Sejauh ribuan mil di bawah langit malam, dua orang lelaki memasuki hutan tanpa akhir. Satu orang memegang senter sebagai penerangan, sedangkan yang lain menggendong seorang wanita dengan luka di sekujur tubuh. Mereka mencoba memecah semak kegelapan menuju ke sebuah danau.
Ada rumor yang beredar luas, bahwa di danau tersebut bersemayam monster air pemakan manusia. Namun, tentang penampakan wujud aslinya belum pernah ada yang melihat. Bisa saja hal tersebut hanya akal-akalan pihak tertentu supaya hutan itu tidak dijamah oleh para mahluk perusak.
Angin berembus dingin membuat bulu kuduk merinding, tetapi tidak menyurutkan tekad kedua lelaki itu untuk terus berjalan maju. Setelah membelah semak belukar di kedalaman hutan akhirnya mereka sampai. Kedua lelaki itu berdiri di pinggir danau dan siap melemparkan wanita yang tampak hampir meninggal.
"Akhirnya sampai juga. Cepat kita buang tubuhnya ke danau, lalu segera kembali!" perintah si pembawa senter.
Teman si pembawa senter menurunkan wanita itu dari punggung, lalu menyandarkan tubuhnya pada sebatang pohon. Sambil meregangkan otot-otot dia berkata, "Apa kita benar-benar akan membuang Wakil Ketua ke danau? Kenapa tidak kita tinggalkan saja dia di sini? Mungkin nanti akan ada hewan buas yang memakan tubuhnya."
"Ketua menyuruh kita membuangnya ke danau. Apa kamu mau berakhir seperti dia?" tanya si pembawa senter.
"Tidak, tidak. Aku masih sayang nyawaku!" Dia menunduk untuk melihat wanita itu. "Wakil Ketua Xiao Qing, maafkan aku karena harus memperlakukanmu seperti ini."
Wajah Xiao Qing seperti batu giok dingin, pucat dan kusam. Bahkan bibir wanita itu sudah kehilangan warna darahnya, seolah-olah dia akan bernapas untuk terakhir kali. Di tengah kesuraman ini matanya tertutup rapat, tetapi Xiao Qing tidak kehilangan kesadaran.
Nyatanya Xiao Qing masih bisa mendengar ucapan orang lain. Bulu matanya yang panjang sedikit bergerak ketika dia membuka mata secara berlahan. "Jing Ci, ini adalah kebebasan yang telah lama aku tunggu. Segala perbuatan pasti akan mendapatkan balasan! Pada akhirnya kalian juga akan menemui kematian suatu saat nanti."
Bahkan berbicara saja, kini telah menjadi pekerjaan yang melelahkan bagi Xiao Qing. Dia kembali menutup matanya setelah menarik kalimat tersebut. Wajah wanita itu sangat pucat membuat orang normal akan merasa ngeri untuk melihatnya.
Jing Ci hanya diam membeku. Dia merasakan desiran aneh di hatinya ketika mendengar suara Xiao Qing yang mirip seperti rintihan. Jing Ci ingin mengelak, tetapi memang ada kebenaran di perkataan Xiao Qing. Semua mahluk hidup pada akhirnya akan meninggal. Itulah garis takdir yang mutlak.
Temannya tidak seperti Jing Ci, dia memilihi hati yang jauh lebih keras seperti batu. Pada kenyataannya ucapan Xiao Qing tidak menarik rasa simpati si pembawa senter sedikit pun. Dia membuang muka seolah-olah wanita itu sama sekali tidak layak untuk dilihat. "Mengapa masih buang-buang waktu? Jangan dengarkan dia! Semua orang pasti akan berbicara omong kosong bila berhadapan dengan kematian. Lekas bertindak, lalu kita bisa pulang untuk beristirahat!"
"Jangan hanya bicara, cepat bantu aku! Kamu pegang kakinya dan aku akan pegang bagian tangannya!" Jing Ci memberi perintah dengan suara keras.
Tanpa mengatakan apa-apa di pembawa senter mendekat ke arah Xiao Qing untuk melaksanakan tugasnya. Jing Ci dengan segera ikut mengambil bagian. Tidak menunggu lama mereka akhirnya membuang tubuh Xiao Qing ke danau.
Lemparan kedua lelaki itu memecah ketenangan danau dan menimbulkan riak yang dalam. Keindahan bayangan bulan di permukaan air berhasil dirusak orang tindakan tercela mereka. Tanpa menunggu lebih lama, para pelaku kejahatan segera pergi meninggalkan kegelapan hutan.
Tubuh Xiao Qing semakin tenggelam ke dalam danau. Butiran kecil berhasil keluar dari ujung mata Xiao Qing yang tertutup rapat dan darah dari lukanya mulai bercampur dengan air dingin. Pikiran wanita itu melayang ke hari-hari di mana dia menghabiskan sebagian waktunya untuk perencanaan pembunuhan atas perintah seseorang.
"Inilah harga yang harus dibayarkan untuk semua nyawa yang telah aku habisi. Pada akhirnya aku tidak bisa menyelamatkan mereka, bahkan aku masih belum bisa menjadi orang baik." Pikiran sedingin air danau memenuhi benak Xiao Qing.
Pada kenyataannya di danau itu tidak bersemayam sosok monster air pemakan manusia, tetapi ada array mantra ribuan tahun. Darah Xiao Qing yang bercampur dengan air membuat array tersebut aktif dan menimbulkan pusaran air. Jurang air berputar menarik tubuh Xiao Qing ke dasar danau.
Dalam keadaan seperti itu dia tidak bisa tidak berpikir kehidupannya akan berakhir. Xiao Qing mengangkat ujung bibirnya sedikit ke atas, seolah-olah dia telah siap menemui kematian. Dia berkata dalam hati. "Ternyata nasibku sama dengan Liu Qingqing, terbunuh di tangan orang terdekat."
Namun, manusia tidak pernah tahu kapan dan di mana berkah Dewa akan turun. Apalagi untuk alasannya mereka lebih tidak tahu lagi. Ketika Xiao Qing berpikir kehidupannya telah berakhir ternyata itu salah, karena dia bisa kembali bernapas secara teratur setelah beberapa waktu yang tidak diketahui.
Suara erangan kecil terdengar saat Xiao Qing berusaha membuka kelopak matanya yang berat. Pemandangan pertama kali yang dia tangkap bukanlah danau dingin atau hutan gelap tanpa akhir, tetapi sebuah ruangan dengan dekorasi klasik berbahan kayu, luas, dan indah bernuansa kehijauan. Itu seperti rumah khas zaman dahulu.
Tiba-tiba terdengar suara derit pintu dari luar dan seseorang masuk membawa sebaskom air panas. Dia berpakaian layaknya seorang pelayan dari keluarga kalangan atas. Sebuah senyuman muncul di wajah Bai Liu ketika dia melihat Xiao Qing sudah sadar.
"Nona, kamu sudah bangun?" tanya Bai Liu sembari mendekat ke arah Xiao Qing. Dia menaruh bawahannya ke atas meja kecil dekat dengan tempat tidur.
Xiao Qing tidak menjawab. Dia memandang Bai Liu dengan tajam dan hatinya dipenuhi banyak pertanyaan. "Siapa dia? Bagaimana dia bisa memanggilku Nona? Di mana aku sekarang? Kenapa ruangan ini begitu asing?"
Kekhawatiran muncul di hati Bai Liu sehingga dia mengulurkan tangannya ke dahi Xiao Qing. Gerakannya terlihat sangat berhati-hati dan begitu lembut, tetapi hal tersebut semakin menambah keheranan di wajah cantik Xiao Qing.
Xiao Qing bertanya dengan heran. "Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Tenanglah, Nona. Aku hanya ingin memeriksa keadaanmu," jawab Bai Liu dengan sopan. Melihat Xiao Qing masih belum merubah ekspresinya, Bai Liu segera melanjutkan. "Baguslah, sekarang keadaan Nona sudah membaik. Aku sangat khawatir ketika kamu jatuh ke danau dan tak sadarkan diri selama tiga hari."
"Tiga hari? Bukankah semalam aku masih hidup dan dibuang ke danau oleh anak buah Bei Muchen?" Sebenarnya apa maksud gadis ini?" Semua pertanyaan bersemayam di benak Xiao Qing, tetapi yang keluar dari mulutnya bukanlah hal itu. "Siapa kamu? Bagaimana aku bisa ada di sini? Apakah kamu yang telah menolongku saat aku dibuang ke danau?"
Dicerca banyak pertanyaan sekaligus membuat Bai Liu bingung. Dalam hatinya dia bertanya, "Apa Nona hilang ingatan? Kenapa dia tidak ingat dengan semuanya?"
Setelah berpikir sejenak Bai Liu membuka mulutnya kembali. Kali ini suaranya lebih lembut dan sedikit lebih pelan. "Aku sungguh tidak mengerti kenapa Nona bisa tidak ingat tentang semuanya, mungkin ini efek dari demam panjang yang telah kamu alami. Tapi, Nona tenang saja, aku akan menceritakan semuanya dengan pelan-pelan."
Xiao Qing hanya membisu, tetapi kepalanya sedikit mengangguk.
"Namaku Bai Liu, sedangkan nama Nona Liu Qingqing. Nona mengalami demam panjang setelah tenggelam ke danau, tetapi kejadian itu bukan karena kamu dibuang, melainkan karena kamu tidak bisa berenang setelah jatuh ke danau. Untung saja seseorang menolongmu tepat waktu. Jika tidak, mungkin Nona sekarang sudah ...." Tiba-tiba Bai Liu menghentikan perkataannya. Bai Liu tidak bisa mengatakan kata 'meninggal' karena dia merasa hal tersebut tidak pantas untuk disebut.
"Liu Qingqing? Bai Liu? Kenapa aku merasa tidak asing dengan nama ini? Meski namaku juga Qing, tetapi nama keluargaku Xiao bukan Liu. Di mana aku sebenarnya?" Xiao Qing mencoba berpikir keras. Dia mengulang kembali semua pertanyaan di dalam hatinya.
"Nona, kenapa Anda diam saja? Apa Anda merasa tidak nyaman? Di mana?" tanya Bai Liu dengan raut kekhawatiran.
Pertanyaan Bai Liu menarik Xiao Qing kembali ke akal sehat. Setelah lama berpikir akhirnya dia ingat semuanya. Segala hal yang disebutkan Bai Liu merupakan kisah Liu Qingqing dalam novel Legenda Putri Qingping, sebuah cerita fiksi kesukaannya. Demi memastikan pemikirannya benar, Xiao Qing mencoba menggali keterangan lebih banyak dari Bai Liu.
Sesuai dengan cerita di novel seharusnya Xiao Qing memanggil Bai Liu dengan sebutan Liu'er. Jadi dia menggunakan panggilan itu saat bertanya, "Liu'er, apa ini tahun ketiga setelah ayahku meninggal? Apa ibu tiriku bernama Li Shu dan kakak tiriku Liu Yifei? Apa raja kita bernama Raja Zhao yang memiliki tiga putra, Pangeran Zhou Yicheng, Pangeran Zhou Ziyang, dan Pangeran Zhou Jun?"
Bai Liu mengangguk dengan sungguh-sungguh. "Semua yang kamu katakan benar. Nona, kamu baru saja sadar sebaiknya jangan banyak berpikir. Kita bisa membicarakannya di waktu lain, sekarang biarkan aku membantumu mencuci muka."
Xiao Qing hanya memberikan anggukan sekali lagi dan Bai Liu segera melakukan pekerjaannya. Setelah selesai membasuh wajah Xiao Qing dengan air hangat, Bai Liu membatu Xiao Qing ke meja rias. Dia akan merapikan rambut Xiao Qing yang sudah beberapa hari tidak diurus dengan baik.
Mata Xiao Qing melebar saat melihat pantulan wajahnya di dalam cermin berbentuk bundar. Dia berkata dalam hati. "Liu Qingqing, kamu sungguh cantik. Sebuah kecantikan luar biasa yang bisa menghancurkan suatu kerajaan. Jika kamu hidup di zaman modern, kamu pasti akan menjadi aktris ternama paling cantik."
Senyum simpul muncul di wajah Xiao Qing. Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas untuk menjadi tokoh kesayangannya dalam novel sehingga Xiao Qing bertekad dalam hati. "Liu Qingqing, kamu adalah tokoh favoritku dalam novel, tetapi sayangnya kamu akan terbunuh di tangan Zhou Yicheng. Aku berjanji akan membantumu dengan segala kemampuan yang aku miliki untuk merubah takdir kamu menjadi jauh lebih baik. Mungkin ini kehendak Dewa karena jiwaku sekarang menempati tubuhmu. Entah di mana jiwamu berada, tolong berkati aku!"
Di saat Xiao Qing sedang hanyut dalam pikirannya, sebuah suara keras dari pintu yang dibuka secara paksa terdengar. Detik berikutnya seorang wanita paruh baya muncul diikuti gadis muda. Mereka datang dengan kemarahan yang nyata.
"Liu Qingqing, aku dengar kamu sudah sadar. Jika begitu cepat keluar dan siapkan sarapan untuk kami! Jangan karena kamu habis sakit jadi bisa bermalas-malasan!" teriak wanita paruh baya bernama Li Shu.
Bai Liu langsung berkata, "Nyonya, Nonaku baru saja sadar dari koma. Bagaimana Anda bisa menyuruhnya melakukan tugas harian? Biarkan Nonaku beristirahat, aku yang akan menyiapkan sarapan untuk kalian."
"Jika sudah bangun berarti dia sudah sehat! Kenapa harus membiarkannya beristirahat terus menerus? Bai Liu, kamu lebih baik diam saja, jangan banyak bicara hal yang tidak perlu!" Gadis muda itu tidak lain adalah kakak tiri Liu Qingqing, Liu Yifei namanya. Dia mendekat ke arah meja rias dan berusaha menarik Liu Qingqing untuk berdiri. "Cepat buat sarapan untuk kami dan ingat hari ini kamu harus mengurus pembukuan bisnis keluarga yang sudah menumpuk!"
Liu Qingqing sudah memegang sebuah chai emas dengan ujung lancip dan tajam. Tidak ada yang tahu kapan dia mengambilnya dari meja rias. Tanpa aba-aba dengan gerakan gesit Liu Qingqing menarik Liu Yifei ke pelukannya. Dia menempelkan chai emas ke leher Liu Yifei. Jika bergerak sedikit saja, Liu Yifei mungkin bisa kehilangan nyawanya.
"Liu Qingqing, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Li Shu dalam keadaan panik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Aisyah RM
aku membayangkan Zhao Lusi memerankan sosok Xiao Wing hehe
2022-12-31
0
y@y@
👍🏿👍🏻👍🏼👍🏻👍🏿
2022-11-28
1
y@y@
🔥👍🏼👍🏻👍🏼🔥
2022-11-26
1