Keputusan

..."Libatkanlah Allah dalam setiap urusanmu, agar Dia selalu mengiringi dalam setiap langkahmu. Pun jika misalnya kamu salah dalam memilih, Allah pasti akan turut membantumu kembali pada jalan takdir yang memang menjadi milikmu."...

...Thank You Captain...

...Karya Alfia Ramadhani...

"Abang duduk, Umma sama Baba serius," tegas Azifa.

"I-iya Umma." Arfan terpaksa duduk.

"Jadi, kami akan menikahkan Abang dengan Nadhira, putri Tante Azizah dan Om Atmajaya," ujar umma to the point.

"Hari ini juga," tegas Baba.

"Ha?"

"What?"

Sontak double Zi berkata demikian, kemudian mereka menoleh pada Arfan. Laki-laki itu tidak berujar apapun, hanya saja sangat jelas raut wajah kaget dan tak terima Arfan. Bahkan Arfan sampai menepuk-nepuk kedua pipinya, berharap ini hanya mimpi, bukan kenyataan.

"Abang nggak mimpi, ini nyata," ujar Zia.

"Mm-maksud Umma sama Baba apa?"

"Nak, Umma rasa ini sudah jalan takdir kamu. Dan kami yakin ini yang terbaik. Abang bersedia kan?"

"T-tapi," ujar Arfan gugup.

21 tahun yang lalu

"Astaghfirullah, kenapa ada orang malam-malam disini?"

"Sepertinya ini pilot, kenapa bisa disini? Apa jangan-jangan ini pilot korban pendaratan darurat pesawat di sungai itu?"

Seorang laki-laki yang sedang membawa senter tiba-tiba dikagetkan dengan seseorang berbaju putih di pinggir sungai. Laki-laki itu menghampirinya. Kemudian dia mengetahui jika orang tersebut adalah seorang pilot. Sorenya ia sempat mendengar tentang musibah pendaratan pesawat darurat di sungai Bengawan Indah. Maka dari itu ia yakin bahwa orang itu adalah pilot dari pesawat tersebut.

Ya, laki-laki itu tak lain adalah Atmajaya, suami dari Azizah atau sekarang menjadi ayah dari Nadhira. Dan yang ditolong adalah Azril, setelah beberapa jam terombang-ambing di sungai, Allah masih menyelamatkannya dengan terdampar di pinggir hutan.

Pak Atmajaya segera mengecek kondisi nadi di tangan Azril. Syukurnya nadinya masih berdetak. Dengan segera Pak Atmajaya menelpon para warga yang ikut meronda malam ini. Beberapa menit kemudian warga datang, mereka sama-sama membawa Azril ke pemukiman warga. Waktu itu sudah tengah malam, angkutan umum sudah tidak ada lagi. Akhirnya warga sekitar membawa Azril ke rumah sakit menggunakan mobil Pak Atmajaya.

Sesampainya di rumah sakit, Azril segera ditangani oleh dokter. Kata dokter kondisinya sedang kritis. Beberapa warga satu persatu mulai meninggalkan rumah sakit. Tapi tidak dengan Pak Atmajaya, ia tetap berada di rumah sakit. Pasalnya Azril sedang tidak ada keluarganya disini.

"Bagaimana kondisinya dok?"

"Pasien sedang kritis, oksigen dalam tubuhnya melemah. Namun saya sudah berikan penanganan," ujar dokter.

"Untungnya anda dan warga segera membawa pasien ke rumah sakit, jika tidak dikhawatirkan nyawa pasien sudah tidak bisa diselamatkan lagi,"

"Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu dok," ujar Pak Atmajaya lega.

"Sebaiknya besok pagi anda segera mendatangi Sungai Bengawan Indah untuk memberikan kabar bahwa Captain Azril sudah ditemukan," jelas dokter.

"Iya dok, besok pagi saya akan segera ke lokasi. Tapi untuk malam ini boleh saya menjaga pasien?" Tanya Pak Atmajaya.

"Untuk saat ini sebaiknya tidak ada yang masuk ke ruangan, karena kondisi pasien masih kritis," ujar dokter.

"Saya akan menunggu di luar. Karena saya khawatir, disini tidak ada keluarga beliau. Sedangkan saya yang menemukan, jadi saya juga ikut bertanggungjawab,"

"Baiklah kalau begitu," ujar dokter.

Arfan tak bergeming mendengar penuturan babanya. Ternyata yang menyelamatkan babanya waktu itu adalah Om Atmajaya. Arfan sudah mengetahui musibah yang babanya alami ini, saat usianya 12 tahun orang tuanya sudah menceritakan. Tapi tidak dengan siapa yang menyelamatkan. Jadi sejak saat itu Arfan mengira yang menyelamatkan adalah Tim SAR atau anggota polisi dan TNI.

"Jadi yang nolongin Baba Om Atmajaya?"

"Iya nak. Sejak saat itu Baba merasa sangat berhutang budi kepada beliau. Makanya waktu itu Baba dan Umma memutuskan untuk memberikan sejumlah uang untuk membantu modal usaha keluarga beliau, yang sampai saat ini berkembang pesat sebagai Azizah konveksi. Tapi ternyata saat ini juga konveksi itu bangkrut karena ulah adik Pak Atmajaya sendiri," jelas Baba.

"Tapi Umma sama Baba nggak pernah cerita kalau Tante Azizah punya anak."

"Iya, Umma sama Baba memang belum cerita sama Abang."

"Tapi kenapa Abang harus menikah dengan dia Umma? Abang sama sekali belum kenal dia, bahkan rupanya saja Abang nggak tau seperti ap," ujar Arfan.

"Sayang, kondisi Tante Azizah sekarang kritis. Kemarin Tante Azizah menelpon Umma, beliau bilang ingin menitipkan Nadhira pada kita. Karena beliau sangat khawatir umurnya tidak lama lagi." Azifa menghela napasnya.

"Seharian Umma dan baba berpikir keras, dan akhirnya kami menemukan jawaban. Satu-satunya cara agar kita bisa selalu menjaga Nadhira adalah menikahkan dia dengan Abang." Lagi-lagi Azifa menghela napasnya.

"InsyaAllah Nadhira wanita yang baik. Umma yakin dia bisa menjadi pendamping yang terbaik untuk Abang. Umma rasa ini juga satu-satunya cara bagi keluarga kita untuk membalas kebaikan keluarga Nadhira."

"Umma Baba, Abang butuh waktu. Kenapa tidak ta'aruf saja dulu?"

Azifa mengambil handphone dari dalam tasnya. Ia tampak menggeser-geserkan jemarinya di layar handphone. Kemudian meletakkannya di tengah-tengah meja, sebelumnya mengeraskan volume sampai maksimal.

"Kalau menurut kalian itu yang terbaik, tentu saya sangat setuju. Saya nggak tau lagi harus bagaimana, kami tidak punya keluarga lagi di Jakarta. Saya sangat khawatir dengan Nadhira. Tapi tetap saja, keputusan akhirnya ada di tangan putra kalian, nak Arfan," ujar Tante Azizah.

Dari nadanya berbicara, Arfan sudah bisa melihat bahwa kondisi Tante Azizah sedang tidak baik-baik saja. Jujur, sebenarnya hati kecil Arfan merasa begitu iba pada Tante Azizah. Tapi ia masih bingung, pasalnya ucapan terakhir Tante Azizah tidak terkesan memaksanya untuk menikah dengan Nadhira.

"Kalau memang pernikahan itu akan dilaksanakan. Saya mohon untuk disegerakan, karena saya ingin melihat kebahagiaan Nadhira untuk yang terakhir kalinya," ujar Tante Azizah dari rekaman suara yang kembali umma putar.

Deg.

Perasaan Arfan semakin dibuat tidak karuan, ucapan Tante Azizah yang ini terkesan sebagai permintaan terakhirnya. Tentu, siapapun yang menerima permintaan terakhir seperti ini pasti akan berusaha untuk mengabulkan, sekuat dan sesusah apapun jalan yang harus dilewati.

"Gimana nak?" tanya Azril pada putranya.

Arfan tampak menggigit bibirnya yang gemetar, bukan hanya bibirnya, sekujur tubuhnya juga ikut bergetar. Laki-laki itu menenggelamkan wajah dibalik kedua tangannya. Keduanya matanya juga tertutup erat, mengisyaratkan bahwa ia benar-benar berada dalam kebingungan.

"Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan?" Gumam Arfan dalam hatinya.

"Nak, permasalahan soal cinta dan saling mengenal satu sama lain itu bisa kalian mulai setelah nanti resmi menjadi suami istri," Azifa mengelus punggung putranya.

Arfan tak kunjung mengangkat kepalanya, laki-laki itu masih tenggelam dalam kebingungan serta berbagai pertanyaan dalam pikirannya saat ini. Ini benar-benar pilihan yang sulit baginya, sepertinya menolak permintaan Ummanya tidak akan menyelesaikan masalah, tapi justru akan memperpanjang masalah. Di sisi lain, ia juga belum siap jika harus menikah hari ini juga. Ya Allah, bantulah Arfan dalam menghadapi dua pilihan sulit ini.

Hanya ada dua akibat dari kedua pilihannya ini. Pertama, jika ia menolak permintaan Umma dan Babanya, mereka berdua pasti akan sangat kecewa pada Arfan. Kedua, jika ia menerima permintaan Umma dan Babanya, mereka berdua pasti akan senang dan bangga terhadapnya. Ini bukan hanya sekedar perjodohan biasa, melainkan perjodohan karena hutang budi keluarganya.

"Umma, Ba, bagaimana bisa Arfan menikah hari ini juga? Kita belum mengurus dokumen-dokumen ke KUA?" Arfan mempunyai ide yang mungkin bisa memberi jeda untuknya memantapkan hati.

"Kalian akan menikah secara agama dulu, baru seminggu kemudian kita akan gelar akad nikah resmi sekaligus resepsi," ujar Azifa santai. Sepertinya ummanya itu sudah benar-benar memikirkan hal ini dengan matang.

Harapan Arfan runtuh, ia tak punya alasan lagi untuk memberikan jeda waktu agar pernikahan ini tidak dilaksanakan hari ini juga. Sekarang ia tak punya siapa-siapa lagi yang bisa membantunya, kecuali Allah. Ya, Arfan masih punya Allah.

"Umma, Baba, berikan Arfan waktu untuk sholat dhuha." Azifa dan Azril mengangguk sembari tersenyum. Sepertinya mereka melihat harapan dari kedua netra putranya.

🤍

Diatas hamparan sajadah yang luas, Arfan bersimpuh. Tangannya menengadah memohon petunjuk kepada Sang Penulis Takdirnya. Perihal jodoh, rezeki, dan ajal semua sudah tertulis di sebuah kitab bernama Lauhul Mahfudz. Tak ada yang bisa mengintip dan tak ada yang bisa mengganti kecuali Allah.

Arfan percaya, bahwa apa-apa yang tertulis di Lauhul Mahfudz pasti yang terbaik untuknya. Termasuk perjodohan karena hutang budi ini pasti juga tertulis disana. Karena Arfan yakin, tidak ada satupun takdir yang tak tertulis disana. Walaupun berat baginya, Arfan berusaha untuk tidak menyalahkan takdir, karena menyalahkan takdir sama saja menyalahkan Allah sebagai sang penulis takdir itu sendiri.

Seringkali kita dibuat kagum oleh skenario para sutrada ulung yang disajikan dalam bentuk film. Beberapa adegan yang tak terduga membuat kita tercengang. Tak sedikit juga yang membuat gelak tawa kita pecah, bahkan tangispun bisa pecah seketika. Sama dengan kehidupan, sutrada terbaik kita disini adalah Allah. Sang pembuat skenario terbaik di seluruh alam semesta ini. Jadi wajar saja bila ada plot twist menghiasi kehidupan kita, yang membuat bahagia, sedih atau bahkan bingung.

Apa yang kita lakukan jika melihat adegan plot twist dalam adegan film. Apakah jika plot twist itu tidak sesuai keinginan, kita akan menghentikan tontonannya? Ataukah terus ikut larut menikmati plot twist tersebut? Jawabannya tergantung masing-masing. Hanya saja jika kita yang mengalami plot twist itu sendiri, tentunya tak ada jalan selain tetap mengikuti alurnya, bukan malah menghindar bahkan mengakhiri hidup. Karena kehidupan itu bukan hanya tentang kejutan-kejutan baiknya, melainkan juga kejutan-kejutan tak mengenakkannya, tentunya versi kita. Karena bagi Allah semua yang diberikan kepada hambanya pasti yang terbaik.

"Assalamualaikum," ujar seorang laki-laki seusia babanya. Lelaki yang pantas dipanggil paman itu menghampiri Arfan dan duduk di sebelahnya.

"Waalaikumussalam," balas Arfan sambil menoleh pada arah datangnya suara itu.

"Ada apa dengan kamu nak, paman perhatikan sedari tadi tampak gelisah dan kebingungan," ujarnya.

"Ss-saya nggak papa," balas Arfan gugup.

"Saya juga tidak akan memaksa. Tapi apapun masalah yang sedang kamu alami. Libatkanlah selalu Allah di dalamnya, agar Dia selalu menuntunmu. Pun misalnya kamu salah dalam memilih, Allah juga turut membantu kembali kepada takdir yang memang menjadi milikmu." Paman itu mengelus punggung Arfan, terasa begitu menenangkan baginya.

"Saya permisi." Paman itu beranjak.

"Tunggu paman," ujar Arfan.

Paman yang dimaksud hanya tersenyum kemudian melanjutkan langkahnya. Tapi entah mengapa Arfan tak ada niatan untuk benar-benar mengejar beliau. Rasanya tak ada kekuatan baginya untuk hanya sekedar berdiri. Rapuh sekali dirinya saat ini, selemah itukah dia?

Arfan termenung, mengingat kembali perkataan paman tadi. Memang benar, segala sesuatu harus melibatkan Allah. Apalagi masalahnya sekarang bukan hal kecil, persoalan pernikahan merupakan ibadah tak main-main. Jadi tanpa melibatkan Allah, hanya menggunakan nafsu, itu bukan jalan yang tepat.

"Bismillah," Arfan memantapkan niatnya.

Arfan bangun, menyesuaikan tubuhnya agar bisa berdiri tegak. Perlahan raganya kembali pulih, terasa seperti ada yang menguatkannya. Arfan beranjak meninggalkan masjid untuk kembali ke cafe tempat umma dan babanya. Keputusan itu harus segera ia sampaikan, keputusan yang ia dapat karena Allah. Semoga ini keputusan yang tepat.

"Umma, Baba," Arfan menjeda ucapannya.

"Dengan izin Allah dan restu Umma Baba. Arfan bersedia menikah dengan Nadhira," ujarnya mantap.

Deg.

Entah mengapa sekarang hatinya terasa begitu lega. Perasaan yang tak pernah ia temukan sebelumnya. Ditambah senyum kebahagiaan orang-orang disekelilingnya membuat Arfan semakin yakin, bahwa ini memang pilihan terbaik.

"Abang, terimakasih nak." Azifa beranjak memeluk putra kesayangannya.

"Laki-laki hebat, Abang pasti bisa melalui ini semua." Azril juga ikut memeluk putranya.

"Umma jangan nangis ya, Abang janji akan lakukan apapun untuk Umma dan Baba bahagia." Arfan menghapus air mata ummanya.

"Sayang, jangan lakukan ini karena Umma dan Baba. Tapi lakukan karena Allah ya nak." Azifa mengecup kening Arfan.

"Karena Allah, Arfan berani mengambil keputusan ini. Arfan yakin, jika Umma dan Baba ridho, maka Allah juga akan ridho," ujar Arfan mantap.

"Abang." Zia menghambur dalam pelukan abangnya.

"Jangan sedih ya Dek. Sampai kapanpun abang akan selalu sayang Zia. Love you my little sister." Arfan mengelus puncak kepala Zia yang tertup hijab itu.

"Bang, barakallahu fiik," ujar Razi.

"Wa barakallahu fiik. Thank you Bro."

Keputusan sudah di dapat, sekarang sudah saatnya mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit. Tante Azizah dan Nadhira pasti sudah menunggu. Selama dalam perjalanan, semua dapat menyaksikan kegugupan pada diri Arfan. Maka dari itu, semuanya ikut menghibur. Biar bagaimanapun Arfan harus rileks, jangan sampai karena ini semuanya menjadi berantakan. Apalagi ia harus segera menghafal kalimat ijab qobul.

"Ini Bang sudah Zia tulisin, hafalin ya. Pelan-pelan gapapa, abang pasti bisa. We love you abang, semangat!!"

"Yuk bang Arfan pasti bisa!!" yang lain ikut menyemangati. Kemudian Arfan tersenyum dan meraih kertas dari Zia. Tak salah lagi, isinya adalah kalimat qabiltu yang harus ia ucapkan ketika menikahi Nadhira nanti.

Terpopuler

Comments

manda_

manda_

lanjut thor

2022-10-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!