Bab 4. Percobaan Pembunuhan

Liu Qingqing akhirnya bisa bernapas lega setelah kepergian Zhou Yicheng dan Guan Zhong. Namun, sayang sekali dua mahluk pengganggu kembali datang dengan wajah dipenuhi amarah.

"Liu Qingqing, kenapa kamu menolak lamaran Yang Mulia Pangeran Pertama?" tanya Li Shu sembari berteriak.

Liu Qingqing menikmati tehnya dengan santai tanpa menjawab sepatah kata pun. Bagi dia pertanyaan Li Shu bukanlah bentuk dari rasa peduli, melainkan hanya sebatas menggali lubang informasi lebih dalam. Jadi kenapa dia harus repot-repot menjelaskan alasannya kepada Li Shu?

Melihat tingkah tidak sopan Liu Qingqing membuat Liu Yifei tidak tahan untuk ikut berteriak, "Liu Qingqing, apa kau tak mendengar perkataan ibuku? Kenapa kau tidak mengambil kesempatan bagus itu? Kamu bodoh atau apa?"

"Liu Yifei, kamu berani berteriak! Apa tidak takut aku membunuhmu?" Liu Qingqing menggebrak meja dengan keras. "Semua yang aku lakukan bukanlah urusan kalian! Jika kamu menyukai Pangeran Zhou Yicheng, silakan nikahi dia!"

Walaupun Liu Yifei mau, bukan berarti Zhou Yicheng akan mengambilnya sebagai istri. Meski Liu Yifei merupakan putri pertama Jenderal Liu Anren, tetapi dia bukan anak dari istri sah. Jadi pilihan terbaik harusnya tetap jatuh kepada Liu Qingqing dan jika bicara hal yang wajar Pelat Feilong bisa dipastikan akan jatuh ke tangan Liu Qingqing.

Sebagai kandidat terbaik dengan kecantikan sempurna tentu Liu Qingqing akan lebih enak dipandang. Liu Yifei sendiri meski cantik, itu tidak lebih dari kecantikan yang mudah dilupakan. Zhou Yicheng bukanlah orang bodoh yang akan melepaskan emas demi sepotong tembaga.

Liu Qingqing tidak meladeni Li Shu dan Liu Yifei lebih jauh, itu karena ada hal yang jauh lebih penting untuk diurus. Misalnya, merencanakan langkah selanjutnya untuk menghadapi Zhou Yicheng atas penolakan lamaran. Keputusan Liu Qingqing sudah merubah alur dari novel sehingga dia perlu bersiap untuk masalah tak terduga lainnya yang mungkin akan datang.

Ketika malam telah tiba, Liu Qingqing dan Bai Liu berada di kamar yang sama. Mereka masih terjaga meski tidak ada perbincangan sama sekali. Bai Liu berbaring dengan posisi miring ke satu sisi. Dia memperhatikan Liu Qingqing dari tempat tidurnya.

Liu Qingqing sendiri berbaring terlentang sembari menatap langit-langit kamar. Pikirannya melayang mencoba mengingat setiap detail kejadian dari alur di novel yang dia baca. Seharusnya setelah Zhou Yicheng melamar Liu Qingqing, Song Nian akan mencoba mencelakai Liu Qingqing.

Mungkinkah hal tersebut akan terjadi seperti di novel atau tidak sama sekali. Lebih baik menyiapkan payung sebelum hujan turun.

Bai Liu memutuskan untuk bertanya, setelah melihat Liu Qingqing tidak merubah posisinya dalam waktu yang lama. "Nona, apa yang sedang kamu pikirkan?"

"Bukan apa-apa, Liu'er. Kenapa kamu tidak tidur?"

"Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan pada Nona," ujar Bai Liu dengan pelan.

Tanpa menoleh Liu Qingqing bertanya, "Apa itu?"

"Kenapa sikap Nona berubah setelah tenggelam di danau? Apa Nona tidak takut mereka akan membalas dendam dengan menyiksa Anda lebih kejam?"

Liu Qingqing cukup terkejut dengan pertanyaan Bai Liu. Jelas sikapnya berubah karena dia bukanlah pemilik tubuh yang asli, tetapi tidak mungkin Liu Qingqing akan berkata jujur. Pada akhirnya dia hanya bisa menghela napas dengan berat. "Entahlah, mungkin ini berkah dari Dewa. Bukankah aku yang seperti ini jauh lebih bagus? Jadi aku bisa melawan mereka dan melindungimu."

Kata terakhir Liu Qingqing terlalu berkesan di hati Bai Liu sehingga tanpa sadar dia sedikit tersenyum. "Nona, Anda tidak perlu melindungiku karena aku bisa melindungi diri sendiri. Akulah yang seharusnya melindungi Anda."

"Melindungiku? Liu'er, dengan apa kau akan melindungiku? Bahkan di novel saja kamu hanya gadis penurut yang tidak bisa membantu nonamu terlepas dari masalah. Tapi, aku senang karena kamu mengatakan hal itu ditambah kamu orang yang setia," pikir Liu Qingqing.

Meski ucapan Bai Liu sedikit berlebihan, tetapi Liu Qingqing sangat menghargainya. Dia menoleh ke arah Bai Liu dan berkata dengan lembut. "Baiklah, kamu yang akan menjagaku mulai saat ini. Sekarang tidurlah karena besok kita harus pergi pagi-pagi."

"Baik, Nona. Selamat beristirahat," ucap Bai Liu sebelum menggerakkan tubuhnya untuk berubah posisi. Setelah itu dia mulai memejamkan mata, bersiap untuk tidur.

Liu Qingqing tersenyum melihat pelayannya begitu nurut. "Liu'er, terima kasih banyak untuk ketulusanmu."

Seperti yang sudah direncanakan, Liu Qingqing dan Bai Liu pergi pagi-pagi sekali sebelum matahari naik ke cakrawala. Mereka berniat mengunjungi makam kedua orangtua Liu Qingqing. Jarak kediaman Keluarga Liu dan tempat pemakaman Keluarga Liu tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu sehari untuk pulang pergi.

Ketika senja turun sebuah kereta melaju dengan cepat membelah hutan bambu. Setelah menempuh jarak yang lebih jauh tiba-tiba kusir menarik tali kekang membuat kuda terkejut. Kuda itu mengeluarkan suara ringkikan panjang dengan kaki depan melonjak tinggi, lalu turun kembali ke tanah.

Sekelompok orang bertopeng berjubah hitam muncul secara misterius. Mereka mencoba menghalangi kereta Liu Qingqing. Setiap orang memegang pedang di tangan mereka bersiap untuk menyerang.

"Siapa kalian? Berani-beraninya kalian menghalangi kereta putri Jenderal Liu!" teriak sang kusir.

Kelompok bertopeng tidak repot-repot menjawab, dengan satu tarikan napas mereka langsung menyerang. Sang kusir pun segera meluncur pergi untuk melawan para pengganggu. Pelayan kediaman Keluarga Liu meski bukan dari Pasukan Feilong, tetapi cukup terlatih sehingga tanpa menunggu perintah Liu Qingqing mereka sudah terjun ke pertarungan.

Liu Qingqing di dalam kereta tersenyum kecil. Hatinya berkata, "Akhirnya hal ini terjadi juga, persis seperti alur di novel."

Ekspresi Bai Liu berbanding terbalik dengan ekspresi Liu Qingqing. Tubuhnya bergetar hebat dengan wajah mulai memucat. "Nona, bagaimana ini? Kereta kita dicegat seseorang."

"Liu'er, tenanglah! Kamu jangan takut, aku akan melindungimu," kata Liu Qingqing mencoba menghibur Bai Liu. "Kamu tetap di sini, aku akan membantu mereka."

"Nona, Anda jangan keluar. Aku takut orang-orang itu akan melukai Anda," ujar Bai Liu dalam ketakutan.

Sebelum keluar dari kereta Liu Qingqing menatap Bai Liu dan berkata tanpa keraguan. "Liu'er, percayalah padaku. Kamu tetap di sini, jangan keluar!"

Bai Liu untuk sesat terdiam oleh tatapan Liu Qingqing. Dia merasa Liu Qingqing sangat tenang tanpa ada sedikit pun ketakutan dalam menghadapi kelompok pembunuh. Bahkan dia sekilas bisa melihat nonanya tersenyum saat akan terjun ke pertempuran.

"Apa itu benar-benar Nonaku? Kenapa dia tidak takut sama sekali menghadapi para pembunuh?" pikir Bai Liu.

Kilat cahaya dingin yang samar keluar dari lengan baju Liu Qingqing. Ketika dia menarik tangannya menjauh sebuah pisau pendek muncul. Liu Qingqing melambaikan pisaunya mencoba menembak ke arah pemimpin kelompok pembunuh.

Pemimpin kelompok itu bernama Li Zemin, orang paling tinggi di antara para pembunuh. Liu Qingqing mengetahuinya dari novel, dengan begitu dia langsung mencari tahu informasi tentang Li Zemin sebelum berangkat ke pemakaman tadi pagi.

Li Zemin tercengang melihat pisau pendek akan menembus tubuhnya. Dia segera menangkis pisau Liu Qingqing dengan pedang. Sebagai preman ibu kota Li Zemin bisa dikatakan cukup ahli dalam seni beladiri. Sayangnya gerakan dia masih kurang gesit, karena detik berikutnya Liu Qingqing sudah kembali menyerang.

Liu Qingqing sedikit tertawa dan sebuah senyuman kecil muncul di wajah cantiknya. Naluri sebagai pembunuh bayaran di dunia modern kembali hadir, memaksa dia untuk terus menyerang dengan ganas. Bahkan tanpa diketahui siapa pun diam-diam Liu Qingqing menunggu momen ini.

"Jatuhkan pemimpinnya, lalu pertarungan akan berakhir." Sebuah pemikiran cerdik muncul di benak Liu Qingqing.

Li Zemin dibuat terkejut dengan perlawanan Liu Qingqing. Dari informasi yang dia dapat putri Jenderal Liu Anren tidak bisa bertarung sama sekali, tetapi kenyataannya sungguh lain. Saat melihat niat membunuh dari mata cerah gadis itu, Li Zemin tidak bisa tidak berpikir kalau dia telah masuk dalam lubang kesalahan yang dalam.

Sebagai preman ibu kota bukan berarti Li Zemin tidak takut akan kematian. Ditambah fakta bahwa masih ada keluarga yang menunggu kepulangannya, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan pertarungan. Li Zemin hanya bisa mundur dengan tergesa-gesa, tetapi ketika dia akan melakukannya Liu Qingqing meluncurkan serangan kembali.

Bicara hal wajar memang sudah sepantasnya Liu Qingqing bisa sedikit beladiri sebagai pertahanan diri. Bagaimanapun dia adalah putri jenderal agung ibu kota. Namun, orang-orang tidak tahu kalau jiwa di tubuh putri jenderal bukanlah jiwa aslinya, tetapi jiwa orang lain—Xiao Qing dari dunia modern, wakil ketua organisasi pembunuh bayaran di Beijing.

Liu Qingqing kembali melemparkan pisau pendek ke udara dan memukulnya dengan paksa. Pisau di udara melesat ke arah pemimpin kelompok pembunuh. Li Zemin buru-buru mengangkat pedangnya guna menangkis serangan lawan. Ketika melakukan itu Li Zemin merasa seperti seribu palu menghantamnya, memaksa lengannya bergetar hebat. Pedang di tangan Li Zemin akhirnya jatuh ke tanah.

Mengambil kesempatan tersebut, Liu Qingqing dengan cepat meleset ke arah Li Zemin. Tangannya memegang sebuah pedang yang diambil sembarang dari mayat kelompok pembunuh. Liu Qingqing mengarahkan pedang itu ke leher Li Zemin tanpa sedikit pun keraguan.

"Katakan siapa yang menyuruh kalian?" tanya Liu Qingqing dengan sorot mematikan.

Terpopuler

Comments

Aisyah RM

Aisyah RM

Liu qingqing kamu keren sekali

2022-12-31

0

adie_izzati

adie_izzati

seru nih thor

2022-11-09

1

Aisyah RM

Aisyah RM

mantul kak.


makin keren

2022-08-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!