Saat malam telah berganti pagi Adel bangun dari tidurnya, dan mulai bersiap untuk bekerja.
Sebelum berangkat Adel menyapa ibunya yang masih menyiapkan sarapan.
"Pagi Bu..." Sapa Adel.
"Pagi juga sayang, ayo duduk kita sarapan bareng."
"Iya Bu."
Tanpa banyak bicara mereka menghabiskan sarapan masing-masing.
"Oh iya Del, ibu mau ke pasar dulu ya, mau belanja kebutuhan pokok yang sudah pada habis."
"Perlu Adel anterin nggak Bu?"
"Nggak usah, kamu kan mau berangkat kerja, lagian kan ibu bisa bawa motor sendiri." Jawab Santi.
"Yaudah ibu hati-hati ya?"
"Iya."
Setelah selesai sarapan, Adel segera berangkat ke toko kue, dan Santi pergi ke pasar.
Di kediaman keluarga Nugraha, Lisa sedang membantu para bibi menyiapkan sarapan untuk keluarga nya.
Sebelum bergabung di meja makan, Lisa menghampiri bibi Asih (salah satu pelayan di kediaman Nugraha).
"Bi, bukannya hari ini jadwal belanja ke pasar ya?" Tanya Lisa.
"Iya Nyonya."
"Kalau gitu nanti saya saja yang pergi ke pasar ya Bi, nanti Bibi catat bahan apa saja yang harus dibeli!"
"Emangnya Nyonya gakpapa, pasarkan kan kotor?"
"Gak papa kok Bi, saya mau sekalian jalan-jalan ke pasar, yaudah bibi siapkan saja catatannya ya?"
"Iya Nyonya nanti bibi siapkan."
Lisa memang suka belanja langsung di pasar karena sejenis ikan dan sayuran nya masih seger-seger.
Meskipun biasanya pelayan yang pergi ke pasar untuk belanja.
Tapi entah kenapa hari ini Lisa juga pengen banget ke pasar.
Setelah menemui bibi untuk mencatat daftar belanja, beliau kembali bergabung dengan suaminya di meja makan.
Vano yang baru turun dari kamarnya di lantai dua segera menuju ke dapur untuk sarapan bersama orang tuanya.
"Pagi Ma, Pa?" Sapa vano pada kedua orang tuanya.
"Pagi juga sayang." Jawab Lisa.
"Pagi Vano." Jawab Nugraha serempak dengan sang istri.
"Oh ya, setelah sarapan nanti mama mau pamit ke pasar Pa,"
"Tumben mama mau ke pasar, biasanya juga bibi yang belanja ke pasar," timpal Vano.
"Iya mama cuma lagi pengen aja ke pasar sekalian jalan-jalan."
"Jalan-jalan kok ke pasar, jalan-jalan ya ke mall dong ma," jawab Vano lagi.
"Kalau ke mall itu sudah biasa Vano, kalau ke pasar kan jarang-jarang, mama kan pengen ganti suasana baru."
"Yaudah nanti mama perginya hati-hati ya, kalau perlu ajak bi Asih supaya ada yang bantuin bawa belanjaan nya." Kata Nugraha.
"Iya pa nanti mama ajak bi Asih juga."
Setelah selesai sarapan penghuni rumah Nugraha melanjutkan aktivitas masing-masing.
Satu jam kemudian Lisa dan bi Asih tiba di pasar tradisional dengan di antar sopir keluarga Nugraha.
Saat Lisa dan bi Asih sibuk memilih sayuran, tiba-tiba dari arah berlawanan ada suara yang memanggil nama Lisa.
"Lisa...!" Panggil Santi.
(Lisa dan bi Asih menoleh ke sumber suara).
"Ini beneran kamu kan Lisa, teman baik aku?" Tanya Santi lagi.
"Santi ini kamu, ya ampun akhirnya kita bisa ketemu lagi setelah puluhan tahun kita terpisah," jawab Lisa masih dengan ekspresi terkejut nya.
Akhirnya sepasang sahabat yang lama terpisah ini meluapkan kerinduannya dengan saling berpelukan.
"Santi kamu apa kabar?"
"Kabar ku baik Lisa, aku seneng banget bisa ketemu sama kamu lagi."
"Aku juga bahagia Santi, sekarang kamu tinggal dimana?"
"Aku tinggal di kompleks perumahan tidak jauh dari sini, bagaimana kalau kamu mampir dulu ke rumahku kita ngeteh bareng?"
"Boleh banget, sebentar ya aku mau pamit dulu sama bibi."
Setelah Lisa menyuruh bi Asih untuk melanjutkan belanjanya, dan langsung menyuruh nya pulang bersama sang sopir setelah selesai belanja.
Lisa balik menghampiri Santi.
"Gimana Lis jadi pergi sekarang?"
"Jadi dong, terus kita naik apa San?"
"Kamu aku bonceng naik motor mau?"
"Ya maulah, sekalian kita bernostalgia ya kan?"
Lima belas menit kemudian mereka sampai di rumah Santi.
"Rumah mu ternyata disini San?" Tanya Lisa sambil memperhatikan sekeliling rumah Santi yang terlihat asri meskipun tidak terlalu besar tapi sangat nyaman.
"Iya Lis, setelah menikah aku pindah kesini."
"Suamimu dimana San?"
"Suamiku sudah meninggal 5 tahun yang lalu Lis." Jawab Santi sambil membuka pintu rumahnya.
"Inalilahi, aku turut berdukacita, maaf sudah membuka lukamu San,"
"Iya gakpapa Lis, meskipun aku hanya hidup berdua dengan putriku tapi aku bahagia."
"Jadi anakmu perempuan San?"
"Iya. Kalau anakmu?"
"Pas banget anakku laki-laki San, jadi dong kita besanan?" Tanya Lisa.
"Kamu masih ingat aja sih perjanjian kita dulu."
"Ya inget dong kita kan sahabat baik masa lupa."
"Emang usia anak kamu berapa sih Lis?"
"Anakku umur dua puluh enam tahun tahun sudah cocok lah kalau menikah."
"Putriku baru mau genap sembilan belas tahun Lis,"
"Ya gakpapa dong, sudah cukup umur itu untuk menikah, terus sekarang putrimu itu dimana San?"
"Dia lagi kerja Lis, nanti sore baru pulang."
Saat mereka asyik ngobrol dan ngeteh bareng, tak terasa waktu cepat berlalu dan sudah mulai beranjak siang. Sebelum pulang Lisa menelfon supir untuk menjemput nya dirumah Santi.
"San, secepatnya kamu harus kasih tau putrimu tentang perjodohan ini, dan aku akan kasih tau putraku juga."
"Iya nanti aku akan kasih tau dia."
"Pokoknya kita harus berhasil menyatukan anak-anak kita!"
"Berdoa saja ya Lis, semoga Tuhan juga merestui rencana kita untuk besanan."
"Oke San. Secepatnya aku akan datang lagi kesini untuk melamar putrimu."
Setelah mereka ngobrol banyak hal dan bertukar no hp, akhirnya Lisa kembali pulang bersama sopir pribadi keluarga nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments