Rania menangis dalam diam, dengan tubuh lemas nya ia berjalan keluar mansion megah milik pria yang baru saja memperkosa diri nya. Hujan pun turun dengan tiba-tiba, siapapun yang melihat siluet Rania saat ini, pasti akan merasa iba dengan gadis itu.
Dania mencoba mengejar nya di bawah guyuran hujan yang cukup lebat, ia bersyukur karena masih bisa menemukan gadis tersebut. Dengan lembut Dania menahan pergelangan tangan Rania.
"Nak, tubuhmu begitu lemas, jangan seperti ini. Ayo masuk kedalam lagi." bujuk Dania dengan lembut nya tanpa bisa di tahan bulir air mata nya pun tumpah bercampur guyuran air hujan.
Rania diam, tatapan nya begitu kosong. Dania dapat melihat kesedihan yang mendalam pada sorot mata gadis tersebut. Ia pun memeluk raga Rania, dan mengusap punggung belakang gadis itu
"Tante tau apa yang di lakukan Delta terhadap kamu tidak dapat di maafkan, oleh karena itu, Tante ingin kamu ikut pulang bersama Tante ke rumah Tante, kamu mau kan sayang?" bujuk Dania lagi saat tubuh nya memeluk tubuh Rania.
Rania tak menjawab, ia terus saja terisak dalam dekapan hangat Ibu dari pria yang memperkosa diri nya. Ashraf yang sejak tadi mendengar gemuruh di langit pun tampak gelisah, ia tau perangai istri nya yang begitu baik pada siapapun yang terkena musibah meski selalu memasang wajah datar nya.
Ashraf pun berjalan melewati Delta, namun sebelum benar-benar meninggalkan rumah sang anak, Ashraf pun melontarkan satu ancaman mematikan.
"Jika, semua perkataan gadis itu terbukti, bersiap lah kau meratapi kebangkrutan kamu, karena setelah nya semua warisan Dad akan Dad turunkan kepada gadis itu dan cucu Dad." ancaman itu pun lolos begitu saja dari bibir seorang Ashraf yang biasa nya tak pernah berucap kasar atau pun mengancam anak semata wayangnya.
Setelah mengatakan ultimatum itu, Ashraf pun melenggang pergi, ia tak menyangka jika sang istri rela kehujanan di larut malam hanya karena kesalahan anak nya. Ashraf pun mengendarai mobil nya menuju ke arah gerbang, ia turun dan mengajak kedua nya naik ke mobil.
"Nak, ayok ikut kami pulang. Ini sudah malam, dan kamu nggak mungkin pulang dalam keadaan seperti ini." ajak Ashraf sembari mengusap lembut puncak kepala gadis itu.
Dania pun menuntun Rania masuk ke mobil, dengan sigap Ashraf mengambil selimut yang berada di bagasi belakang. Dania pun melingkarkan selimut ke tubuh bergetar Rania. Rania menggigil kedinginan, tubuh nya pun mulai demam, Dania tampak khawatir melihat kondisi Rania yang semakin buruk.
"Dad, cepat dikit bisa nggak? tubuh gadis ini semakin memburuk, ia menggigil kedinginan loh." pinta nya kepada sang suami.
"Baik Mom." balas Ashraf dengan memandang sosok gadis tersebut melalui kaca berukuran kecil di depan nya.
Karena kebencian kamu yang tak beralasan itu, kau tega menorehkan luka yang teramat dalam pada gadis sepolos dirinya, apa kah kebencian telah menutupi hati kamu?
Hampir sejam berlalu, mobil yang di kendarai Ashraf akhir nya memasuki pelataran rumah mewah nya, beberapa art sudah berjejer menanti kedatangan mereka.
"Selamat malam Tuan dan Nyonya." sapa para art seperti biasa saat kedatangan majikan mereka.
"Selamat malam." balas Ashraf singkat.
Dania tak sekalipun melepaskan dekapan nya dari tubuh Rania, ia menuntun gadis itu masuk ke lobby utama rumah nya. Ya, rumah itu terlihat sepi saat Delta memilih tinggal sendiri di kediaman nya, Dania beserta Ashraf hanya memiliki seorang anak yang tak lain adalah Delta. Berulang kali Dania meminta Delta untuk segera mencari pendamping hidup agar ia bisa merasakan menggendong cucu di usia nya yang tidak mudah lagi, namun permintaan nya selalu saja di tolak mentah-mentah oleh Delta dan jawaban Delta selalu saja belum memikirkan sebuah pernikahan apalagi memiliki seorang anak.
Setelah kepergian kedua orang tua nya, rumah mewah itu menjadi tak beraturan lagi, kala Delta tak henti-henti nya melempar interior yang berada di jangkauannya, berulang kali Delta mengusap kasar wajah nya.
Setiap ucapan yang di lontarkan Rania terus saja berputar di otak nya. "Brengsek!" desis Delta marah. "Jika saja para pengawal itu tidak ceroboh mungkin semua ini nggak bakalan terjadi." teriak nya lagi dengan melempar gelas yang berisi minuman beralkohol yang berada di genggaman nya.
"Rania Khumala Sari..," eja Delta saat sudah menerima informasi mengenai gadis yang di setubuhi nya barusan. Terlihat sebuah senyum mengembang di wajah datar nya, namun seketika senyum itu memudar di gantikan dengan sorot mata dingin kala mengingat tamparan yang di layang kan Rania di depan kedua orang tua nya.
"Kau gadis pertama yang dengan berani nya menampar saya." gumam nya sembari menatap lamat-lamat foto Rania.
Di rumah berukuran kecil, tampak seorang pria berumur sedang mondar mandir di depan rumah nya, raut kekhawatiran tampak jelas di wajah tua nya.
"Rania, kamu kemana sih nak?" gumam nya dengan khawatir.
"Gak usah di tunggu Mas, mungkin gadis bar-bar itu sedang asik bermain bersama teman-teman nya." ketus seorang wanita dengan wajah bengis nya.
"Buk, berhenti mengatai Rania seperti itu! bagaimana pun Rania itu anak kita!" marah bapak Rania yang jengkel dengan sifat istri nya yang selalu judes kepada Rania.
"Rania kan bukan anak kita, Mas! dia itu anak adik kamu, Mas. Wanita yang tega ninggalin anak nya sama kita." celetuk Sila asal.
Mendengar ucapan istri nya seketika darah Hendro mendidih, ia pun menatap nyalang ke arah istri nya. "Berhenti membicarakan identitas Rania! apapun yang terjadi Rania itu anak kita. Dan satu lagi, jangan pernah membicarakan ini di depan Rania. Jika tidak, kamu tau akibat nya." ancam Hendro dengan mata memerah menahan kemarahan nya.
"Terserah Mas saja, yang pasti nya Bunda hanya memiliki seorang anak dan itu hanya Liana seorang." tegas Sila dengan malas dan berlalu kembali masuk ke dalam rumah menghampiri Liana.
"Sayang, kamu lagi ngapain sih? sejak tadi Bunda liat kamu kayak senyum-senyum sendiri deh. Ayo cerita ke Bunda." tanya Sila dengan sayang nya kepada Liana, namun beda hal nya jika ia bersama Rania, Sila pasti akan bersikap kasar dan semena-mena kepada Rania dan pasti jauh berbeda dengan perlakuan nya kepada Liana, tapi tidak dengan Hendro yang selalu bersikap adil dengan Liana begitu pun Rania, bagi Hendro Rania adalah sosok adik pengganti setelah kepergian Lethisa belasan tahun yang lalu.
Liana pun menceritakan segala nya kepada Sila, Sila tersenyum dan membelai pipi anak gadis nya dengan lembut dan penuh kasih sayang. "Kejar pria yang kamu cintai, apapun rintangan nya teruslah maju. Bunda akan mendukung setiap keputusan kamu sayang." Sila menyemangati Liana.
Hendro yang masih beta berada di luar pun tampak bingung harus mencari Rania kemana, pasal nya meski hubungan nya dengan Rania begitu baik, tapi sosok Rania tidak pernah berkeluh-kesah kepada nya, teman Rania tak satu pun di kenal oleh Hendro.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments