Pemilik suara itu ku kenal dan suaranya semakin terdengar jelas, ternyata Mama dan Papa sudah duduk di tepi ranjang.
Wajah mbak Lisa penuh dengan kekwatiran, sementara mama dan papa serta Bahran adik ku terlihat kesal dengan mimik wajah menjengkelkan.
"Kak Aqila ngapain sih mau bunuh diri? mau nyusahin kita ya?"
Ku tatap wajah dan mulut Bahran yang bicara seenak jidatnya, ingin rasanya mencakar mulut itu, tapi masih ku tahan tanpa menjawab ocehan sampah itu.
"Aqila kamu gimana sih pake acara bunuh diri segala?"
"mas Bahran......... Bu........
udah dong kasihan nyonya masih belum stabil."
Mama hanya terdiam sambil ngedumel ketika mbak Lisa menasehati nya.
"eh babu ....... ngak usah ikut campur ya."
Dengan lantangnya dan angkuhnya Bahran mengatai babu ke mbak Lisa, dan masih ku tahan emosi ini.
"eh babu sana pergi ke dapur, ini bukan tempat mu."
Dengan sisa tenaga ku tampar pipih nya Bahran.
Ku usir Bahran dari kamar ini karna sudah muak melihatnya, dengan rasa kesal nya Bahran keluar sambil membanting pintu.
"mbak Lisa tolong keluar ya, saya mau bicara dengan Papa dan mamak."
"iya Nyonya, kalau perlu sesuatu tekan aja bel disudut meja itu, mbak pasti Datang."
Mbak Lisa pun keluar hanya mama, papa dan aku sekarang di kamar ini, ku tatap wajah kedua orang tua ku ini dengan penuh rasa amarah.
"Pa... ma....
jelaskan sama Aqila maksud dari semua ini."
"Aqila......
Mama melakukan ini semua demi kebaikan kamu sayang?"
"klasik....
mama kira ini di sinetron?"
"Aqila....
dengar baik-baik sayang, Mama melakukan semua itu demi kamu, sayang..... Aska suami mu itu tajir melintir, kamu tidak perlu kerja, semua yang kamu mau bisa kamu dapatkan dengan mudah."
"tapi ma..... mas Aska itu gay."
"iya.... mama tau, masalahnya dimana Aqila....
kamu tak perlu melayani nya di ranjang, kalau mau anak ya bayi tabung aja, kan gampang."
"ma.......
Aqila bukan boneka mainan mama dan papa, pokoknya Aqila mau mintak cerai."
"Aqila sayang.....
pikirkan dulu sebelum ngomong."
"tekad ku dah bulat untuk bercerai dengan mas Aska, Aqila tidak mau hidup dalam pernikahan palsu."
"Aqila..... jika kalian bercerai kita akan masuk penjara Aqila......
bagiamana mama sama papa mengembalikan semua yang di berikan nak Aska, kita tidak akan bisa mengembalikan uang sebesar itu Aqila."
"Aqila tidak perduli, emangnya uang 13 milyar dan rumah mewah itu kemana?"
"pa.... jelasin dong sama Aqila jangan diam aja."
Terlihat mama sudah mulai cemas, kini masalah dilemparkan ke papa, ku lihat wajah papa yang penuh dengan kecemasan karna kata cerai yang ku ungkapkan.
"Aqila dengarin papa ya sayang, papa dan mama sangat sayang sama Aqila....
Aqila juga sayang kan sama Papa dan Mama?"
Pertanyaan papa ku jawab dengan tatapan amarahku, makin terlihat papa semakin gugup.
"Aqila..... mahar kamu dah habis bayar utang dan beli mobil sport Bahran, kalau rumah nya ya tempat tinggal kita sayang."
"mahar 13 milyar habis begitu saja, seberapa banyak utang papa dan Mama?"
"dengan mahar mu itu cukup bayar utang dan beli sport nya Bahran"
Ya Tuhan.......
Dadaku semakin sesak, ku tarik napas ini dengan berat nya ku hembuskan pelan dan pelan.
"Aqila.... jangan cerai ya, ni lihat ni uang bulanan mama sudah di transfer nak Aska ke rekening mama"
Dengan tersenyum bahagia mama menunjukkan notifikasi transfer nya kepadaku.
"haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
keluar kalian dari sini.........................................."
Ku lempar semua benda yang bisa ku raih, dan berteriak menyuruh mereka semua keluar dari kamar ini.
Dan akhirnya papa dan mama keluar dari kamar sambil membanting pintu kamar. tak terbendung lagi air mata ini mengalir dengan derasnya.
Tok..... tok..... tok......
"Aqila..... mama mohon jangan cerai ya sama nak Aska, nanti mama ngak dapat uang lagi dari suami mu."
Ku lemparkan Lampu hias di yang berada di meja rias itu, darah ku semakin mendidih mendengar permintaan mama untuk tidak bercerai dengan mas Aska.
Posisi terduduk di lantai kamar ini dengan pikiran yang kacau dan rambut yang berantakan, ku dengar langkah kaki itu berlalu.
Dengan pikiran yang tak menentu air mata ku masih mengalir di pipiku, dari sekian masalah yang ku hadapi ini adalah masalah yang terberat yang pernah ku alami.
Kucoba menenangkan hati ini untuk berpikir jernih, semakin ku coba semakin hati ku terpuruk dalam situasi ini.
Mbak Lisa datang menemui ku dengan mata berkaca-kaca, mbak Lisa memeluk dengan kehangatan nya, kemudian menuntun ku untuk bangkit berdiri, dengan pelan direbahkan nya tubuh yang lemah ini ke ranjang.
Setelah terasa agak tenang mbak Lisa turun kebawah, tak berapa lama mbak Lisa membawa nampan berisi air minum dan makanan.
Dengan pelan dan lembut mbak Lisa menyuapi ku makan, mata yang berkaca-kaca tadi kini mengalir air matanya, dan tanpa berkata, sesendok demi sesendok, di suapi nya dengan sabar sambil menangis, suapan terakhir ku tolak kemudian mbak Lisa memberi ku minum.
"Nyonya.....
minum obat dulu ya, kata dokter ini obatnya mengandung obat penenang, nyonya butuh istirahat."
Ku minum obat yang di berikan mbak Lisa, memang benar saat ini saya butuh penenang, setelah minum obat, mbak Lisa membereskan barang-barang yang berantakan karna ku lempar.
Mata ini terasa berat, ku coba untuk menahannya tapi semakin ku tahan semakin berat, mbak Lisa yang menyapu lantai terlihat semakin kabur dan akhirnya mata ini tak bisa ku tahan lagi.
**
Mimpi yang indah bersama mas Aska membuat ku bahagia, di taman yang Asri ini mas Aska memeluk ku dengan kehangatan dan kemesraan.
Tapi suara tawa yang mirip suara pria yang sok manja sangat menggangu, suara tawa itu semakin kuat dan mengganggu.
Ternyata hanya mimpi tapi suara tawa ala pria manja itu terdengar nyata, dengan berat kulangkah kan kaki ini keluar, ku lihat mas Aska bersama laki-laki yang berbeda, kali ini agak centil dan manja melihatnya saja sangat menjijikkan.
"Mas.......
jadi ini wanita yang mas nikahi?
kyak orang gila ya, pantasan aja mas ngak nafsu liat nya."
"eh mahluk neraka maksud mu apa?"
Emosi rasanya melihat laki-laki pecicilan ini, sikap manja nya membuat ku jijik.
"eh wanita murahan dan matre sadar diri dong, liat penampilan mu kyak orang sinting."
Darahku rasanya mendidih melihat tingkah dan ucapan nya, ku jambak rambutnya dan ku tendang perutnya.
Dengan keahlian taekwondo sabuk hijau ku hajar laki-laki centil yang menjijikkan itu sampai babak belur. mas Aska yang mencoba melerai kami akhirnya mendapatkan tendangan ku.
Kini kedua laki-laki itu tergeletak di lantai dengan meringis kesakitan, seketika hati ku puas karena amarah yang ku tahan bisa ku lampiaskan.
"aduh mas......
preman pasar sinting kok di nikahin........"
Mendengar ocehan nya membuat ku geram, ku tendang lagi perut nya dan membuat nya berteriak kesakitan, karena mendengar keributan, mbak Lisa datang memeluk dan menenangkan ku.
Mbak Lisa menuntun ku masuk dalam kamar, dan lagi-lagi mbak Lisa menangis tanpa bicara sambil memeluk ku.
Setelah agak tenang mbak Lisa memandangi ku dengan mata nya yang berkaca-kaca.
"Mbak Lisa....
tolong tinggalkan aku sendirian ya."
Mbak Lisa hanya mangguk-mangguk sambil meninggalkan ku di kamar, hati ini rasanya lega, karna berhasil menghajar ke dua laki-laki aneh nan menjijikkan itu.
Hanya hitungan menit suara rintihan dan ******* dari kamar nya mas Aska terdengar dan itu sangat menjijikkan, laki-laki dengan laki-laki berpadu kasih, dasar laki-laki penghuni neraka jahanam.
Hanya itu yang keluar dari mulut ini, ku ambil headphone yang terletak diatas meja, tanpa musik ku pakai ke telinga ku, tujuan nya adalah supaya tidak mendengar jeritan laki-laki penghuni neraka jahanam itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
JayaPn
terimakasih kak sudah meninggal komentar kk
2022-07-22
7
Kiran Nadeak
sudah terlanjur membaca
lanjut ah
2022-07-21
4
Christin Natalia
seru juga karya terbaru kk ini
2022-07-14
6