Setelah Defin berangkat, Zulaikha juga bersiap untuk pergi ke toko bunganya. Sudah dua hari dia tidak datang ke toko itu, dia merasa rindu akan bunga-bunganya terkhusus dengan sang adik tercinta. Dengan mengendarai mobil pemberian sang suami, Zulaikha berangkat dengan penuh semangat.
Tidak butuh waktu lama untuk Zulaikha sampai ke toko sekaligus rumah orangtuanya, hanya sekitar 10 menit mobilnya sudah berada di halaman rumah almarhum kedua orangtuanya.
"Assalamua'alaikum," ucap Zulaikha sembari membuka pintu yang bertuliskan open di depannya.
"wa'alaikum salam, mbak!" jawab Sita dengan senyum merekah saat melihat Zulaikha, dia begitu senang dengan kehadiran wanita itu.
"bagaimana usaha kita? semua lancarkan?" tanya Zulaikha sembari mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada ditempat itu.
"alhamdulillah, lancar tanpa hambatan mbak," jawab Sita dengan mengacungkan jempolnya. Zulaikha hanya tersenyum saja saat melihat karyawannya itu.
"Syifa mana? apa dia belum bangun?" Zulaikha celingukan ke sana ke mari untuk mencari keberadaan sang adik.
"jangan ditanya deh mbak! mbakkan udah tau kebiasaan adik mbak itu," cibir Sita sembari membereskan tanaman.
Zulaikha hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang adik yang belum juga berubah, adiknya itu sangat susah sekali bangun pagi. Selesai subuh dia pasti akan tidur lagi sampai matahari merangkak naik.
Zulaikha kemudian beranjak untuk melihat beberapa tanaman yang baru datang pagi ini, bunga-bunga tampak sangat indah dan terawat membuatnya selalu bahagia saat melihat semua itu.
"hoam, mbak!" tiba-tiba suara Syifa mengejutkan Zulaikha yang sedang berjongkok untuk mencabut rumput, tubuhnya sampai terjingkat ke atas karna suara sang adik.
"kau ya Syifa, bisa tidak jangan mengagetkan mbak!" omel Zulaikha sembari menjewer telinga adiknya itu sampai dia mengadu kesakitan.
"ampun mbak, ampun!" teriak Syifa yang merasa telinganya hampir terlepas, Zulaikha melepaskan tarikan mautnya dengan bibir yang tetap menggerutu.
"cih, mentang-mentang yang semalam habis jalan-jalan," cibir Syifa sembari mengusap-ngusap telinganya yang terasa panas.
"jalan-jalan? siapa?" tanyanya tidak mengerti.
"noh, tetangga sebelah," jawab Syifa yang merasa sebal karna kakaknya itu kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.
"siapa lagi sih yang jalan-jalan kalau bukan mbak, sampai merasa dunia milik berdua, hihihi," sambung Sita yang saat itu mendengar obrolan kedua kakak beradik itu.
"jalan-jalan? dunia milik berdua? maksudnya apa sih?" Zulaikha dibuat pusing dengan ucapan bocah-bocah yang ada dihadapannya.
"mbak enggak ngerti!" ucap Zulaikha, sudah dua hari dia berdiam diri di rumah karna merasa tidak enak badan. Tapi dua bocah itu malah mengatakan kalau dia jalan-jalan.
"enggak ngerti gimana sih Mbak, jelas-jelas semalam aku lihat mbak dan Mas Defin di pinggir danau taman cinta," jelas Sita. Ketika dia sedang jalan-jalan dengan teman-temannya, tidak sengaja mata elangnya melihat pria dan wanita sedang bermesraan dipinggiran danau.
Awalnya Sita tidak peduli, namun tiba-tiba pria itu menoleh ke belakang dan Sita mengenali wajah pria tersebut.
Zulaikha semakin dibuat bingung, jelas-jelas kemarin mulai dari pagi sampai malam dia tidak keluar rumah. Apalagi jalan-jalan dengan sang suami, sebenarnya apa yang sedang terjadi ?
"selama dua hari kemarin, mbak enggak ada keluar rumah. Apalagi jalan-jalan sama Mas Defin, orang mbak aja gak enak badan kok," jelas Zulaikha pada mereka.
Sita dan Syifa saling pandang, jelas-jelas kemarin Sita melihat Defin sedang merangkul seorang wanita. Tiba-tiba Sita berjalan ke arah meja, dia mengambil ponselnya yang sedang diisi daya.
"bentar, mbak!" ucap Sita sembari mengotak-atik ponselnya, semalam dia sempat mengambil beberapa foto Defin untuk dipamerkan pada Syifa.
"lihat, Mbak!" Sita memberikan ponselnya pada Zulaikha, lalu wanita itu melirik ke arah Syifa yang juga sedang meliriknya.
Deg, jantung Zulaikha terasa seperti dihantam batu besar saat melihat foto itu, dia kenal betul siapa sosok lelaki yang sedang memeluk seorang wanita seraya tertawa bersama. Namun Zulaikha tidak dapat melihat wajah wanita itu, karna tertutup dengan bahu Defin.
"Sita, kau tau kan kalau mbak gak pernah keluar rumah tanpa memakai hijab?" ucap Zulaikha tanpa mengalihkan pandangannya.
Deg, Sita dan Syifa menegang ditempat mereka. Apa yang dikatakan Zulaikha adalah benar, dia tidak pernah keluar rumah tanpa memakai hijab. Lantas siapa wanita yang sedang bersama dengan suami Zulaikha ?
Zulaikha kemudian mengembalikan ponsel itu pada Sita tanpa mengucapkan apapun, dia berbalik dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah meninggalkan Sita dan Syifa yang masih mematung ditempat mereka.
"Syifa, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Sita yang merasa sangat bersalah dengan apa yang dia lakukan.
"bajingan! apa Mas Defin selingkuh dibelakang kakakku?" ucap Syifa dengan napas terputus-putus karna amarah yang sedang melanda hatinya saat ini.
Zulaikha terus melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah, matanya tampak berkaca-kaca dengan tangan bergetar menahan tangis yang sudah hampir pecah diwajahnya.
"ya Allah, Astaghfirullah," sepanjang langkah kakinya Zulaikha terus menyebutkan lafadz Allah, kakinya terasa semakin berat sehingga membuatnya terjatuh dianak tangga ketiga.
Bruk, Zulaikha tidak mampu lagi melanjutkan langkahnya saat hati dan jiwanya terasa hancur. Satu foto berhasil mengoyak perasaan cintanya, apa betul yang ada difoto itu adalah suaminya ?
"Mas Defin, Mas Defin. Sebenarnya apa yang terjadi Mas, hiks," tangis Zulaikha sudah tidak bisa lagi ditahan, dia menumpahkan segala sesak yang sejak tadi dia tahan.
"Mas Defin," Zulaikha terus menyebut nama sang suami dengan mulut dan tubuh gemetar, dia tidak bisa membayangkan jika benar suaminya memiliki hubungan dengan wanita lain.
"ya Allah, Mbak!" seru Syifa yang melihat sang kakak duduk ditangga sembari menangis terisak, dia berlari ke arah Zulaikha yang saat ini masih terduduk dilantai.
"Ya Allah Mbak, istighfar Mbak istighfar," Syifa menepuk pipi zulaikha yang sudah basah akibat air mata yang tak henti-hentinya mengalir diwajahnya, mata Zulaikha sudah membengkak dengan wajah memerah akibat tangis yang tak kunjung usai.
Syifa mencoba untuk mengangkat tubuh sang kakak dan membawanya ke dalam kamar, dia lalu mengambil segelas air untuk diberikan pada Zulaikha.
"Minum dulu kak." Syifa memberi segelas air untuk sang kakak, namun Zulaikha hanya diam tanpa melihat ke arah adiknya itu.
"Jangan seperti ini Mbak." Syifa memeluk tubuh sang kakak dengan erat, dia sangat sedih melihat keadaan kakaknya saat ini.
"Dek, tolong ambilkan ponsel Mbak. Mbak mau menelpon Mas Defin," Zulaikha melepas pelukan mereka, dia sedikit menarik bibirnya membentuk sebuah senyuman.
Syifa hapal sekali dengan apa yang Zulaikha lakukan saat ini, kakaknya itu selalu saja menutup luka hatinya dengan senyuman agar orang-orang disekitarnya tidak merasa khawatir.
Kemudian Syifa beralih keluar kamar untuk mengambil apa yang kakaknya mau.
"Mas, aku harap semua pemikiranku salah," gumam Zulaikha.
•
•
•
TBC.
Terima Kasih buat yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
AndTea
Kasian ya Zulaikha 🥲
2023-07-14
0
Rahma
iklaaaaannn
2022-10-27
0
Neulis Saja
dasar bastard daffiin, your wife is pious woman
2022-10-11
1