"benar Zulaikha, aku memiliki hubungan dengan wanita lain,"
Apa? apa katanya? apa aku tidak salah dengar? aku menatapnya dengan tajam seolah mempertanyakan ucapan yang baru saja dia lontarkan, sementara Mas Defin menundukkan kepalanya tanpa ingin melihat bagaimana hancurnya diriku saat ini.
"hubungan apa yang kau maksud, Mas?" tanyaku dengan lirih, jangan tanya bagaimana perasaanku saat ini. Sudah jelas aku sangat hancur sehancur-hancurnya. Istri mana yang tidak hancur saat mendengar kalau suami yang sangat dia cintai mempunyai hubungan dengan wanita lain?
Namun sepertinya Mas Defin enggan untuk menjawab pertanyaanku, aku kemudian memejamkan mata untuk mencoba menguatkan hati yang telah suamiku nodai.
Perlahan aku mulai membangunkan tubuhku dengan berpegangan pada dinding, aku sudah tidak sanggup lagi bersama dengannya saat ini. Lalu Mas Defin beralih melihat ke arahku saat aku berusaha untuk bangkit.
Dia meraih pundakku untuk membantu ku berdiri, namun dengan cepat aku memundurkan tubuhku agar dia tidak lagi menyentuhku.
"ya Allah kuatkan aku,"
Dengan langkah gontai aku meninggalkan ruangan itu tanpa melihat ke belakang, air mata masih saja keluar dari sudut mataku. Namun dengan cepat aku menghapusnya, aku mencoba menguatkan langkah yang sudah suamiku patahkan.
Aku merasa kalau Mas Defin mengikutiku dari belakang, dapat kulihat pantulan bayangannya yang terus mengikuti ke mana aku pergi.
"sudah selesai mbak?"
begitu aku membuka pintu, Irham langsung menyambutku dengan senyum cerah. Namun senyum itu langsung lenyap saat matanya melihat ke arah wajahku, mungkin dia menyadari kalau saat ini aku tidak baik-baik saja.
"ada apa Mbak? apa Mbak baik-baik saja?" Irham bertanya dengan penuh khawatir, dia sampai sedikit membungkukkan tubuhnya yang tinggi itu supaya bisa sejajar denganku.
"tidak papa Irham, Mbak duluan ya," aku langsung pamit saat air mata ini masih saja ingin keluar, dadaku semakin terasa sesak saat melihat tidak ada satu kata pun yang terucap dari mulut suamiku.
Apa aku benar-benar tidak berharga baginya? atau apakah dia tidak menganggapku sebagai istri? lalu untuk apa dia menikahiku?
"kau meminangku bak seorang ratu, dan kau menghancurkanku seperti debu," lirih mulut ini berucap, bagaikan belati yang mengiris hati.
Tanpa sadar langkahku telah sampai ke tempat di mana mobilku berada, aku segera mengambil kunci untuk masuk dan meninggalkan tempat ini.
"Zulaikha, tunggu!" aku terkejut saat tangan Mas Defin menahan tanganku yang akan membuka pintu, aku masih diam tanpa melihat ke arahnya.
"Zulaikha, ada yang ingin aku bicarakan denganmu,"
Mas Defin berucap dengan sangat tenang seperti tidak ada sesuatu yang terjadi di antara kami, seperti inikah sosok suamiku yang sesungguhnya?
Mengapa dia tidak punya sedikit saja hati nurani terhadapku? apa dia tidak sadar kalau aku ini istrinya?
Tiba-tiba Mas Defin memegang bahuku dan menghadapkan tubuhku kehadapannya, aku yang terkejut dengan tindakannya itu langsung menepis tangan yang masih bertengger ditubuhku.
"maafkan aku Zulaikha, aku tidak tau harus bagaimana mengatakannya padamu,"
Aku langsung mengangkat kepalaku untuk melihat wajahnya, ku tatap matanya yang selalu melihat tajam padaku.
"katakan! siapa wanita itu? dan ada hubungan apa Mas dengannya?" aku tidak mau lagi berbasa-basi, walau hati ini harus hancur lebur sekalipun, aku ingin tau sebenarnya siapa wanita yang telah menghabiskan waktu dengannya.
"dia adalah istriku, istri pertamaku,"
Jedar..., bagaikan tersambar petir disiang bolong saat aku mendengar pengakuan yang terucap dari mulutnya, istri? dia bilang istri? lalu aku ini apa?
"istri? istri apa yang kau maksud, Mas?" tanyaku dengan terbata-bata, aku bahkan sampai tidak bisa bernapas karna terkejut dengan apa yang dia katakan.
"Zulaikha, aku-aku minta maaf karna telah berbohong padamu. Sebenarnya, aku sudah menikah dengan wanita lain sebelum menikah denganmu,"
Brak, tubuhku langsung limbung ke belakang menghantam mobil saat mendengar fakta yang terungkap langsung dari mulut suamiku. Kenapa? kenapa dia begitu kejam padaku? dia bahkan tidak memberikan waktu untuk ku bernapas.
"Zulaikha, kau-kau tidak apa-apa?"
Plak, satu tamparan ku layangkan tepat ke wajahnya. Bagaimana mungkin dia bertanya seperti itu padaku? apa dia pikir kalau aku ini adalah batu?
"tega kamu Mas, sekejam itu kau menghancurkanku," lirihku dengan terisak, aku lalu memejamkan mata untuk menahan sakit yang terasa amat menyiksa dengan kepala yang mulai terasa berputar-putar.
"maaf Zulaikha, aku benar-benar minta maaf,"
Aku menggelengkan kepala karna tidak mau lagi mendengar apa yang dia ucapkan, lalu aku berbalik dan segera masuk ke dalam mobil.
"tunggu! Zulaikha dengarkan aku,"
aku melirik ke arah Mas Defin yang memintaku untuk kembali turun, dia bahkan sampai menggedor-gedor pintu mobilku sembari meneriaki namaku.
Untuk apa lagi dia memanggilku? apa belum cukup dia menghancurkan seluruh hidupku? apa karna itu sampai sekarang dia tidak pernah menyentuhku?
Aku menelungkupkan kepala ke stir sembari menumpahkan segala rasa sakit dan kecewa yang mengoyak seluruh perasaanku.
"apa salahku Mas? kenapa kau tega melakukan ini padaku? kenapa kau tega membohongiku? kenapa?" ingin sekali aku melampiaskan semua amarahku padanya, mengeluarkan segala jarum yang sejak tadi menancap dihatiku.
Aku tidak lagi memperdulikan ocehan yang dilontarkan olehnya, segera ku hidupkan mobil dan menekan pedal gas hingga mobilku melaju kencang.
Selama perjalanan aku tidak bisa memikirkan apapun, otakku terasa kosong. Semua bagai mimpi yang berkejaran menghampiriku, mengombang-ambingkan perasaan yang telah hancur lebur termakan harapan.
Aku memarkirkan mobil ke sebuah danau, ku lihat hanya ada sedikit orang di tempat itu. Aku segera turun tanpa membawa tas, ku langkahkan kakiku menginjak dedaunan kering yang mulai berjatuhan terhembus angin.
"ya Allah, jalan seperti apa yang kau hadapkan padaku? suami seperti apa yang kau berikan untukku? kenapa dia tega menyakitiku sebegini dalam?"
Aku meratapi kejadian demi kejadian yang terjadi dalam hidupku, rasanya bagai diterjang badai ombak yang menyeret seluruh tubuhku dalam pusaran penderitaan.
Cintaku remuk tak bersisa, dia berhasil membuatku jatuh cinta dan berhasil pula mematahkan cinta itu hingga hancur berkeping-keping.
Harapan dan kepercayaan yang selalu ku tanamkan dalam hati langsung terseret oleh badai pengkhiatan, tidak cukup sampai disitu, dia bahkan berencana untuk menceriakanku.
"kenapa? kenapa Mas?" aku berteriak kencang dengan segala air mata yang menjadi saksi bisu runtuhnya tali rumah tanggaku.
Tiba-tiba seorang wanita paruh baya duduk disampingku, aku melihat kearahnya yang juga sedang melihatku dengan senyuman.
"curahkanlah nak, curahkan segala sakit yang ada dihatimu,"
aku merasa semakin sesak, mataku memanas karna semakin banyak mengeluarkan air mata. Aku segera menghamburkan diri dalam pelukan wanita paruh baya itu.
"hiks hiks huhuhu, sakit, sakit sekali. Kenapa? kenapa dia melakukan itu padaku? huhuhu," aku menumpahkan segala rasa pada seseorang yang bahkan tidak aku ketahui identitasnya, pelukannya terasa semakin erat membuatku semakin terisak.
Cukup lama aku berada dalam posisi itu, sampai aku merasa tenang dan perlahan melonggarkan pelukanku.
"apa kau sudah merasa lebih baik?" wanita paruh baya itu bertanya dengan lemah lembut, aku menganggukkan kepala dengan sedikit senyuman untuk menjawab pertanyaannya.
"nak, dalam hidup ini. Kita terkadang akan diberi cobaan yang sangat memberatkan hati dan jiwa kita, namun semua itu tak lepas dari kasih sayang sang Maha pencipta. Apapun masalah yang sedang menimpamu saat ini, yakinlah nak bahwa Sang pencipta telah mempersiapkan sesuatu yang Maha dahsyat untuk kebahagiaanmu,"
•
•
•
TBC.
Terima Kasih buat yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Siti Mujimah
setelah cerita mahligai nangis Bombay eehh di sini pun ssma 😭😭😭😭
2023-11-08
0
AndTea
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2023-07-14
0
Khaerani Suherman
nyimak
2023-02-04
0