Luna sangat tersengat oleh jawaban Arjuna. Harapannya kepada laki-laki itu terlihat begitu sia-sia. Lalu apa gunanya kegigihannya selama tiga tahun terakhir ini untuk menjadi istri yang baik untuk Arjuna dan mengharapkan balasan cinta darinya?
Air matanya jatuh membasahi pipinya begitu saja. Kecewa dan kesal tentu menyelimuti hatinya saat ini. Pria yang ia yakini akan mencintainya sepenuh hati, ternyata begitu mudah menyakiti hatinya.
Dengan rasa sakit yang ia rasa, Luna mendorong tubuh Arjuna dengan kuat, sehingga pria itu terhuyung dan terbentur ke pintu. Luna pergi setelah Arjuna menjauh darinya dengan membawa kepedihan di hatinya.
**
**
**
Tepat sebulan setelah kejadian di dalam gudang waktu itu. Luna tidak lagi terlihat ceria dan bersemangat seperti biasanya. Bahkan di saat sebuah perjamuan yang di adakan di rumah keluarga besar kakek Liu pun, Luna sudah tidak berminat lagi untuk berpartisipasi di dalam acara tersebut. Semua orang terlihat sangat antusias untuk mengikuti, namun tidak untuk Luna.
Luna yang kini sudah memakai gaun pesta yang begitu indah di tubuhnya pun terlihat pergi ke kamar mandi dan membersihkan riasan di wajahnya dengan begitu kasar. Bahkan makeup yang ada di wajahnya ini tidak bisa menutupi kesedihan yang ia rasa saat ini.
Di dalam toilet. Luna menangis terisak, rasanya sudah tidak ada lagi yang harus ia pertahankan di dalam pernikahannya.
"Percuma saja aku ikut di acara ini. Toh aku juga tidak di anggap oleh Mas Arjuna. Kenapa aku begitu bodoh mengharapkan cinta darinya selama ini?" gumam Luna kesal dengan menerutuki dirinya sendiri di depan cermin.
Sesaat setelah membersihkan wajahnya dan mengganti gaun merah yang ia pakai tadi, Luna pergi menemui kakek Liu dan meminta ijin untuk di antar pulang saja oleh supir ke rumahnya.
Di ruangan kakek. Luna duduk di kursi depan kakek dengan pakaian biasa. Kakek menatap cucu menantunya itu dengan penuh selidik. wajah sembab dan pucat di wajah Luna membuat Kakek merasa sesuatu yang salah telah terjadi
"Kenapa kau ingin pulang secepat ini nak? Bahkan acara pun belum selesai" Ucap kakek bertanya setelah mendengar Luna yang ingin pulang.
"Aku merasa tidak enak badan kek. Luna ingin beristirahat. Luna tidak ingin membuat semua orang disini merasa tidak nyaman karena kehadiran Luna" Jawab Luna berbohong. Sebenarnya memang ada hal lain yang sedang ia pikirkan.
Kakek menghela nafas berat sebelum menyetujui permintaan cucu menantunya itu, "Baiklah. Kakek akan mengutus seorang supir untuk mengantarmu. Beristirahatlah setelah kamu pulang" Jawab kakek kemudian.
Luna pun pergi setelah mendapatkan persetujuan dari kakek dan keluar dari ruangan kakek dengan di ikuti oleh seorang supir di belakangnya. Di dalam pesta, Terlihat Arjuna mencuri pandang, menatap Luna yang pergi meninggalkan pesta.
"Kemana dia?" Gumam Arjuna heran.
Di dalam sebuah mobil yang sudah melaju meninggalkan pesta. Luna menyandarkan kepalanya di kedudukan mobil, kaca jendela mobil yang terbuka, membuat wanita itu bisa merasakan angin yang masuk membelai lembut wajahnya. Luna terlihat sangat murung akhir-akhir ini, matanya terlihat begitu kosong. Pikirannya tidak bisa lepas dari perkataan Natasha beberapa waktu lalu. Natasha mengatakan bahwa dirinya sedang hamil anak Arjuna.
Luna begitu yakin, bahwa Arjuna tidak akan membiarkan anaknya itu menjadi anak haram yang memalukan. Cepat atau lambat, Arjuna pasti akan menikahi Natasha dan menceraikan dirinya. Itulah yang Luna pikirkan.
"Aku harus melakukan sesuatu. Aku tidak ingin hidupku hancur hanya karena pria brengsek itu. Aku harus mengajukan cerai sebelum Arjuna yang menceraikan aku" gumam Luna dengan penuh tekad. Luna begitu menyesal, dirinya dulu begitu naif. Membiarkan dirinya jatuh kedalam lubang penderitaan yang tidak pernah membuatnya bahagia. Pikirnya, dengan kelembutan cintanya, Arjuna juga akan membalas cintanya. Namun nyatanya, sekeras apapun ia mencoba meluluhkan dinginnya es di Antartika, tidak akan bisa membuat Arjuna balik mencintai dirinya.
Tidak lama setelah larut di dalam lamunannya. Mobil yang Luna tumpangi pun berhenti tepat di depan sebuah gedung Apartemen. Luna keluar dari dalam mobil setelah menyadari bahwa dirinya sudah sampai.
"Terimakasih Pak Supir!" Ujar Luna ramah. Pak supir pun hanya mengangguk hormat, lalu pergi setelah tugasnya mengantar nona mudanya selesai. Luna pun segera masuk ke dalam apartemen, ia pun segera mandi dan tidur setelahnya. Tubuhnya terasa begitu lelah setelah beban hidup yang selalu menggerogoti pikirannya.
Tengah malam. Luna terlihat begitu nyenyak di dalam tidurnya. Tanpa ia sadari seorang pria sudah berada di sampingnya. Arjuna mencium dan membelai wajah Luna dengan begitu lembutnya. Luna terlihat hanya menggeliat tanpa ingin membuka matanya. Arjuna menjadi gemas karenanya, lalu menindih tubuh itu dan menguncinya dengan kedua kaki dan tangannya. Ia kembali mencium bibir ranum Luna dengan begitu intim.
Luna yang merasakan sentuhan Arjuna pun segera bangun dan dia tiba-tiba terkejut, dan mendorong kuat tubuh Arjuna.
"Apa yang kau lakukan?" Luna bertanya dengan khawatir. Namun nyatanya Arjuna tidak mengindahkan perkataan Luna. Lalu kembali memangut bibir ranum milik Luna dengan ganas.
Luna kembali mendorong kuat tubuh Arjuna, sehingga membuat pria itu terjatuh ke lantai. Luna pun segera bangun dari tidurnya, dengan menatap nyalang pria itu.
"Jangan pernah menyentuhku lagi pria brengsek. Aku tidak ingin bersama lagi dengan lelaki kotor seperti mu. Aku akan mengurus surat cerai kita secepat mungkin. Ingat itu!" Ujar Luna serius. Luna pun beranjak dari kasurnya, dan hendak pergi. Namun langkahnya seketika terhenti setelah sebuah kalimat keluar dari mulut Arjuna.
"Jika kau menggugat cerai, maka ayahmu tidak akan bisa menyelamatkan kekayaannya. Perusahaan kakakmu yang suka berfoya-foya itu juga akan segera bangkrut. Apakah kau tidak apa-apa jika itu terjadi kepada ayah dan kakakmu?" Tanya Arjuna dengan seringai liciknya.
Luna merasa tersengat oleh perkataan jahat Arjuna. Ingin sekali rasanya Luna merobek mulut Arjuna dengan tangannya sendiri.
Luna nampak masih diam, "Jika saja bukan karena kedua orang tersebut yang membuat perusahaan bangkrut, aku tidak akan dikirim oleh ayah ke dalam pernikahan ini Arjuna" Batin Luna sedih.
Sangat sulit untuk menjelaskan segalanya kepada Arjuna, bahwa dirinya hanyalah sebuah alat untuk menolong perusahaan keluarganya. Tiga tahun yang lalu, Luna ingin menjelaskan semuanya kepada Arjuna. Namun Arjuna tidak pernah memberikan dirinya kesempatan untuk bicara. Arjuna selalu saja menyalahkan dirinya dan membenci dirinya.
"Kenapa kau diam? Kau bingung sekarang?" Arjuna mencibir dengan memandang Luna yang masih terdiam.
"Jika kau ingin bercerai dan meninggalkan aku. Akan aku pastikan kau tidak akan bisa lagi menikmati kehidupan dan mendapatkan pakaian dan makanan sebagus sekarang" lanjut Arjuna.
"Aku lebih suka mati kelaparan dari pada tinggal bersamamu lagi. Dan bahkan jika aku mati kelaparan, aku tidak akan pernah menerima bantuan dari mu. Ingat itu!" Luna mencibir lalu kemudian berlalu pergi dari sana.
.
.
.
.
.
Bersambung.
jangan lupa like dan komen ya ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Yuliati
suka jalan ceritanya luna orang yg berkarakter
2023-03-20
0
Adinda
👍👍 suka dg karakter luna 🥰
2022-10-28
0
scarlet
gak cinta tp seenakx mau niduri org,,, 😡
2022-08-21
1