4. Kamar Hotel

Beberapa saat kemudian, Sally naik ke atas panggung. Waktu baginya untuk menjawab pertanyaan para wartawan seperti yang dikatakannya siang tadi.

"Nona Sally, kenapa Anda tiba-tiba membeli kelima perusahaan yang sebenarnya akan bangkrut itu?" Tanya seorang reporter.

Semua orang yang hadir di pesta duduk dengan tenang dan menunggu jawaban Sally.

"Seorang pria mengatakan aku wanita miskin." Jawab Sally dengan tawa kecil.

Semua orang tampak kaget dengan jawaban Sally.

"Jadi, Anda membeli perusahaan itu hanya untuk menunjukan kemampuan Anda pada pria itu?"

"Jika kau bisa mengambil keuntungan dari kelima perusahaan itu, apa kau akan membuangnya begitu saja?" Ucap Sally.

Reporter itu memilih untuk duduk dan tak bertanya lagi.

"Satu pertanyaan terakhir Nona Sally." Ucap reporter lainnya. "Apa yang akan Anda lakukan dengan kelima perusahaan yang baru saja Anda beli?"

"Tentu saja menghasilkan uang." Jawab Sally dengan ekspresi dingin.

Oliver tertawa dan menyenggol lengan William.

"Bro, dia sepertinya wanita yang sulit untuk ditaklukkan. Kau harus berusaha lebih keras." Ucap Oliver.

William menatap Oliver.

"Dia sendiri yang akan datang kepadaku." Ucap William kemudian tersenyum ke arah Sally.

"Satu pertanyaan lagi." Ucap salah seorang reporter mengangkat tangannya.

Sally melihat ke arah reporter itu.

"Apa hubungan Anda dengan Tuan William?" Tanya reporter itu.

Sally dan William saling pandang. William tersenyum padanya, sementara Sally tak menghiraukannya.

"Semuanya hanya kesalahpahaman saja. Kami baru bertemu hari ini." Ucap Sally. "Silahkan nikmati pestanya." Lanjut Sally kemudian turun dari atas panggung.

Banyak pebisnis yang berjalan mendekat dan mengelilingi Sally.

"Nona Sally, apakah anda mau mempertimbangkan tawaranku?"

Mereka semua mulai bertanya pada Sally tentang bisnis.

Sally mengangkat tangannya yang membuat mereka semua diam.

"Aku tidak punya banyak waktu untuk di sia-siakan. Jika kalian ingin bicara, maka adakan di ruang meeting saja." Ucap Sally dengan ekspresi dingin.

"Sally." Tiba-tiba Mike berteriak dan mendekat ke arah kerumunan menyebut nama Sally.

Dia langsung memegang tangan Sally.

"Aku tahu kau akan kembali." Ucap Mike.

Sally menatap Mike dengan tatapan merasa jijik.

"Apa aku mengenalmu?" Ucap Sally seraya menarik kembali tangannya.

"Aku Mike, kenapa kau menyembunyikan identitas mu. Aku merindukanmu Sally." Ucap Mike berusaha memegang tangan Sally lagi.

"Hello, jangan memandang dirimu terlalu tinggi. Apa kau mengerti dengan apa yang baru saja kau katakan?" Ucap Sally tanpa berkedip.

"Apa? Apa maksudmu?" Tanya Mike.

"Inilah laki-laki, tipe laki-laki yang tidak bisa hidup dalam lingkungan sosial kita. Sungguh menjijikkan, hanya karena uang, dia mempermalukan dirinya sendiri."

Orang-orang mulai membicarakan Mike dan memandangnya dengan menjijikkan.

"Seret pria ini keluar." Teriak Direktur hotel memerintahkan para penjaga.

Sally tersenyum dan menghela napas lalu berjalan pergi.

Oliver tertawa.

"Bro, jika kau tak menginginkannya, berikan saja padaku." Ucap Oliver pada William.

William memukul punggung Oliver dan berkata, "kata kakak ipar lebih cocok untukmu."

William lalu berjalan mengikuti Sally.

'Aku bingung, apa dia wanita yang harus aku panggil sebagai kakak ipar atau wanita yang sebenarnya sudah bertunangan denganmu?' ucap Oliver dalam hati.

Sementara itu....

Sally berdiri di diluar hotel menunggu Theo yang sedang mengambil mobil.

"Kau melupakan sesuatu." Ucap William menunjukkan sebuah sapu tangan pada Sally.

'Bagaimana itu bisa terjatuh dari tanganku? Itu desain yang dibuatkan khusus oleh Mama untukku.'

William mendekat pada Sally.

"Apa kau tidak menginginkannya?"

Sally menjulurkan tangannya.

"Berikan padaku." Ucap Sally.

William menarik tangannya menyembunyikan sapu tangan itu.

"Tidak semudah itu. Aku pikir ini berharga bagimu."

"Buang saja jika kau mau." Ucap Sally.

Mobil Sally tiba, Theo keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu untuknya.

"Kau sungguh tidak menginginkannya?"

"Aku tidak akan mengulang ucapan ku." Ucap Sally lalu masuk ke dalam mobil dan duduk.

"Menjauh lah penguntit." Ucap Theo pada William lalu masuk ke dalam mobil dan melesat pergi.

'Seriously, penguntit? Sapu tangan ini terlihat indah, dan warnanya juga merupakan warna favoritku. Aku tidak akan membuangnya.' ucap William dalam hati lalu masuk ke dalam mobilnya.

Dalam mobil Sally....

"Nona, pria tadi tak bisa dipercaya." Ucap Theo pada Sally.

Sally menghela napas dan tersenyum.

"Papa mengenalnya."

Theo tak mengatakan apapun lagi dan fokus menyetir.

'Merindukanku katanya. Hmmmm dasar sampah. Ini baru hadiah kecil dariku Mike.' ucap Sally dalam hati dengan mata tertutup.

"Nona, kita sudah sampai." Ucap Theo.

Theo melihat ke dalam mobil, ternyata Sally tertidur.

"Maafkan ketidaksopanan saya Nona." Ucap Mike lalu menggendong Sally masuk ke dalam hotel.

William dan Oliver juga akhirnya tiba di hotel di waktu yang bersamaan dengan Sally dan Theo. William terlihat kesal karena terus diejek Oliver.

"Menjauh lah dariku." Ucap William pada Oliver dengan mendorongnya kesal saat keluar dari daam mobil.

Oliver hanya terbahak. Sejak tadi dia terus menggoda William karena tidak dihiraukan oleh Sally.

Saat masuk ke dalam hotel, William melihat Theo yang tengah menggendong Sally.

'Apa dia tertidur?' pikir William.

Saat Theo hendak masuk ke dalam lift, William mendekatinya.

"Berikan dia padaku." Ucap William.

"Tuan, jangan bertingkah seolah Anda mengenal Nona." Ucap Theo.

Tiba-tiba Theo mengingat ucapan Sally saat berada di dalam mobil.

'Papa mengenalnya.'

"Saya punya urusan penting yang harus saya selesaikan. Jadi tolong bawa masuk Nona ke kamarnya." Ucap Theo lalu menyerahkan Sally pada William.

Theo lalu pergi dari dalam hotel, sementara William mengantar Sally masuk ke kamarnya.

"Bro, aku juga mau masuk." Ucap Oliver.

"Apakah gadis-gadismu tidak cukup untukmu?" Ucap William.

"Tentu saja, mereka semua tidak bisa dibandingkan dengan kecantikan dirinya."

William menginjak kaki Oliver dengan keras.

"Dia wanitaku." Ucap William lalu masuk ke dalam kamar Sally dan menutup pintunya.

'Apa yang akan dilakukannya pada wanita itu? Tuan Aubrey memintaku untuk terus mengawasinya?' ucap Oliver dalam hati kemudian masuk ke dalam kamarnya.

Sementara itu....

William masuk ke dalam kamar Sally lalu membaringkan tubuh Sally dengan lembut ke atas tempat tidur.

William lalu duduk di sebuah kursi dan menatap Sally.

"Wanita ini, tubuhnya kurus. Tapi kenapa dia sangat berat." Gerutu William.

William lalu berbaring di sisi Sally.

"Aku tak pernah merasakan perasaan yang seperti ini sebelumnya. Sihir apa yang sudah kau lakukan padaku."

William pun tertidur karena kelelahan.

Keesokan paginya, seisi ruang kamar Sally menggema karena suara teriakannya dan membangunkan William yang langsung menutup mulut Sally dengan tangannya.

"Kau ini speaker atau apa sih?" Ucap William seraya tangan sebelahnya menutupi telinganya.

"Emmmpphh.... Emmphh..." Sally berusaha melepaskan tangan William yang menutup mulutnya.

William melepaskan tangannya.

Sally langsung mendorong William dengan semua tenaga yang ia punya lalu mendorong William jatuh ke tempat tidur kemudian dengan cepat duduk diatas tubuh William.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!