Mos Sialan 2010
Cewek berseragam putih biru tampak berlari menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.
Kucir yang tegak berdiri serta penuh dengan pita warna-warni bergerak lucu seirama dengan hentakan kakinya.
Cewek yang memiliki nama lengkap Dinda Dwi Aryani itu berlari menuju mamanya yang tengah mengoleskan selai pada roti di meja makan.
Bukan keinginan Dinda untuk dikucir kekanakan seperti itu. Semua ini karena persyaratan MOS yang mengharuskan siswa baru dikucir menurut tanggal lahir.
Dan yang lahir di tanggal 1 seperti Dinda dilarang untuk mengucirnya secara normal jika tak ingin para panitia sendiri yang mengucirnya.
Tentu saja hasilnya akan lebih mengerikan dari kucir rambut Dinda saat ini.
“Dinda hati-hati. Nanti kamu jatuh,” ucap sang mama khawatir.
“Nggak ada waktu, Ma. Dinda udah telat.”
Dinda mencomot roti yang sudah selesai diolesi selai oleh sang mama. Mengunyah potongan pertama roti yang dia gigit dan meminum seteguk susu yang berada di samping piring rotinya.
Setelah mulut penuhnya mulai kosong, Dinda mencium pipi sang mama. “Dinda berangkat dulu, Ma.”
Dinda berlari sambil bersusah payah menghabiskan rotinya sebelum sampai ke pintu depan.
“Jangan lupa bawa helm,” teriak sang mama dari dapur.
Tiba-tiba saja kepala Dinda kembali menyembul untuk mengambil helm. Dinda tersenyum kepada sang mama kemudian kembali menghilang dari balik pintu.
Mama Dinda hanya bisa geleng kepala melihat tingkah anak perempuannya yang pelupa itu.
Bukan sekali dua kali anaknya lupa dengan banyak hal. Tidak peduli Dinda sedang terburu-buru ataupun santai. Pasti ada saja salah satu barangnya yang tertinggal.
Karena itu Dinda terbiasa membuat catatan dalam ponselnya jika dia memiliki acara atau barang yang harus dibawa untuk keesokan harinya.
Karena itu juga kalender pada ponselnya penuh dengan tanda catatan pengingat di setiap tanggalnya.
~oOo~
Dinda tersenyum ke arah seorang cowok yang tengah duduk di atas motor menunggu nya di depan rumah.
Bukan, cowok itu bukan pacar Dinda. Melainkan tetangga sebelah yang memang satu sekolah dengannya, namanya Mas Arya.
Mas Arya satu tingkat di atas Dinda. Karena hari ini pertama kalinya Dinda masuk sekolah, maka Mas Arya dengan senang hati menerima permintaan Tante Diana, mama Dinda untuk mengantar tetangga manisnya itu ke sekolah.
“Lama ya, Mas?” tanya Dinda tersenyum malu kepada Arya.
“Mas sih nggak masalah nunggu, tapi kamunya yang masalah kalau telat. Ayo naik.”
Dinda segera naik ke montor dan memakai helm supaya Arya bisa cepat melajukan motornya.
Ya, ini memang baru jam 6 pagi. Bukannya kesiangan, bahkan terlalu awal bagi Mas Arya untuk berangkat ke sekolah.
Toh juga hari ini Arya masih dalam rangka libur sekolah. Beda hal dengan Dinda yang hari ini wajib mengikuti MOS dan diharuskan berada di sekolah jam 6 tepat.
Sialnya Dinda masih berada di jalanan saat jarum jam menunjuk pukul 6 pagi.
Dinda mengeratkan pegangannya pada pinggang Arya yang dengan amat sangat terpaksa melajukan motornya di atas rata-rata supaya Dinda tidak terlambat.
Bukannya takut, Dinda malah tersenyum di balik punggung Arya. Sebab dia sangat menyukai posisi ini. Dinda senang bisa sedekat ini dengan Arya.
Benar, Dinda memang memiliki perasaan lebih pada cowok berbadan tinggi itu. Dan dia memiliki keinginan untuk menyatakan perasaannya pada Arya saat masuk SMA yang berarti sekarang.
Arya menghentikan montornya tepat di depan gerbang sekolah. Sudah sepi. Dinda benar-benar terlambat. Hela nafas terdengar dari mulut Dinda saat mendapati gerbang yang sudah sepi.
“Aduh sepertinya kamu bakal kena hukum,” ucap Arya prihatin.
“Iya nih Mas.”
“Ya udah, cepetan masuk sana.”
Bukannya bergegas masuk, Dinda masih saja berdiri di tempatnya.
Arya mengerutkan keningnya bingung pada cewek yang sudah dia anggap seperti adiknya itu.
“Kenapa? Ada yang ketinggalan?” tanya Arya bingung melihat Dinda yang tak kunjung masuk ke dalam.
Dinda menggeleng pelan. “Anu–sebenarnya ada yang pengen Dinda omongin sama Mas Arya,” ucap Dinda malu sambil menundukan wajahnya.
Dinda cukup tahu diri kalau dirinya sudah sangat terlambat untuk mengikuti MOS, tapi Dinda tak mempermasalahkan hal itu. Masuk sekarang ataupun nanti hasilnya tetap sama. Dinda akan tetap menerima hukuman karena datang terlambat.
“Udah nanti aja pas pulang sekolah. Kamu masuk aja dulu.”
Dinda mengerucutkan bibirnya kesal mendengar ucapan Arya. Mau bagaimana lagi, Dinda tak bisa membantah Arya.
Arya menerima helm dari Dinda sambil tersenyum hangat. Dan senyum itu juga yang merupakan salah satu alasan Dinda menyukai Arya.
Senyum yang memberikan kesan nyaman pada si penerima.
“Good Luck, ya,” ucap Arya sambil tersenyum sebelum melajukan montornya menjauh dari sekolah.
“Yahh gagal. Padahalkan Dinda mau ngomong kalau Dinda suka sama Mas Arya,” monolog Dinda sedih karena tak bisa menyatakan perasaannya di hari pertama masuk SMA.
“Apa lo bilang? Lo mau nembak Arya?” tanya seseorang di belakang Dinda.
Dinda dibuat terkejut dengan suara itu. Sejak kapan di belakangnya ada orang? Bukannya dari tadi dia hanya sendiri di depan gerbang.
Sontak suara itu berhasil membuat Dinda berbalik. Di depan Dinda tengah berdiri seorang cewek dengan ID card bertuliskan ‘PANITIA’ berwarna biru yang menggantung di lehernya.
Dinda membaca name tag di baju osis kakak kelasnya. Seryl Andraini S, itulah nama yang tertulis di name tag.
“Lo beneran suka sama Arya?” tanya cewek bernama Seryl itu.
Dinda yang bingung harus menjawab jujur atau tidak hanya memilih untuk diam tak menjawab.
“Iya apa nggak? Lo punya mulut, kan?” tanya Seryl galak.
Nyali Dinda dibuat menciut oleh gertakan Seryl, akhirnya Dinda memilih jalan aman dengan cara mengangguk.
Dinda bisa melihat senyum mengejek dari kakak seniornya. Apa maksud dari senyum itu? Apa menurut Seryl, Dinda tak pantas menjadi pacar Mas Arya?
“Cepetan masuk sana. Biar cepet juga lo dihukumnya,” ucap Seryl sambil menyeriangai membuat Dinda bergidik ngeri dibuatnya.
Dinda cukup penasaran dengan hubungan Seryl dan Mas Arya.
Bagaimana bisa cewek itu mengenal Mas Arya? Apa Mas Arya memang populer di sekolah? Atau jangan-jangan Seryl teman sekelasnya Mas Arya.
Dinda hanya bisa menunduk takut saat berjalan di belakang Seryl.
Bukan takut akan di hukum atau takut perasaannya pada Mas Arya terbongkar. Hanya saja Dinda tak ingin Mas Arya tahu bagaimana perasaannya dari orang lain.
Dinda ingin Mas Arya mengetahui tentang perasaannya dari mulutnya sendiri.
“Eh, gue punya cerita lucu ni,” ucap Seryl setelah berada di depan teman-temannya yang berkumpul di pos panitia dekat gerbang sekolah.
Di depan pos telah berada beberapa siswa baru yang sepertinya juga akan di hukum karena terlambat.
“Apaan?” tanya seorang cowok penasaran.
“Ini. Ada anak baru yang katanya mau nembak Arya,” ucap Seryl sambil menunjuk Dinda. Sedangkan yang ditunjuk hanya bisa meundukan kepalanya.
“Serius si Alien suka sama Arya?” tanya cowok bername tage Galih Saputro itu tak percaya.
“Alien?” tanya Seryl bingung.
“Liat tu kucir rambutnya udah persis sama antena dikepalanya Alien,” jelas Galih sambil memainkan rambut Dinda.
Seryl mengangguk paham. “Tanya aja sendiri kalau nggak percaya.”
“Beneran lo suka sama Arya?” tanya Putri salah satu cewek yang juga memakai name tag panitia.
Putri mencondongkan tubuhnya berusaha menatap wajah Dinda yang menunduk.
Lagi-lagi Dinda hanya mengangguk lemah. Ada rasa kesal saat Dinda terus-terusan ditanya dengan pertanyaan yang sama.
Melihat jawaban dari Dinda, berhasil membuat semua panitia manatapnya tak percaya.
Mereka terkejut anak baru macam Dinda sudah berani menyukai kakak kelasnya.
Ya, walaupun memang Arya sangat populer di sekolah, tapi menurut mereka hal yang dilakukan Dinda ini benar-benar terbilang berani.
Apalagi ini baru hari pertama MOS. Mereka tak habis pikir bagaimana bisa Dinda mengenal Arya.
“Kenapa semuanya pada ngumpul di sini? Cepetan bantu yang lain di lapangan,” ucap seorang cowok yang terdengar marah menegur semua panitia yang berada di pos.
“Tunggu deh. Ada hal yang mesti lo denger. Ini ada Alien yang bilang naksir sama lo,” ucap Seryl pada cowok yang baru datang.
Cowok yang awalnya marah itu berjalan mendekati Dinda yang sekarang tengah berada di depannya.
Dinda hanya menunduk sambil menatap kedua kaki yang dia gerakan gusar.
“Beneran lo naksir sama gue?”
Dinda mendongak menatap cowok yang berdiri menjulang tinggi di depannya.
Dia membelalakan matanya mendengar pertanyaan tak masuk akal itu.
Gelengan kepala Dinda berhasil membuat Arya menatap teman-temannya untuk meminta penjelasan.
“Bohong. Semua orang di sini saksinya kalau dia ngaku suka sama lo,” bela Seryl yang segera dibalas anggukan setuju dari yang lain.
Arya menghela nafas panjang. Fia berpikir mungkin adik kelasnya ini malu karena perasaannya terbongkar dengan cara seperti ini.
Tapi seingat Arya, dia tak pernah bertemu dengan adik kelas di depannya ini. Atau jangan-jangan cewek berantena alien itu stalkernya?
“Udah yang lain ke lapangan dulu. Biar dua panitia aja yang ngurus di pos,” putus Arya.
Arya membubarkan mereka, tak ingin masalah kecil seperti cinta-cintaan menghambat jalannya MOS.
“Udah selesai kok. Semua yang baris di depan pos udah selesai dihukum. Tinggal satu orang di depan lo,” balas Seryl.
“Itu bagian lo,” kali ini Galih yang bersuara.
Galih berjalan menuju barisan adik kelas yang masih berjejer di depan pos. Dia membubarkan barisan dan membawa peserta MOS yang terlambat untuk bergabung dengan teman-temannya di lapangan tengah.
“Mas, ini salah paham,” ucap Dinda pada cowok di depannya.
“Mas.. mas.. panggil kak. Lo pikir gue mas-mas tukang ojek.”
“Eh iya, Kak.”
“Udah jujur aja.”
“Dinda jujur kok, Kak. Dinda nggak naksir sama Kakak. Bahkan nama Kakak aja Dinda nggak tahu.”
“Arya. Arya Mahendra,” ucap si cowok sambil menunjukan bed nama pada seragam osisnya.
Aduh. Jadi kakak kelasnya tadi benar-benar salah paham. Bagaimana bisa Dinda tidak kepikiran tentang adanya dua Arya dalam satu sekolah. Bahkan dua nama dalam satu kelas saja sangat lumrah pada saat dia SMP dulu.
“Ikut gue sekarang.”
“Kak, ini semua salah paham.”
“Gue nyuruh lo ikut gue, jadi diem aja nggak usah banyak omong.”
Akhirnya Dinda pasrah mengekor di belakang kakak kelasnya. Ingin sekali Dinda meluruskan kesalahpahaman ini, tapi dia jadi malas mengingat bagaimana respon Kak Arya.
Apa kakak kelasnya ini pikir, dia cowok paling keren di dunia sampai percaya begitu saja saat ada yang bilang ada adik kelas yang suka padanya.
~oOo~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Erni Fitriana
mampir thor
2022-10-11
1
Muhammad Alwi
mampir nie besti
2022-09-24
1
eva lestari
menariiikkkk 😁
2022-09-23
1