Keceriaan palsu yang ku buat berhasil meyakinkan teman-teman ku, ekspresi bahagia yang selalu ku tampilkan untuk menutupi keadaan yang sebenarnya
Keluarga yang berantakan dan suamiku yang Gay adalah aib bagiku yang harus ku tutupi.
Seperti pepatah mengatakan, sepandai-pandainya menyembunyikan bangkai tetap akan tercium juga, saya tau akan hal itu tapi saya belum sanggup untuk mengungkapkan semua perasaanku.
Kusimpan semua cerita hidupku dalam relung hati dan pikiran ku, akan ku simpan rapat sampai hati menjadi rapuh, urusan bertahan atau tidak hanya waktu yang bisa menjawab nya.
Disela-sela istirahat makan siang mama datang hendak menghampiri ku di kantin rumah sakit, dan secepat mungkin untuk menghindari mama, ku arahkan mama menuju ke taman rumah sakit, dan sesampai di taman baru ku tatap wajahnya.
"Aqila.......
adik mu di begal orang, mobil sport nya raib dan Bahran babak belur, ini gimana Aqila?
mobil itu sudah raib."
Mama berhasil membuat ku tercengang, bukan karena kasihan tapi alasan Bahran yang berbeda terhadap Mama.
"Aqila.....
kok diam aja....... kenapa handphone mu tidak aktif? kan mama jadi repot ke rumah sakit hanya untuk menemui mu."
"Handphone ku rusak ma....
" kok bisa?
ya dah ngak apa-apa, tinggal beli aja yang baru. Aqila...... bilang sama suami ya untuk ganti mobil sport baru lagi"
Masih ku tatap wajah Mama, segitu gampangnya bagi nya untuk mengganti handphone baru dan mobil baru.
"ya dah ma, nanti Aqila mintak mobil baru buat Bahran."
"Gitu dong baru anak Mama, ya dah mama pamit ya, panas disini nanti kulit mama hitam."
Sebenarnya saya ingin membentak mama dan mengungkapkan apa yang kurasakan dan apa yang sebenarnya terjadi kepada Bahran.
Tapi ku tahan karna ini rumah sakit, semua teman-teman Koas, dokter pembimbing mengenal ku sosok yang ceria, apa jadi nya pandangan mereka terhadap ku nanti nya jika aku berteriak ke Mama.
Masa Koas ku sudah berakhir, tinggal pemberkasan untuk tahap selanjutnya ujian dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia) untuk memperoleh gelar dokter Muda.
Jam kerja Koas berakhir saat nya untuk pulang ke rumah, semua jurnal-jurnal sudah ku susun rapi karena sebelum pernikahan ku berlangsung sudah ku susun sebagian.
Sebelum pulang ku singgah sebentar ke photo copy untuk membuat salinan jurnal-jurnal ku, di bantu pak Dahlan sehingga tidak terlalu repot.
Sepertinya pak Dahlan sudah mahir dalam hal menyusun jurnal, itu karena anaknya pak pak Dahlan juga calon dokter yang sekarang Koas juga,dan biasanya pak Dahlan membantu anaknya.
Sesampainya di rumah yang ku temui adalah ibu mertuaku yang sudah memasang mimik wajah yang sinis dan marah.
"Aqila......
dari mana saja kamu, jam segini baru nyampe di rumah."
"dari rumah sakit Bu."
"Aqila....
kamu berhenti saja jadi dokter fokus sama suami mu saja."
Permintaan yang lebih tepatnya adalah perintah dari mertuaku ini tidak kutanggapi, saya hanya menunduk karena tidak ingin beradu pandang.
Mertuaku datang hanya menyampaikan itu saja, dan langsung pergi bersama dengan supirnya. ku langkah kan kaki ini menuju kamar sambil membawa jurnal-jurnal yang sudah di photo copy.
Malam ini mas Aksa akan mengajak ku ke resepsi pernikahan rekan bisnis nya, setelah mandi dan masih memakai kimono, ku lihat koleksi-koleksi gaun ku, tapi tak satu pun yang pantas.
Mengingat rekan bisnis mas Aska yang mengadakan resepsi pernikahan, tentunya bukan orang sembarangan, jadi saya harus berpenampilan sempurna.
Tok..... tok.....tok.....
"nyonya ni saya mbak Lisa, bisa masuk nyonya?"
"masuk aja mbak, ngak di kunci kok."
Ku lihat Mbak Lisa bersama dua wanita dengan membawakan barang-barang.
"mbak siapa mereka?"
"Bu....... saya Tina dari tim mekeup dan ini rekan ku namanya Dinda dari tim desainer. kami berdua dari Ask fashion & butik, kami disini karena permintaan Pak Aska untuk mendadani ibu."
Ku pandangi satu persatu mereka bertiga sehingga kedua wanita yang dikirim mas Aska jadi grogi dan gugup.
"Bu..... tolong ya Bu, jika kami berdua tidak berhasil mendandani ibu, kami berdua akan dipecat Bu, tolong ya Bu."
"ya.....
saya mau kok di dandani sama kalian berdua, apa yang harus ku lakukan?"
"Ibu sudah mandi ternyata, ibu hanya perlu duduk di meja rias ini biar kami yang bekerja."
Dengan tersenyum lega kedua wanita yang di suruh oleh mas Aska langsung bergerak, sesuai tugasnya masing-masing.
"nyonya.....
tadi tuan nelpon katanya sedang perjalanan menjemput nyonya kemari."
"oh gitu Mbak.....
mbak Lisa tolong buatin minuman untuk Tina dan Dina."
"Bu Dina dan Bu Tina mau buatin minuman apa?
"Mbak ngak usah panggil ibu ya, panggil aja Dina dan Tina kami berdua masih gadis kok."
"oh gitu....
jadi mau di buatin minuman apa ini?
"teh hijau ada mbak, kalau ada itu aja ya"
Mbak Lisa hanya mangguk-mangguk menanggapi perkataan Dina, sambil keluar dari kamar.
Makeover yang sempurna, gaun yang mewah dan dan sepatu yang bagus, hasil makeover Dina dan Tini sungguh memuaskan ku,
Perlahan ku turuni anak tangga satu persatu dengan di kawal oleh Dina dan Tini, serta mbak Lisa. Saya bak permaisuri yang di kawal oleh dayang-dayang istana.
Mas Aska sudah menunggu ku di bawah, bersama dengan pria yang datang saat malam pertama kami, tapi perhatian ku teralihkan saat melihat mas Aksa seperti mengagumi kecantikan ku, dan sesaat kemudian mengalihkan wajah ke arah Dina dan Tina.
"pak..... tugas sudah kami laksanakan dengan baik, ibu menyukai hasil kerja kami."
"terimakasih Dina dan Tina, kalian boleh pulang"
Terlihat jelas mas Aska masih mengagumi ku, dan pandangan di arahkan ke pria yang bersamanya.
"Aqila...... ini Reza asistenku yang akan mengantarkan kita ke acara resepsi."
"Aqila tidak mau mas.
mbak Lisa...... mbak Lisa.....
Saya merasa jijik melihat pria yang bersama dengan mas Aska, apalagi harus satu mobil bersamanya.
"iya nyonya...
mbak ada dibelakang Nyonya."
"oh......
pak Dahlan dimana mbak?"
"palingan lagi ngopi di dapur nyonya!
"panggil kan.
Dan seketika itu mbak Lisa langsung berlalu setengah berlari ke arah dapur, dan ternyata pak Dahlan sudah menyusul dari dapur.
"pak Dahlan antar kan kami ke acara resepsi, dan usir pria itu."
Sambil menunjuk ke arah pria yang bernama Reza itu dan ku tunjukkan mimik wajah ku yang membencinya.
"Reza kamu pulang aja, saya dan istriku diantar sama pak Dahlan saja."
"baik pak."
Pak Dahlan langsung keluar untuk mengambil mobilnya, dan langsung ku gandeng tangan nya Aska sambil menuju depan.
"mbak Lisa kami pergi dulu ya, jaga rumah baik-baik."
"baik nyonya, semoga nyonya dan Tuan bisa menikmati pesta nya"
Setelah berpesan ke mbak Lisa kami naik ke dalam mobil, ku tatap wajah tampan nya mas Aska walaupun tanpa respon.
"dulu waktu SD mas, saat almarhumah nenek sakit dan di bawa ke rumah sakit, dokter yang memakai jas putih terlihat Kren saat berhasil menyembuhkan nenek, dan dari situ Aqila bercita-cita menjadi dokter, supaya bisa mengobati nenek jika kelak sakit."
Mas Aska masih dengan ekspresi dingin dan kaku, walaupun saya sudah ngoceh.
"mas tau ngak saat pertama kali Koas, Aqila itu nangis karena di bentak-bentak oleh perawat senior, dan langsung ku adukan sama nenek."
Mas Aska masih tetap tak bergeming dengan ekspresi yang sama.
"di rumah sakit itu ya mas kami para Koas merasa jadi kasta terendah mas, apalagi Koas tahun pertama mas, penuh dengan air mata karena selalu di bentak-bentak oleh senior dan juga Dokter pembina mas, jika ada yang diantara kami yang berbuat kesalahan, semuanya kena bentak dan amarah.
Kukira jadi dokter gampang, ternyata mas jadi dokter itu tidak segampang seperti yang si sinetron.
kalau di sinetron kan mas, kyak nya gampang sekali jadi dokter. Mas tau ngak yang paling tidak masuk akal nya lagi dari sinetron, saat pasien Nya dengan gampang mencabut infus di tangan nya."
mas Aska masih belum bergeming, ku lihat pak Dahlan senyum-senyum, karena mas Aksa tidak bergeming maka ku ajak pak Dahlan ngomong, karna putri pak Dahlan bernama Intan, juga sedang program Koas tingkat kedua di rumah sakit lain.
"pak Dahlan tersenyum pasti karena curhatan Intan ya pak?"
"maaf nyonya karna lancang."
"ngak kok pak, pasti bapak juga jadi tempat curhatan Intan kan?"
"iya benar nyonya, tiap hari curhat kadang saya kasihan mendengar curhatan nya tapi juga kadang tertawa mendengar curhatan."
apalagi ni nyonya saat berhadapan dengan pasien yang mengeluarkan darah, kata intan itu menakutkan.
trus ku bilang, dokter kok takut liat darah?
Hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha
Saya dan pak Dahlan pun tertawa terbahak- bahak, tapi mas Aska masih belum bergeming tetap cuek dan kaku.
Dan sampai lah kami di acara resepsi pernikahan itu, yang diadakan di aula hotel, konsep mewah dan tamu yang berkelas.
Ku gandeng tangan nya mas Aska masuk dan kami menuju meja yang sudah bertuliskan 'Mr Aska & Ms Aska" terlihat tamu yang lain menyapa mas Aska.
Saya sangat bahagia karena mas Aska memperkenalkan ku dengan rekannya yang lain sebagai istrinya.
Suasana bahagia tapi perut ku tidak bisa ku tahan karena rasa sakit, tadi siang tamu bulanan datang, ku bisikkan dengan lembut ke mas Aska untuk pamit ke toilet, dan mas Aksa hanya berkedip ke arah ku.
Langkah ku percepat menuju toilet, syukur masih ada toilet yang kosong, dan sesegera ku jongkok di toilet karena merasa sakit, ku ambil dari tas kecil ku pembalut dan jamu pereda sakit haid.
Setelah minum jamu kemasan itu dan sesegera ku ganti pembalut, sudah merasa baikan dan sesegera berlalu dari toilet ini untuk menemui mas Aska lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Kemberli
Bagus
2022-08-02
2
Kiran Nadeak
besok kita lanjutkan lagi dah ngantuk, bersambung dulu ya
2022-07-21
4
Kasih
mari lanjut
2022-07-21
6