Zulaikha bergegas untuk menelpon Defin setelah Syifa memberikan ponselnya, dia menekan angka 2 yang langsung tersambung kenomor ponsel sang suami.
Tut, tut, tut... Beberapa kali Zulaikha menelpon Defin namun tak juga diangkat, kini dia merasa sangat gelisah. Zulaikha beranjak bangun dan keluar dari kamar, dia ingin langsung menemui sang suami untuk menanyakan perihal sesuatu yang baru saja mengguncang jiwanya.
Namun saat baru melangkah keluar kamar, mata Zulaikha melihat ke arah foto kedua orangtuanya yang tergantung didinding.
"Ayah, ibu. Aku sangat merindukan kalian," air mata kembali menetes diwajah Zulaikha saat mengingat kedua orangtuanya.
"Zulaikha, Ayah sudah menitipkanmu pada suamimu. Jadilah istri yang baik dan sholehah, istri yang bisa menyenangkan juga menenangkan suamimu. Jadilah penerang disaat gelap menyelimuti rumah tanggamu, dan jadilah pemaaf dikala masalah datang menghantam rumah tanggamu,"
Zulaikha kembali teringat dengan ucapan terakhir sang Ayah sebelum dia meninggal, begitu besar harapan yang Ayahnya berikan untuk kebahagiaan rumah tangganya.
"Ayah, maafkan aku. Aku tidak bisa menjadi istri yang baik untuk suamiku, aku tidak bisa memberikan kebutuhan bathin untuknya. Aku tidak bisa menahan amarahku disaat badai masalah menghampiriku, maafkan aku Ayah," gumam Zulaikha sembari menarik napas panjang dan menghembuskannya.
Dia melakukan itu beberapa kali untuk menenangkan diri, Zulaikha mencoba untuk berpikir positif pada sang suami.
Setelah merasa sedikit tenang, Zulaikha kembali turun ke lantai satu dan berjalan terus ke toko yang masih satu bangunan dengan rumah itu. Dia melihat adik dan karyawannya sedang melayani beberapa pelanggan yang membeli bunga pada mereka.
"loh, Mbak!" seru Syifa yang terkejut melihat sang kakak sudah berdiri di belakangnya. Zulaikha hanya menerbitkan senyum dibibirnya sembari menepuk pelan pundak adiknya itu, dia berjalan cepat untuk melayani pelanggan yang baru masuk ke tokonya.
"selamat pagi Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Zulaikha dengan ramah, seorang pemuda terlihat memperhatikan deretan bunga yang tersusun rapi dihadapannya.
"selamat pagi juga Mbak, emm saya ingin karangan bunga untuk acara pesta ulang tahun," ucap pemuda tersebut.
"Tuan ingin bunga yang seperti apa? kami memiliki banyak bunga yang indah untuk Tuan." Zulaikha menunjukkan beberapa bunga yang memang terlihat sangat indah.
Pemuda itu memperhatikan bunga-bunga yang ditunjukkan oleh Zulaikha dengan bingung, baru kali ini dia membeli bunga secara langsung.
"apa saya boleh memilihkan bunga untuk anda?" tawar Zulaikha, dia tahu kalau pemuda itu sedang bingung saat ini.
Pemuda itu langsung menganggukkan kepalanya membuat Zulaikha tersenyum lebar, dengan cepat Zulaikha mengambil beberapa bunga segar yang sangat cocok untuk hadiah pesta.
"bagaimana Tuan? apa anda menyukainya?" tanya Zulaikha dengan ramah sembari menunjukkan hasil karangan bunga yang sudah selesai dia buat.
"sangat cantik, sama seperti yang membuatnya," jawab pemuda itu, Zulaikha hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasib atas pujian yang diberikan padanya.
Tidak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat, Zulaikha harus pergi ke rumah salah satu pelanggannya untuk mengantar pesanan sembari menghadiri acara pelanggannya.
Dalam perjalanan, Zulaikha tidak sengaja melihat Defin dan sekretarisnya sedang berjalan masuk ke sebuah restoran. Dia lalu menghentikan mobilnya dan memarkirkannya untuk menemui sang suami.
Zulaikha berjalan cepat untuk menyusul Defin yang sudah masuk ke salah satu privat room, lalu dia bertemu dengan sekretaris pribadi Defin yang sedang berdiri di depan ruangan yang ditempati suaminya.
"loh, ibu ada di sini juga?" tanya Irham yang sedikit kaget saat melihat istri dari bosnya itu.
"enggak sengaja tadi nampak kamu dan Mas Defin masuk ke sini, jadi ya aku ikuti," jawab Zulaikha dengan senyum diwajahnya.
"Pak Defin sedang bersama dengan klien di dalam buk," ucap Irham memberitahu Zulaikha kalau saat ini suaminya tidak bisa diganggu.
"kok manggil ibuk sih, aku bukan ibuk mu loh," seru Zulaikha membuat Irham terkekeh karna ucapannya.
"panggil aja Mbak," perintahnya kemudian, dia tidak mau dipanggil ibu oleh sekretaris sang suami.
"baiklah Mbak, gitukan?" tanya Irham sembari mengedipkan sebelah matanya, mereka sama-sama tertawa karna merasa lucu dengan apa yang lelaki itu ucapkan.
"apa Mbak mau menunggu Pak Defin?" tanya Irham kembali.
"emm gimana ya? sebenarnya mau, tapi Mbak masih harus mengantar pesanan," sesal Zulaikha, kalau saja saat ini dia tidak sibuk sudah pasti dia akan menunggu Defin sampai selesai.
"Gitu ya Mbak." Irham mengangguk-anggukkan kepalanya.
"atau kalau enggak, Mbak antar dulu pesanan Mbak, habis itu baru ke sini lagi," saran Irham, karna pertemuan Defin hari ini akan memakan waktu yang cukup lama.
Zulaikha mengiyakan ucapan Irham, lalu dia bergegas untuk pergi mengantar pesanan agar nanti bisa kembali lagi ke tempat itu.
***
Setelah selesai dengan kesibukannya, Zulaikha kembali menuju restoran tempat suaminya berada. Dia melajukan mobilnya dengan kencang agar suaminya tidak keburu pergi dari restoran itu.
Bruk, karna sangking buru-burunya, Zulaikha tidak sengaja menabrak seorang pemuda yang langsung membuat tubuhnya terpental ke belakang. Namun dengan sigap pemuda tersebut melingkarkan tangannya ke pinggang Zulaikha sebelum wanita itu terjatuh ke atas tanah.
Untuk sepersekian detik mata mereka beradu pandang, tubuh Zulaikha menegang dengan sempurna dalam pelukan pemuda tersebut.
"Ekhem." tiba-tiba terdengar suara deheman seseorang yang membuat Zulaikha langsung memundurkan tubuhnya dari pemuda tersebut.
Irham yang sedang menunggu Zulaikha di depan restoran membulatkan matanya saat melihat wanita itu hampir terjatuh kalau tidak segera ditangkap oleh seorang pria, dia segera mendekat ke arah Zulaikha yang saat itu masih berada dalam pelukan pria tersebut.
"wah, kita bertemu lagi Mbak," ucap Pemuda itu, ternyata dia adalah orang yang dilayani oleh Zulaikha tadi.
"ah iya Tuan, terima kasih atas pertolongannya," ucap Zulaikha dengan sungkan.
"Sama-sama Mbak. Oh ya, perkenalkan nama saya Ammar." pemuda itu menyodorkan tangannya yang langsung disambut oleh Zulaikha.
"saya Zulaikha, anda bisa memanggil saya dengan sebutan Ikha," jawab Zulaikha sembari melepaskan jabatan tangan mereka.
Kemudian mereka sedikit berbincang-bincang sampai akihrnya Irham mengajak Zulaikha untuk masuk ke dalam restoran karna memang klien yang bersama Defin tadi sudah pergi.
"aku mau ke mobil sebentar ya Mbak, Mbak masuk saja," ucap Irham, dia ingin mengambil sesuatu di dalam mobilnya. Zulaikha menganggukkan kepala seraya melangkahkan kaki menuju ruangan yang di tempati suaminya.
"Mas, apa aku boleh masuk?" tanya Zulaikha dari balik pintu. Namun tidak terdengar balasan dari sang suami membuat Zulaikha langsung membuka pintunya dengan perlahan.
"Loh, mana orangnya?" Zulaikha melihat seisi ruangan yang tampak kosong, lalu mata Zulaikha berpusat pada Defin yang sedang menelpon dibalkon.
Zulaikha perlahan mendekat ke arah Defin, dia menjinjitkan kakinya agar tidak menganggu sang suami yang sedang berbicara dengan seseorang.
Namun Zulaikha tiba-tiba menghentikan langkah kakinya saat mendengar apa yang suaminya itu ucapkan.
"aku tidak mungkin menceraikan Zulaikha, dia baru saja berduka atas kematian Ayahnya,"
Deg, Zulaikha mematung di tempatnya mendengar apa yang Defin ucapkan.
"ce-cerai?"
•
•
•
TBC.
Terima Kasih buat yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Neulis Saja
ehm belum apa2 sdh kata talak yg terdengar
2024-03-22
0
Siti Mujimah
wah suami gk ad akhlak rupanya
2023-11-08
1
Neulis Saja
if your husband wants to divorce, accept it and don't cry
2022-10-11
1