai saja.
Dewa mengerutkan dahinya saat melihat Zoya maju selangkah di depannya. Sedetik kemudian matanya membesar saat Zoya tiba-tiba berjongkok di dan memegang ikat pinggangnya. Dewa langsung mencekal tangan wanita itu membuat Zoya mendongak.
"Kenapa lagi?" seru Zoya kesal.
"Kau mau apa?" bentak Dewa mencoba menjauhkan tangan Zoya.
"Kau bilang, Kau ingin aku mengganti celanmu, aku harus membukanya dulu kan?" kata Zoya menyeringai dan terus ingin membuka celana Dewa.
"Damn it! Apa wanita ini tidak malu ingin menelanjangi laki-laki" batin Dewa jadi pusing sendiri menghadapi tingkah Zoya ini.
"KALIAN SEDANG APA!" Terdengar suara bariton yang begitu keras membuat keduanya menoleh bersamaan.
Dewa begitu kaget saat melihat seorang dosen yang kini sedang menatap nyalang mereka. Guru itu pasti berpikir kalau mereka berdua ingin berbuat mesum. Sialan!
Zoya masih memasang wajah santainya saat melihat guru BK datang.
"Selamat Pagi Pak Arman" ucap Zoya mengulas senyum manisnya.
"Kalian berdua! Ikut saya ke kantor!" ucap Pak Arman tanpa kompromi.
*******
Sumpah demi apapun, hari ini adalah hari tersial bagi Dewa. Sudah datang terlambat, kini ia harus mengepel seluruh toilet yang ada di Universitas ini gara-gara ulah Zoya tadi. Hukuman ini masih mending daripada Guru BK itu akan memanggil ibunya karena ia di anggap sudah berbuat mesum di sekolah.
"Kenapa kau diam saja! Cepat bersihkan!" Bentaknya kesal saat melihat Zoya hanya berdiri saja, sedangkan dirinya sudah begitu lelah dan berkeringat karena sejak tadi sudah mengepel lima toilet.
"Sudah aku katakan, aku tidak bisa" kata Zoya yang memang sejak kecil tak pernah memegang alat-alat seperti itu.
Meskipun Ayahnya membencinya, hidup Zoya tak pernah kekurangan apapun karena ia bisa mudah mendapatkan keinginannya. Hanya tinggal mengancam, semua pasti akan di turuti langsung oleh Ayahnya.
"Lalu bisamu apa? Kau memang wanita pembawa sial dalam hidupku" kata Dewa menghempaskan pel itu ke lantai karena sudah lelah dan marah tentunya.
"Aku bukan pembawa sial!" bentak Zoya paling benci dengan kata-kata itu.
"Kalau tidak, sekarang cepat lakukan tugasmu!" kata Dewa lagi.
"Sudah bilang aku tidak bisa" kata Zoya kekeh.
"Pasti bisa, Pegang ini" Dewa mengambil gagang pel itu dan langsung menggenggamnya ke tangan Zoya.
"Kau tinggal memaju mundurkan seperti ini, mudah kan? anak SD saja bisa, masa kau sudah tua tidak bisa" kata Dewa merasa gregetan sendiri karena Zoya yang begitu kaku memegang pel itu.
"Enak saja kau mengatai tua! Dan aku pasti bisa mengepel, lihat saja" kata Zoya merasa tak terima di ejek kalah dengan anak SD. Lagipula mengepel sepertinya hal mudah, tinggal menggoyang-goyangkan tongkat saja kan, dia pasti bisalah. Pikirnya.
"Buktikan saja"
Zoya perlahan-lahan mengepel lantai kamar mandi yang sebenarnya sudah bersih. Gerakannya benar-benar kaku membuat Dewa menahan senyumnya tapi tak mengatakan apapun. Ia ingin secepatnya menyelesaikan hukuman ini agar bisa mengikuti kuliah jam kedua.
"Akhirnya selesai juga" Dewa mendudukkan tubuhnya di kursi panjang yang berada di luar.
"Capek banget" kata Zoya ikut mendudukkan dirinya.
"Ini semua karena kau" kata Dewa masih kesal karena ia jadi membuang waktu sia-sia. Seharusnya ia sekarang duduk dan mengikuti pelajaran, bukan malah di hukum seperti ini.
"Berhentilah menyalahkan ku, karena yang salah itu kau! Kalau saja kau tidak memintaku mengganti celana mu, kita tidak akan di hukum seperti ini" kata Zoya memang tak pernah salah menurutnya.
"Terserah kau saja" kata Dewa tak ingin meladeni Zoya. Ia langsung bangkit untuk pergi darisana untuk mencari minuman di kantin.
Saat berjalan menuju kantin, ia mendengar seseorang memanggil namanya. Dewa menoleh melihat Tara yang berlari-lari kecil ke arahnya.
"Tara..." ucapnya mengulas senyumnya, Dewa sedikit merapikan penampilannya karena bertemu pujaan hatinya.
"Hai, Aku dari tadi mencari mu, kemana saja?" kata Tara tersenyum tipis membuat Dewa gugup.
"Oh, tadi aku kesiangan dan terkena hukuman" kata Dewa tak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
"Bagaimana bisa? Oh ya, Kemarin aku sudah melihat videomu, keren" kata Tara mengacungkan dua jempolnya.
Happy Reading.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Nur Yuliastuti
jailnyaa 🤦😅
2022-10-01
1
Rini Antika
kayaknya Zoya sengaja ya..🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2022-09-26
0
Rini Antika
tuh kan, dasar cewek jail, awas lho kamu bucin sama Dewa
2022-09-26
1