"Nona kita sudah tiba." Ucap Theo pada Sally.
Sally merenggangkan kedua tangannya kemudian turun dari atas helikopter, kedua orang tuanya sudah menunggunya.
Kedua orang tuanya saling pandang.
"Sayang, apa kau tidak sehat?" Tanya Sang Mama.
Sally mencium pipi mamanya.
"Aku baik-baik saja Ma. Ayo pergi, ada hal penting yang harus aku tangani." Balas Sally seraya berjalan menuju mobil.
"Ada apa dengannya? Kenapa dia bersikap begitu dingin?" Tanya Nyonya Maria pada sang suami.
"Tenanglah, aku akan mencari tahu. Kenapa dia bisa berubah." Balas Tuan Flynn.
"Lihatlah Sall, Papa membelikan mu mobil baru." Ucap Tuan Flynn lagi.
Sally tersenyum dan masuk ke dalam mobil mengajak Theo untuk pergi ke perusahaan.
"Aku akan pulang terlambat." Ucap Sally pada kedua orang tuanya.
"Nona..." Theo hendak mengatakan sesuatu, tapi Sally menyela ucapannya.
"Sudah ribuan kali aku katakan. Panggil aku Sally."
"Maaf Nona, saya tidak bisa melakukannya." Balas Theo.
Sally menghela napasnya.
"Aku dengar kau sudah punya wanita yang kau cintai?"
Theo terlihat malu dan menjawab, "iya."
Sally tertawa kecil, kemudian berkata, "cuti lah, dan istirahat yang banyak. Pernikahanmu akan menjadi pernikahan yang mewah."
"Karena itu adalah pernikahan saya, jadi biarkan saya yang memutuskan." Balas Theo.
"Tidak akan mungkin terjadi." Sally melihat ke arah Theo.
Sally akhirnya tiba di perusahaan dan keluar dari dalam mobil. Semua karyawan terlihat terkejut karena kehadiran Sally. Selama ini dia tidak pernah datang ke perusahaan meski satu kali pun. Dia benar-benar menjauhi perusahaannya dulu.
Semua karyawan menunduk saat Sally melewati mereka.
Sally hendak berjalan menuju ruangannya, namun ia lebih dulu berhenti di meja resepsionis dan mengatakan, "temukan seorang sekertaris untukku, sekertaris yang baik."
Sally lalu berjalan masuk ke dalam lift.
"Apakah kau akan terus mengikuti ku?" Tanya Sally pada Theo.
"Tentu saja Nona, karena itu memang sudah menjadi tugas saya." Jawab Theo.
"Kalau begitu jadilah asistenku di kantor."
"Sesuai perintah Anda Nona." Balas Theo lalu keluar dari dalam lift bersama Sally.
"Kapan Papa akan tiba?" Tanya Sally.
"Tuan besar akan datang jam 10 nanti." Jawab Theo.
"Kau carilah seorang sekretaris yang bisa dipercaya untukku, karena aku akan pergi ke suatu tempat."
"Saya harus mengikuti Anda Nona." Balas Theo dengan cepat.
Sally menatap Theo tajam dan mengatakan, "siapa aku ini?"
"Anda adalah Nona Muda saya." Balas Theo.
Sally menaruh telapak tangannya di dahi Theo.
"Jangan menjadi seperti robot." Ucap Sally.
Sally mulai mencari beberapa perusahaan yang ia temukan semalam dan langsung menelepon semua pemilik perusahaan dan mengatakan bahwa ia akan membeli semua perusahaan yang membuat semua bos itu terkejut.
Sementara itu di tempat lain...
Pemilik gedung apartemen datang ke apartemen Sally dimana disana masih ada Mike.
"Pak, dimana Sally?" Tanya Mike.
"Dia sudah pergi."
"Kemana?"
"Mana aku tahu?"
"Kasihan sekali wanita itu. Dia sudah tak bisa membayar sewa apartemennya dan pergi. Dia tak mungkin bisa menyewa apartemen lainnya. Jadi kemana perginya wanita itu?" Ucap Mike lalu beranjak pergi.
"Menyewa apartemen? Dia tak perlu melakukannya lagi. Sekarang dia pemilik tempat ini, bukan hanya tempat ini. Tapi seluruh gedung ini miliknya. Aku heran, bagaimana mungkin wanita kaya sepertinya bisa tinggal di apartemen seperti ini." Ucap pemilik apartemen saat Mike sudah pergi.
>>>>>>>>>>>>>>
Sally bekerja keras. Dia membeli sebuah apartemen sebagai tempat tinggalnya sendiri. Kedua orang tuanya masih kesulitan menerima sikap Sally yang baru. Tuan Flynn sangat bangga padanya karena telah berhasil memajukan perusahaan. Sally berhasil mendapatkan kesepakatan dengan semua perusahaan itu. Dan sekarang, Sally adalah bos mereka semua.
Sudah dua tahun berlalu sejak Sally berubah. Dia semakin terkenal hari demi hari.
Sally kembali ke kota dimana dulu ia pernah hidup sebagai orang biasa dan sederhana.
Sally menginap di hotel dan tengah mandi, lalu turun untuk makan malam. Setelah itu, ia keluar ke taman hotel untuk mencari udara segar.
"Waah, wanita itu cantik sekali." Ucap Oliver Lim, bujangan 24 tahun, playboy nomor satu di negara ini, merupakan putera tunggal dari keluarga Lim. Tak ada satu wanita pun yang bisa menahan godaan darinya.
"Lihatlah bro, sekali lihat saja kau pasti akan jatuh cinta padanya." Ucap Oliver pada William Aubrey, putera tertua keluarga Aubrey, pria terkaya di kota ini. Dengan wajah tampan yang tak diragukan lagi. Sukses menggantikan sang Papa dalam bisnis dari usia 20 tahun dan sekarang ia berusia 25 tahun sama seperti Sally.
Will melihat ke arah Sally dan dia bahkan tak berkedip sedikitpun hingga membuat Oliver mengejeknya. Tiba-tiba beberapa pria terlihat mendekat dan mengelilingi Sally.
"Damn bro, seseorang berusaha menculik Kakak ipar ku." Ucap Oliver.
Will memukul kepala Oliver dan berkata, "ayo kita lihat sebentar, apa yang akan terjadi selanjutnya."
"Minggir." Ucap Sally pada beberapa orang pria itu.
"Ayolah sayang, jangan galak begitu. Habiskan malam ini bersama kami. Kami akan memuaskan mu." Ucap salah seorang pria tanpa tahu malu.
Salah seorang pria menjulurkan tangannya berusaha menyentuh Sally. Dengan sigap Sally menahan tangan pria itu dengan menariknya keras ke arah belakang punggungnya lalu memutarnya. Seorang pria lainnya hendak memukuli Sally, namun Theo datang tepat waktu lalu mulai memukuli pria itu hingga babak belur.
Sally meminta Theo untuk berhenti memukuli pria itu.
"Kontrol otak mesum kalian dan jadilah pria yang gentleman." Ucap Sally' dengan wajah dingin lalu berlalu pergi.
"Hahahaha otak mesum dia bilang." Oliver terbahak. "Wanita itu memang pantas menjadi kekasihmu." Ucapnya pada William.
Will memandang Oliver dengan wajah yang terlihat marah.
"Untuk menjadi wanitaku, dia harus lebih dulu memenangkan hatiku." Ucapnya.
Will melihat ke arah Sally yang berjalan menjauh, ia kemudian tersenyum.
Oliver terlihat terkejut.
"What the.... Kau baru saja tersenyum." Ucapnya seolah tak percaya melihat Will tersenyum. "Tersenyum." Ulang Oliver lagi.
"Hanya ilusi mu saja." Balas Will lalu berjalan mengikuti Sally.
'Aku yakin, pria yang disampingnya itu adalah bodyguard yang paling kuat dari dalam daftar bodyguard yang ada. Siapa tadi namanya... Theo. Dan kau adalah wanita yang mengakusisi kelima perusahaan itu secara langsung.' ucap Will dalam hati dengan bibir tersenyum.
Theo menutupi leher Sally dengan sebuah syal.
"Diluar sini sangat dingin Nona." Ucap Theo. "Anda harus istirahat."
Will dan Oliver berjalan dibelakang mereka.
Sally menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Kenapa kalian berdua mengikuti ku?" Tanya Sally dengan raut wajah yang dingin.
"Maaf Nona cantik, apakah kau tamu baru disini?" Tanya Oliver.
Sally terdiam, lalu kembali berbalik setelah melihat ke arah William.
"Bukan urusan kalian." Jawabnya ketus.
Sally dan Theo masuk ke dalam lift. Will dan Oliver dengan cepat ikut masuk ke dalam.
"Hei kalian berdua jangan berani...." Ancam Theo.
"Kami juga tamu yang tinggal di hotel ini." Ucap Will menatap Theo dingin.
Theo diam, dan sepanjang lift berjalan naik ke atas, mereka semua memilih diam. Meski sesekali Will mencuri pandang pada Sally. Menyadari hal itu, Theo berdiri di depan tubuh Sally dan menghalangi pandangan William.
'Dasar, pria ini...' umpat Will dalam hati.
Pintu lift terbuka, mereka semua keluar tepat di lantai yang sama. Theo yang mengira kedua pria itu mengikuti Nona Muda nya, lantas berbalik dan menatap mereka berdua dengan tatapan mengancam.
"Ada apa?" Tanya William. "Apa kau pikir kami ini mengikuti kalian? Kamar kami juga berada disini."
Sally tak menghiraukan perdebatan mereka dan memilih masuk ke dalam kamarnya tanpa melihat ke arah lain. Theo lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri, namun sebelum masuk ke dalam kamarnya, ia kembali menatap Will dan Oliver. Theo menggerakkan kedua jarinya, jari tengah dan telunjuk ke arah matanya lalu mengarahkannya ke arah Will dan Oliver.
"I'm watching you." Ucapnya lalu masuk ke kamar dan menutup pintu.
"Pria itu seram sekali." Ucap Oliver.
Ia lalu merangkul William dan berkata, "bukankah ini semua takdir. Takdir yang mempertemukan kalian berdua?"
Will tak berkomentar dan malah mendorong Oliver masuk ke dalam kamarnya, kemudian masuk ke kamarnya sendiri.
"Takdir, huh. Aku akan membuat takdir ini menyatukan kita." Ucap Will.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments