4

Mata Arya melotot horor mendengar mamanya yang mengatakan bahwa besok teman masa kecilnya, Sisil akan ke Jakarta.

Tahu yang lebih horor lagi? Sisil akan menginap di rumahnya selama seminggu.

Kalimat itu terdengar lebih horor daripada Insidious, Paranormal Activity dan semua film horor yang pernah Arya tonton.

Arya tak akan berani berada di dekat Sisil. Menurut Arya keberadaan Sisil jauh lebih menyeramkan dari hantu yang muncul diiringi musik seram.

Ingatan menyebalkan muncul begitu saja saat mendengar nama Sisil. Siapa yang tak kesal jika selalu ditempeli terus.

Sisil adalah mimpi buruk bagi Arya. Dalam semua situasi, bahkan saat keluarganya berkabung sekalipun Sisil pasti selalu menempel padanya.

Semakin Sisil merasa sedih maka semakin sulit juga bagi Arya. Karena Sisil terus menangis dan bersandar pada bahunya.

Tak jarang juga Arya harus rela meninggalkan waktu luang bersama teman-temannya hanya karena mamanya meminta Arya untuk menjaga Sisil.

Sebenarnya Sisil itu cantik. Kulitnya putih bersih, bibirnya merah alami, matanya berwarna hitam legam yan membuatnya seperti boneka hidup.

Waktu kecil banyak anak cowok yang mendekatinya untuk menyatakan cinta, tapi Sisil tak tertarik dan lebih memilih bersembunyi di belakang Arya.

Saat itu Arya merasa teman-temannya begitu lucu. Mereka masih sangat kecil untuk mengerti apa itu cinta.

Arya merupakan satu-satunya cowok yang tak menjahili dan mengejar Sisil. Hal itu membuat Sisil merasa Arya tempat ternyamannya untuk bersembunyi dan menempel pada Arya.

Itulah awal dari Sisil yang terus menempel padanya. Arya sebenarnya ingin tahu kenapa Tuhan menyiptakan makhluk seperti Sisil dalam hidupnya.

Tak bisa dibiarkan, Arya harus mencari cara agar Sisil tak lagi menempel padanya.

Tak masalah jika Sisil bermanja padanya waktu masih kanak-kanak, tapi untuk sekarang Arya tak bisa memakhluminya lagi.

Dia akan membuat Sisil menjauhinya. Entah bagaimana caranya yang pasti Arya harus berusaha melakukannya.

Arya bertekad untuk membuat Sisil jijik padanya sampai tak mau melihat wajahnya lagi.

~oOo~

Dinda menopang dagunya dengan tangan kiri. Membolak-balik album foto yang berisikan foto masa kecilnya bersama Tama.

Hatinya masih sangat sakit karena kejadian tadi siang. Dengan cara inilah Dinda menghibur dirinya sendiri.

Melihat foto-fotonya dan Tama sewaktu kecil selalu berhasil membuat suasana hati Dinda membaik.

Sewaktu kecil Tama begitu imut dengan pipinya yang tembem, mata belo, kulit putih dan bibirnya yang berwarna kemerahan.

Banyak yang mengira Tama seorang perempuan saat kecil dulu. Karena dia memang terlihat manis dan menggemaskan.

Siapa sangka bayi manis itu akan menjadi sosok dewasa yang tinggi dan tegap dan berhasil mengobrak-abrik hati Dinda.

Habis. Sudah tak ada halaman yang harus dilihat. Dinda sudah membuka semua halaman yang ada pada album foto.

Dinda memhembuskan nafasnya perlahan. Dia merasa kesal pada dirinya sendiri, kenapa melihat foto-foto itu semakin membuatnya jauh lebih sakit.

Melihat kenyataan bahwa tingkah lucu dan saling peduli dirinya dan Tama hanyalah bagian dari kisah kakak dan adik.

Rasanya sangat berat saat Dinda harus memaksakan diri merubah cara pandangnya terhadap Tama dan memendam semua perasaannya. Dia hanya adik dari Tama sekarang, tidak lebih.

Huft.. Dinda menghela nafasnya lagi, entah sudah keberapa kalinya. Bagaimana bisa hidupnya yang tenang berubah menjadi berat dalam sekejab.

Dinda merasa butuh hiburan sekarang. Menonton film sepertinya ide yang bagus.

Dinda beranjak dari meja belajarnya. Mencari pada laci kecil tempat kumpulan DVD film-nya. Tapi Dinda harus kecewa karena semua film itu sudah pernah dia tonton puluhan kali.

Dia tidak memiliki CD baru, semuanya film lama. Mau beli, tapi tak ada uang. Menyewa adalah jalan satu-satunya jika sudah seperti ini.

Dinda pergi ke tempat peminjaman DVD film. Dia memilih beberapa film action dan komedi yang dapat merubah suasana hatinya menjadi lebih baik.

Genre romantis merupakan genre yang akan dia coret dari daftar tontonannya. Sedangkan untuk horor, Dinda tak akan berani menonton film horor sendirian. Di siang hari sekalipun.

Dinda tersenyum bahagia. Sudah ada tiga DVD ditangannya. Saat akan membayarnya ke kasir, dia melihat Arya sedang memilih DVD.

Dinda tersenyum kecut saat melihat sosok itu di sana. Baru melihatnya dari belakang saja sudah membuat suasana hatinya kembali memburuk.

Dinda memutuskan mengamati cowok itu sejenak. Dia merasa ada yang mengganjal. Perasaan wanita memang tak bisa dibohongi.

Jika dilihat baik-baik Arya sedang berdiri di depan rak yang berisikan film dewasa.

Jadi Arya suka menonton film dewasa. Bukankah seingat Dinda, Arya merupakan wakil ketua osis sementara di sekolahnya.

Bahkan banyak yang mengatakan kalau Arya akan mencalonkan diri sebagai ketua osis saat pemilihan berikutnya.

Inilah waktu yang tepat untuk menjatuhkan Arya. Siapa tahu hal ini bisa berguna untuknya.

Dinda memotret semua yang Arya lakukan di rak film dewasa itu, bahkan sampai Arya membayar beberapa DVD itu ke kasir.

Dinda tersenyum senang melihat hasil fotonya. Matanya bahkan berbinar seperti Nami, salah satu serial anime One Piece saat melihat harta karun di depan matanya.

Ya, foto itu memang harta karun bagi Dinda. Apalagi wajah Arya sangat terlihat jelas di foto.

Beberapa orang nampak melihat Dinda aneh karena terus menatap ponselnya sambil tertawa.

Merasa diperhatikan Dinda langsung menyelesaikan aksi gilanya. Dia salah tingkah sendiri dilihat seperti itu.

Dinda buru-buru membayar DVD yang akan dipinjamnya sebelum dia lebih merasa malu lagi di toko itu.

~oOo~

Dinda melempar DVD di tempat tidur. Dinda membaringkan tubuhnya sambil melihat hasil jepretan yang kini terpampang di layar ponselnya.

Membayangkan reaksi teman-teman dan kakak kelasnya nanti saat melihat foto yang diambilnya berhasil membuat Dinda ketawa-ketiwi sendiri.

Senyum Dinda tak bisa dia sembunyikan saat membayangkan reputasi Arya hancur karena foto itu.

Dinda tidak jahat. Salahkan Arya yang tak mau mendengar penjelasannya. Dan juga sebagai pembalasan Dinda karena membuat Tama salah paham.

Walaupun secara teknis semua ini salah Arya melainkan Seryl, tapi Dinda tak peduli. Dia hanya butuh seseorang untuk disalahkan dan dibenci sekarang dan Arya merupakan orang yang tepat untuk itu.

Dinda menatap foto cowok yang berada pada layar ponselnya. “Coba kita ketemunya baik-baik,” keluh Dinda.

Siapa orang bodoh yang akan memusuhi cowok setampan Arya. Apalagi dengan pangkat wakil ketua osis yang merangkap sebagai anak basket.

Jika saja Dinda bertemu dengan Arya dengan waktu dan situasi yang tepat mungkin Dinda tak akan membenci Arya seperti sekarang.

“Mau gimana lagi. Lo udah gue targetin jadi musuh gue,” monolog Dinda pada foto yang masih terpajang di layar ponselnya.

Dinda tak jadi menonton film. Dia memilih untuk tidur lebih awal karena toh alasannya menonton film sudah hilang.

Setelah mendapat ide gila itu perasaan dan pikirannya menjadi lebih baik.

Siapa sangka orang yang membuatnya kesal berbalik merubah suasana hatinya menjadi lebih baik.

~oOo~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!