...🦋 HAPPY READING 🦋...
Castela sedang menatap tajam Ema dan kedua pelayanannya. Saat ini dirinya benar-benar merasa emosional. Bagaimana tidak? Tiga hari yang lalu, setelah pembicaraan serius mengenai acasha dengan ayah dan juga kakaknya, Marcel, sesuai dugaan mereka. Surat dari istana sampai ke kediaman mereka.
Castela dengan tegas menolak surat undangan itu. Bahkan dirinya sudah berpura-pura sakit. Namun,siapa sangka justru Raja sendiri ternyata sangat cerdas. Seolah bisa membaca apa yang akan di lakukan Castela untuk menolak undangan itu. Raja mengirimkan sendiri doker kerajaan untuk berjaga-jaga jika Castela terkena penyakit mendadak.
Akhirnya Castela menyerah,ia menatap tubuhnya yang telah di hias sedemikian rupa. Hari ini,ia menggunakan gaun dua warna. Dimana bagian atasnya berwarna biru kehitaman lalu di satukan dengan warna putih di bagian bawahnya. Gaun tersebut sangat indah,karena terlihat seperti dua warna air laut yang saling berdampingan tetapi tidak menyatu. Lalu di bagian dadanya,di tambahkan ukiran bunga edelweis yang di susun menggunakan batu permata berwarna biru tua.
Di bagian kepala, rambut Castela di sanggul sedemikian rupa,lalu di sisakan sedikit di bagian kedua telinganya. Sebuah mahkota kecil di selipkan di antara rambutnya yang di gulung. Gaun,serta hiasan yang di gunakan Castela benar-benar sangat sederhana, sesuai dengan permintaannya yang tidak ingin terlihat mencolok agar Raja membatalkan pernikahannya dengan pangeran.
Namun sepertinya lagi-lagi usahanya sia-sia. Karena lihatlah,dengan gaun dan hiasan yang sederhana itu, Castela malah terlihat sangat anggun dan cantik. Gaun sederhana itu tampak cocok di kenakannya. Ia benar-benar terlihat seperti seorang Dewi saat ini.
"Sial! Apa yang salah sih?" Ucapnya kesal.
Castela menggigiti ujung kukunya sebagai bentuk refleks. Ia mulai berfikir keras bagaimana caranya untuk menghindari undangan sialan itu. Ema yang melihat nonanya melakukan hal yang tidak pantas langsung menegurnya.
"M-maaf nona,anda tidak seharusnya menggigit kuku anda." Ucap Ema agak sedikit takut.
Castela melirik Ema yang tampak menunduk ketakutan,lalu kedua pelayanannya yang juga melakukan hal yang sama. Ia melepaskan gigitannya, sambil membuang nafas kasar. Lalu melunakkan ekspresi wajahnya dan menatap ketiga pelayan itu.
"Menurut kalian apakah aku cantik?" Tanyanya
Mereka bertiga mengangguk serempak.
"Anda,anda sangat terlihat cantik nona." Jawab Ema dengan perasaan waspada.
"Ah,sial! Aku tidak menginginkan jawaban itu! Menurut kalian apa yang harus aku lakukan agar aku terlihat tidak cantik?"
"A-anda sudah terlahir cantik seperti Dewi nona,mau di buat bagaimana pun,semua itu percuma." Jawab pelayanan yang bernama Ana yang di angguki oleh Ema dan Raya.
"Ah!! Dasar raja sialan! Bangs*t! Berani-beraninya dia mengganggu kehidupan baruku!" Ucap Castela emosi.
Ketiga pelayannya hanya saling memandang ketika mendengar ucapan nona mereka yang aneh.
"Apa itu bangsat? Apa kalian pernah mendengarnya?" Bisik Ema Kepada kedua temannya.
Kedua temannya menggeleng takut. Mereka juga tidak tahu apa yang sebenarnya di katakan oleh nona mereka. Semenjak nona mereka sadar dari kecelakaan dan hilang ingatan,banyak hal-hal aneh yang di lakukan oleh nona mereka. Bahkan, terkadang nona mereka mengucapkan kata-kata yang sama sekali tidak pernah mereka dengar. Terkadang mereka berfikir,jika gadis itu bukanlah nona mereka. Tapi mereka segera membuang pemikiran buruk itu. Bisa mati mereka jika berani memikirkan hal tersebut.
"Sudahlah! Kalian tidak berguna! Aku akan pergi, terima kasih karena telah membantuku." Ucap Castela kesal sambil melangkah kakinya keluar kamar dengan aura yang menyeramkan.
"Aku akan memikirkan rencana lain setelah sampai di sana. Mungkin, pura-pura mati karena keracunan tidak buruk juga." Ucapnya santai sambil melangkahkan kakinya menuruni tangga ke ruang tamu. Tempat dimana Duke Herli dan kakaknya marchel sudah menunggu.
"Hai sayang." Sapa Duke Herli tersenyum, mencoba menutupi kekhawatirannya.
"Hai papa,hai Marcel." Jawab Castela tersenyum manis sambil melakukan ritual wajibnya. Yaitu, mencium pipi kanan dan pipi kiri dua makhluk kesayangannya itu.
"Ih, menjijikkan,tidak bisakah kau berhenti melakukannya padaku." Ucap Marcel kesal,lalu mengambil sapu tangannya dan membersihkan bekas Pipinya yang di cium oleh Castela.
Padahal sebenarnya, jauh di dalam lubuk hatinya ia merasa sangat senang. Karena adik kecilnya itu telah berubah menjadi gadis yang canty,ceria dan juga hangat. Ia sengaja melakukannya untuk menutupi rasa gengsinya. Sebenarnya ia merasa sangat bersyukur karena adiknya tidak melupakannya.
"Haha,ini menyenangkan Marcel. Berhentilah mengeluh, seharusnya kau bersyukur bisa mendapatkan ciuman dari adikmu yang secantik Dewi ini." Ucap Castela santai.
"Apa semuanya sudah siap? Bisa kita pergi sekarang?" Tanya Duke Herli sambil menatap Castela penuh arti.
"Sepertinya aku tidak bisa untuk mengatakan tidak, lihatlah, bahkan tua bangka itu sampai harus repot mengirimkan babunya kemari. Apa dia berfikir jika aku akan kabur." Ucap Castela memutar bola matanya malas saat mengetahui jika Karel, orang kepercayaan Pangeran dan panglima kerajaan SEATHLAND sudah berdiri di dekat kereta kuda.
Duke Herli dan merchel serentak menoleh ke arah pemuda yang berdiri di samping kereta kuda dengan senyuman manisnya. Kulitnya yang putih kecoklatan karena terbakar sinar matahari tampak terlihat seksi saat di padukan dengan kemeja berwarna krim. Badannya yang kekar dan lengannya yang berotot. Rambutnya di sisir ke belakang dan pedang panjang di sisi pinggangnya.
"Baiklah, sepertinya kita harus berangkat sekarang." Ucap Duke Herli dengan senyuman terpaksa.
Duke Herli menggandeng lengan Castela dan berjalan menuju kereta kuda istana diikuti oleh Ema di belakangnya. Setelah sampai, Duke Herli segera menaiki kudanya. Marcel mendekati jendela kereta kuda yang di naiki oleh Castela.
"Aku akan menyelamatkanmu bagaimana pun caranya. Jadi jangan khawatir, untuk sementara tidak akan ada yang berani menyakitimu." Bisik Marcel Kepada Castela.
Castela tertegun menatap Marcel. Ia sungguh tidak menyangka jika laki-laki yang selalu membuatnya kesal itu sedang berusaha melindunginya.
"Aku tidak akan khawatir Marcel,aku percaya padamu dan juga papa." Balas Castela tersenyum manis.
Marcel mengangguk,lalu dia menutup kembali tirai yang semula menutupi jendela kereta kuda yang terbuka. Ia loncat ke atas kudanya,lalu mulai berjalan mengiringi kereta kuda mewah berlogo istana. Setidaknya untuk sementara waktu Castela bisa merasa tenang,karena sepertinya dirinya tidak akan di biarkan mati dengan mudah begitu saja.
Bahkan sampai saat ini, dirinya masih belum menemukan jawaban mengapa jiwanya bisa sampai tersesat ke dunia ini.
"Hmm,Ema,apa aku boleh bertanya sesuatu?" Castela menatap rindangnya pepohonan dari balik tirai yang sedikit ia singkap.
"Apa yang ingin anda tanyakan nona?" Tanya Ema
"Menurutmu, bagaimana rupa pangeran Morgan?" Castela menatap Ema yang tampak sedang berfikir.
Entah mengapa ia merasa penasaran dengan sosok penguasa negeri ini. Bagaimana pun ceritanya,mau tidak mau ia akan berhadapan dengan lelaki itu. Lebih baik menyiapkan kayu sebelum hujan tiba. Agar kau punya persiapan jika buliran air yang dingin itu tiba-tiba turun serentak ke bumi tanpa aba-aba.
"Pangeran? Saya hanya sekali melihat wajah yang mulia saat mengikuti acara pensucian dua tahun lalu. Yang mulia adalah sosok yang sama persis seperti yang di rumorkan. Wajahnya tampan seperti Dewa,cerdas, berwibawa dan juga baik hati. Tatapan matanya seperti bulan purnama,berpendar terang meski dalam gelapnya malam. Siapa pun gadis yang menatap matanya pasti akan langsung jatuh cinta." Jelas Ema dengan wajah yang sumringah dan kedua pipi yang sudah memerah.
"Apakah aku memang harus menikah dengannya?" Lirih Castela pelan.
"Hey, apa-apaan wajahmu itu? Aku hanya menyuruhmu untuk menceritakan dirinya, mengapa wajahmu malah terlihat seperti wanita cabul." Kesal Castela saat melihat pipi Ema yang sudah seperti kepiting rebus.
"Em,anu,saya hanya malu ketika membayangkan betapa tampannya wajah pangeran nona." Ucapnya malu.
Castela membuang nafas kasar. Ia memalingkan wajahnya, kembali menatap daun-daun maple yang tampak berguguran di tiup angin.
"Aku hanya ingin bisa hidup bahagia. Aku tidak pernah memikirkan jika aku harus menikah di usia semuda ini, apalagi dengan status sebagai istri kedua." Lirihnya pelan.
Tanpa sadar, setetes air bening itu jatuh dengan tenang membasahi pipi Castela. Dengan cepat ia menghapus air mata sebelum Marcel yang berada tidak jauh darinya menyadarinya.
"Maafkan kakak Castela, lagi-lagi untuk kedua kalinya kakak harus melihat air mata itu kembali. Terakhir kali kakak melihatnya,ketika di pemakaman mama. Dan setelahnya,senyuman manis yang selalu kau tampakkan tidak pernah lagi terlihat. Kakak berjanji,itu akan menjadi air mata yang terakhir, kakak akan berjuang sekuat tenaga kakak agar kau bisa bahagia."
Marcel memacu kudanya, ia berpura-pura tidak melihat air mata itu. Dan Castela merasa tenang,karena kakaknya tidak melihatnya menangis.
Butuh waktu yang cukup lama untuk mereka sampai ke istana. Kereta kuda mulai memasuki kawasan istana. Pohon-pohon maple dengan warna daun yang menguning tampak menutupi sepanjang jalanan yang akan membawa mereka ke pintu masuk istana.
Castela membuka tirai jendelanya. Ia tertawa kecil saat melihat seekor kupu-kupu terbang ke arahnya. Tawa yang sangat cantik, hingga siapa pun yang melihatnya akan tersihir akan kecantikannya itu.
Kupu-kupu itu terbang menjauh seiring langkah kereta kuda yang melambat. Castela menutup kembali tirai jendela yang ia buka. Ema terlihat turun lebih dulu untuk membantu Castela turun dari keret kuda.
Kedatangan mereka kali ini benar-benar menarik antusias dari para prajurit dan juga pelayan. Mereka saling berbisik karena penasaran dengan sosok Lady Castela, putri Duke Herli yang di rumorkan memiliki kecantikan bagaikan seorang Dewi. Wajar saja jika mereka sangat antusias, terakhir kali publik melihat Lady Castela adalah 10 tahun yang lalu,ketika upacara pemakaman Duchess Herli.
Mereka sangat penasaran apakah Lady Castela memang secantik yang di rumorkan. Mengingat jika saudari kembarnya, Lady Camelia adalah gadis yang cantik dan juga anggun. Mereka sudah mendengar rumor jika lady Castela akan menggantikan Lady Camelia yang sedang koma untuk menikah dengan pangeran, menjadi istri kedua.
Namun menurut rumor,ada pula yang mengatakan jika wajah lady Castela adalah kebalikan dari lady Camelia. Di katakan jika Lady Castela memiliki wajah yang buruk rupa,kulit yang di penuhi dengan luka serta bodoh dan culun. Hampir sebagian publik mempercayai rumor yang kedua ini. Di karenakan Duke Herli yang selalu membawa Lady Camelia dalam acara apapun dan menyembunyikan keberadaan lady Castela seolah ia memang tidak pernah ada di dunia ini.
Castela mengulurkan tangan kanannya keluar,para pelayan dan ksatria yang berada di sana menahan nafas saat melihat sebuah tangan yang indah menyembul dari dalam kereta kuda. Ema meraih tangan Castela,lalu dengan perlahan Castela turun dari Kereta kuda yang langsung di sambut oleh Marcel dan Duke Herli.
Semua yang berada disana menahan nafas. Bagaimana tidak? Bukan gadis buruk rupa seperti yang di rumorkan yang mereka lihat. Melainkan seorang gadis cantik bagaikan jelmaan seorang Dewi. Beberapa pelayan tampak menjatuhkan keranjang buah yang mereka pegang. Sementara para ksatria tampak tertangkap basah sedang mencuri pandang.
Castela tersenyum manis saat Duke Herli mengulurkan tangannya. Castela menyambut uluran tangan itu dan berjalan dengan sangat anggun dengan dagu terangkat.
"Apakah itu Lady Castela? Dia benar-benar sangat cantik,jauh berbeda dengan yang di rumorkan."
"Oh astaga, bahkan aku yang wanita saja jatuh cinta kepadanya."
"Apakah Lady Camelia dan Lady Castela benar-benar saudari kembar? Mengapa mereka terlihat sangat berbeda?"
"Ah, sayang sekali wanita secantik Lady Castela harus menjadi istri kedua. Jika ia mau,aku bisa menjadikannya satu-satunya istriku haha."
"Bangunlah, mimpimu terlalu menyeramkan kawan."
Ema mengukir senyum bangga, dirinya benar-benar sangat beruntung karena bisa menjadi pelayan nonanya yang di kagumi banyak orang.
Karel menuntun jalan, membawa mereka memasuki area istana. Pintu besar dan megah di depan mereka terbuka lebar. Mereka memasuki aula istana yang sangat lebar. Arsitekturnya benar-benar terlihat sangat indah dan megah. Namun entah mengapa Castela malah merasakan aura negatif sejak menginjakkan kaki disini.
Karel memberitahukan kedatangan keluarga Duke Herli kepada Raja yang berada di singgasananya. Duke Herli membungkuk memberi hormat, diikuti oleh Marcel dan Castela. Sementara Ema menunggu di pintu.
Raja menjabat tangan Duke Herli sambil tersenyum bahagia. Bukan rahasia umum lagi mengenai hubungan dekat Duke Herli dengan Raja. Mereka dulu pernah berada di kelas yang sama saat di akademi dan berteman cukup dekat. Namun itu dulu,entah apa yang terjadi di antara mereka sehingga membuat Duke Herli tampak menjaga jarak dengan yang mulia.
"Bagaimana perjalananmu Herli? Ah,kalian pasti sangat kelelahan. Mari aku antar ke kamar untuk beristirahat." Ucap Raja Philip menepuk pundak pelan pundak Duke Herli.
"Kami baik-baik saja yang mulia, sungguh kami merasa terhormat karena yang mulia mengundang kami ke istana. Kami bisa ke kamar kami dengan di antar panglima Karel. Anda tidak perlu merepotkan diri." Ucap Duke Herli sopan.
"Hahah, kau tidak perlu bersikap terlalu formal seperti itu kepadaku Herli. Kita akan segera menjadi besan,yang artinya Putrimu akan menjadi anggota keluarga kerajaan. Kau juga temanku,aku tidak merasakan keberatan sedikit pun." Tawa Raja Philip.
Duke Herli tidak menanggapi ucapan Raja Philip. Kedua tangannya mendadak mengepal saat mendengar ucapan Raja barusan. Ia benar-benar tidak ikhlas jika anaknya masuk ke dalam keluarga kerajaan. Marcel yang mengetahui perubahan aura ayahnya langsung mendekat. Ia menyentuh pundak ayahnya memberikan isyarat untuk tidak terpancing emosi.
"Terima kasih atas niat baik anda yang mulia. Papa saya adalah orang yang sangat keras kepala, seperti yang anda tahu. Jika beliau mengatakan tidak perlu,maka tidak akan ada yang bisa merubah keputusannya." Ucap Marcel sopan dengan nada menyindir di dalamnya.
Raja Philip tampak terdiam sebentar sebelum akhirnya kembali tertawa.
"Ah, baiklah,jika itu keputusan kalian. Lalu, apakah gadis cantik di sana adalah Lady Castela?" Tanya Raja mengalihkan pembicaraan.
"Benar yang mulia,ini adalah putri kedua hamba, Castela Ardeland." Ucap Duke Herli memberi isyarat agar Castela mendekat.
Castela mengangguk, lalu ia berjalan mendekati ayah dan kakaknya. Kemudian ia membungkuk memberi hormat kepada lelaki tua yang mengenakan mahkota di kepalanya yang ia yakini adalah Raja Philip, orang yang memberikan perintah agar ia menikahi putranya.
"Salam yang mulia,saya Castela Ardeland. Suatu kehormatan bisa bertemu dengan anda." Ucap Castela sopan. Padahal jauh di lubuk hatinya,ia ingin sekali meninju wajah lelaki tua yang menyebalkan itu.
"Astaga,kau benar-benar sangat cantik Lady, sungguh benar-benar melebihi dari apa yang di harapkan." Ucap Raja Philip memuji.
Castela tersenyum manis, meski sebenarnya ia merasa ingin muntah mendengarnya.
"Anda terlalu memuji yang mulia,tapi terima kasih atas pujiannya." Ucap Castela berusaha tersenyum.
"Ah,itu bukan pujian Lady,aku hanya mengatakan apa kebenaran yang aku lihat. Oh iya, bukankah dua tahun yang lalu kau tidak mengikuti ritual pensucian Lady?" Tanya Raja Philip.
Kini mereka sudah duduk di sofa besar yang ada di ruang tamu istana. Castela mengangguk, membenarkan pernyataan Raja Philip. Meski sebenarnya ia juga tidak tahu acara itu. Untung saja mereka sudah pernah membahasnya sebelumnya.
"Benar yang mulia, seperti yang anda ketahui. Sejak kematian mama saya, dunia saya benar-benar terasa hancur. Saya tidak punya lagi alasan untuk tetap hidup. Saya mengurung diri saya selama bertahun-tahun. Lalu kemudian jatuh sakit dan tidak sadarkan diri selama berhari-hari saat acars ritual itu. Hingga akhirnya, dua Minggu yang lalu saya dan Kakak saya lady Camelia mengalami kecelakaan yang menyebabkan kami terluka cukup parah. Setelah saya sadar,saya baru sadar jika saya masih memiliki alasan untuk hidup. Saya memiliki keluarga saya yang harus saya jaga. Mungkin karena saat itu saya masih kecil,jadi saya tidak menyadari jika papa saya,jauh lebih terluka karena kehilangan mama saya. Dan saya, bisa bertahan hanya untuk melindungi mereka." Ucap Castela dengan mata yang berembun.
Marche menatap tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Jujur saja,ia benar-benar tidak menyangka jika adik kecilnya itu ternyata pernah hampir menyerah dengan hidupnya.
Duke Herli tersenyum, mencoba menyembunyikan matanya yang ikut mengembun. Putri kecilnya dulu, ternyata sudah dewasa sekarang.
Sementara Raja Philip,ada perubahan besar yang timbul di raut wajahnya. Entahlah, antara perasaan sedih,marah,kecewa,semua seperti menjadi satu. Namun Raja Philip kembali menetralkan wajahnya ketika ia tertangkap basah oleh Castela yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Kau benar lady,aku turut berdukacita. Oh iya,aku akan segera memanggil pangeran. Putri Rosenta sedang tidak enak badan hari ini,jadi tadi pangeran pamit sebentar untuk melihat keadaannya." Ucap Raja Philip kemudian.
"Karel,apa pangeran sudah datang?" Tanya Raja Kepada Karel yang berdiri bersama Ema di pintu.
"Sebentar lagi pangeran sampai yang mulia." Jawab Karel.
Bersamaan dengan itu, pintu besar yang tadi tertutup tiba-tiba terbuka. Lalu dari balik pintu yang terbuka itu, muncullah seorang lelaki tampan dengan tubuh yang kekar. Matanya menyorot tajam tanpa sedikit pun senyuman di bibirnya. Alisnya tegas,dan rahangnya kokoh. Benar-benar sangat menjunjung kewibawaan.
Castela menoleh mengikuti arah pandang semua orang. Tatapannya membeku, tubuhnya menegang tak dapat di gerakkan. Seiring ketukan sepatunya yang terdengar keras beradu dengan lantai. Saat itu juga,air mata Castela terjatuh tiba-tiba.
"De-devan." Ucapnya pelan, hampir seperti bisikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Hikam Sairi
yaaah elah malah ketemu mantan 😂😂😂😂😂
2024-12-05
0
💐Lusi81
bertemu dengan di planet lain artinya duniamu sempit anesya.🤣
2024-02-27
1
Anisnikmah
noh beheran devan
2022-08-27
2