3. Pesta

Sally menuang segelas sampanye lalu keluar menuju balkon kamarnya yang terletak di lantai 40 hotel itu. Dia melihat ke arah jalanan, dimana mobil terlihat lalu lalang dan berbagai warna cahaya-cahaya lampu yang menyinari seluruh kota.

Sally lalu melihat ke arah kirinya dan terkejut mendapati William yang juga berdiri di balkon kamarnya.

Sally tak menghiraukan William dan kembali melihat pemandangan kota di malam hari.

"Ada orang tak menghiraukan keberadaan berlian." Ucap William seraya duduk di tepian balkon.

Dia menatap Sally dengan mata yang menyipit.

"Dan ada orang, yang mampu melakukan apapun untuk mendapatkan perhatian." Ucap Sally.

"Hei kau wanita dingin, aku tidak bicara padamu. Oke." Teriak William.

"Dan kapan aku mengatakan diriku berbicara padamu Tuan Penguntit?" Ucap Sally lalu masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu balkonnya.

"Dia menyebutku penguntit? Wanita ini, dia pikir dia siapa." Ucap William kesal lalu masuk ke dalam kamarnya.

***********

Pagi berikutnya....

Cuacanya begitu cerah. Sally keluar dari dalam kamarnya menuju balkon untuk menikmati suasana pagi yang begitu menyegarkan.

"Aaahh segar sekali." Ucap Sally dengan tersenyum.

Pandangannya beralih pada sisi kiri kamarnya, dimana ada William yang juga terlihat menikmati suasana pagi. Ponsel Sally berdering, ia segera mengambil ponsel yang ada di dalam kantong piyama yang ia kenakan. Ternyata panggilan dari sang Papa.

"Bagaimana kabarmu sayang?" Tanya Tuan Flynn.

"Aku baik Pa." Balas Sally. "Papa bagaimana?" Tanya Sally.

Ia kemudian terbatuk karena asap rokok William yang berterbangan ke arahnya. Setelah melihat Sally batuk, William mematikan api rokoknya kemudian minum air.

"Apa kau sakit?" Tanya Mama Sally.

"Tidak, aku baik Ma." Balas Sally.

"Berhati-hatilah terhadap orang-orang yang bisa mengetahui keberadaan mu di kota itu.." Ucap sang Papa.

"Aku tahu.." balas Sally lalu memutuskan sambungan telepon setelah mengucap salam.

*******

Sally bersiap untuk mengunjungi kelima perusahaan yang baru saja dibelinya.

Sally turun dari kamar hotelnya untuk sarapan di restoran yang memang ada di dalam hotel bersama Theo, dan di restoran itu juga ada William dan Oliver yang tengah sarapan.

"Bro, lihat kesana. Ada calon kekasihmu." Ucap Oliver pada William.

William melihat sekilas ke arah Sally kemudian tersenyum.

Sally tiba-tiba melihat Mike dan Talia. Dia menjadi terkejut dan hilang selera untuk sarapan.

"Ada apa Nona?" Tanya Theo.

Sally menghela napas.

"Tidak ada." Balasnya. "Pesan menu seperti biasa saja." Ucap Sally lalu duduk di kursi untuk sarapan.

Mike melihat ke arah Sally. Awalnya ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya, ia kemudian berjalan mendekati Sally setelah yakin bahwa wanita yang dilihatnya benar-benar Sally.

"Hei bro. Lihat sana, seseorang berusaha merebut wanita mu." Ucap Oliver pada William.

William mengambil sepotong roti dan memasukannya ke dalam mulut Oliver.

"Makan." Ucap Will.

"Apakah kau Sally?" Tanya Mike.

Sally menatap Mike dengan tajam, yang membuat Mike menggeleng.

"Minggir." Ucap Theo yang mendekat pada Mike.

"Ah tidak mungkin. Sally yang dulu dan ini sangat berbeda. Kau tidak mungkin dia." Ucap Mike lalu keluar dari restoran bersama Talia.

'Sally. Sally Flynn... Lumayan. Jadi kau juga merupakan salah satu dari orang ku, dan puteri dari pria itu. Sekarang, aku akan lebih bersabar untuk menghadapi mu.' ucap William dalam hati.

Sally akhirnya selesai sarapan, ia keluar menuju mobilnya dan bersiap untuk berangkat menuju perusahaan pertama. Dimana perusahaan itu bergerak di bidang industrial. Saat Sally melangkah keluar dari dalam mobilnya, sudah ada banyak wartawan yang sudah menunggu kedatangannya, dan mulai mengajukan pertanyaan padanya.

Sally berhenti dan menatap para wartawan.

"Apapun yang ingin kalian tanyakan, silahkan tanyakan di konferensi pers di pesta malam nanti." Ucap Sally lalu berjalan masuk ke dalam perusahaan.

Semua karyawan perusahaan menyambut kedatangan Sally. Ia bertemu dengan Direktur perusahaan dan memintanya untuk mengumpulkan semua staf dan para anggota lainnya untuk meeting saat ini juga.

Di dalam ruang meeting....

"Aku akan mengatakan tiga hal saja, dan tidak akan mengulangnya lagi." Ucap Sally dengan ekspresi dingin.

Semua orang yang hadir di ruang meeting menatapnya dan siap mendengarkan apa yang akan dikatakan Bos baru mereka itu.

"Pertama. Berkhianat, untuk siapapun yang berani melakukan hal itu, tidak ada ampun baginya." Ucap Sally dengan aura membunuh.

Beberapa karyawan terlihat menelan ludah, tak menyangka wanita cantik dihadapan mereka bisa mempunyai aura menyeramkan seperti itu.

"Kedua. Bekerja keras. Jika aku menemukan seseorang yang malas bekerja di perusahaan ini, jangan pernah bermimpi untuk bisa bekerja di perusahaan lain."

'Apa maksudnya jika dipecat dari sini, maka tidak akan bisa bekerja di perusahaan lain?' pikir salah seorang staf.

"Ketiga, jika kalian bekerja dengan baik, aku akan memberikan reward dan sebuah hadiah kepada kalian. Tapi jika bekerja dengan malas, maka tidak akan ada gaji bagi kalian." Ucap Sally lalu keluar dari ruang meeting.

Semua yang hadir dalam ruangan meeting saling menatap dan hanya bisa mengelus dada mereka. Mereka semua hanya bisa bekerja dengan baik, dan berharap bisa memberikan kesan yang baik pada Bos baru mereka.

Sally sudah menentukan lima orang yang sangat dipercayanya sebagai sekretarisnya di masing-masing perusahaan. Setiap satu orang sekretaris bertugas menghandle satu perusahaan dan melaporkan semua perkembangan perusahaan pada dirinya.

Setelah selesai mengunjungi keempat perusahaan lainnya, Sally pun kembali ke hotel tempat ia menginap.

Malam harinya, Sally bersiap untuk menghadiri pesta. Ia menghubungi semua sekretaris dan meminta mereka untuk menghubungi semua klien yang bekerja sama dengan semua perusahaan yang baru saja dibelinya itu.

Sally sudah bersiap, ini adalah pengalaman pertamanya mengunjungi sebuah pesta. Sally berjalan masuk ke dalam gedung pesta. Semua terpesona dengan kecantikan dan aura yang dipancarkan Sally.

Sally lalu berdiri di sudut ruangan dengan tangan yang memegang segelas sampanye.

"Minuman itu tidak baik untuk kesehatan." Ucap William yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.

Sally menyeringai dan berkata, "kau benar-benar seorang penguntit."

"Jika kau berkat begitu." Ucap William. "Aku William Aubrey, kau pasti pernah mendengar nama itu kan?" William menjulurkan tangannya untuk bersalaman.

Sally menatapnya dan tersenyum dingin.

"Siapa yang tidak mengenalmu." Balas Sally lalu membalas uluran tangan William untuk bersalaman.

Perlahan William mencium punggung tangan Sally.

"Sebuah kehormatan bagiku jika kau mau berdansa denganku." Ucap William berusaha mengajak Sally untuk berdansa.

Sally menarik tangannya kembali.

"Aku tidak suka dansa." Balasnya.

"Begitu dingin." Ucap William.

"Kakak ipar." Teriak Oliver yang membuat semua orang terdiam.

Sally yang berdiri berdampingan dengan William membuat orang-orang mulai membicarakan tentang hubungan mereka.

Oliver berjalan mendekat ke arah mereka dan meminta maaf atas kelakuannya.

William menjewer telinga Oliver dan berkata, "dasar idiot."

"Semuanya, silahkan menikmati pestanya. Tidak ada hal apapun seperti yang dikatakan Tuan Oliver." Ucap Sally.

Orang-orang kemudian berhenti bergosip dan mulai menikmati pesta.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!