Sepanjang perjalanan, Adinda menceritakan kondisi kantornya yang semerawut semenjak Syeira memimpin divisinya.
"Sebenarnya tadi aku habis interview di perusahan lain," ucap Adinda.
"Loh kenapa Din?"tanya Aurora heran.
"Aku sudah tidak betah bekerja denga Bu Syeira, orangnya seenaknya saja, jika ada kesalahan di tim kami, ia pasti cuci tangan menyalahkan kami, dan semua tugas ia limpahkan kepada kami, benar-benar tidak ada tanggung jawabnya." Adinda mencurahkan seluruh isi hatinya kepada Aurora.
"Yang paling ngeselin itu, Bu syeira kerjaannya hanya chattingan dan teleponan terus sama pacarnya. Geli aku dengarnya, iih..."
"Loh memang memangnya kamu dengar?"
"Kalau dia sedang teleponan sampai kedengaran kemana-mana."
"Ya sudah kamu yang sabar ya, semoga kamu di terima di tempat baru dan lingkungannya lebih baik," ucap Aurora sambil tersenyum, dengan setulus hatinya ia mendoakan yang terbaik untuk sahabatnya.
"Aamiin, terima kasih ya Bu."
"Panggil Aurora saja ya, aku kan sudah bukan lagi atasamu, lagi pula usia kita tidak jauh," pinta Aurora.
"Haha sudah nyaman Bu," ucap Adinda sambil tertawa. "Aku panggil Bumil saja ya " sambungnya.
"Ya sudah terserah kamu saja."
"Oh ia suami Bu Aurora pasti sibuk sekali sampai-sampai Ibu, belanja sebanyak ini sendirian," ucap Adinda.
Aurora hanya tersenyum menganggukan kepalanya, baginya sangat pantang menceritakan tentang kondisi rumah tangganya kepada orang lain, tempatnya berbagi hanyalah di setiap sujud ibadanya.
Tak lama kemudian Adinda menepikan kendaraannya di di depan kediaman Aurora, dengan sigap ia membantu Aurora menurunkan barang-barang belanjaan Aurora dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Alangkah terkejutnya Adinda saat melihat Sekala, sedang bersantai di rumah dengan mengunakan pakaian rumah.
"Bumil sehat-sehat ya, besok aku masih cuti, kalo ada perlu langsung telepon aku," Adinda mengelus perut Aurora dengan lembut.
"Terima kasih banyak ya Din," Aurora mengantar Adinda hingga ke depan pintu gerbang kediamannya.
'Dalam hidup ini terkadang kita di pertemukan orang lain tetapi bisa jadi seperti saudara, kadang pula ada saudara sendiri tetapi jadi seperti orang lain,' batin Aurora., ia kembali masuk ke dalam kediamannya, merapihkan barang-barang belanjaannya.
"Kamu jadi membuka bisnis steak?" tanya Sekala, menghampiri Aurora yang tengah merapihkan barang-barang belanjaannya.
"Ya jadi dong Mas, ini perlengkapan dan peralatannya sudah aku beli semua, tinggal besok aku mau membeli bahan bakunya."
"Memangnya sudah kamu hitung break even pointnya?" tanya Sekala, ia mulai meragukan bisnis istrinya akan bisa berjalan dengan lancar.
Aurora mengambil catatan rencana bisnisnya dari dalam tasnya, kemudian ia memberikan kepada Sekala "Harga per porsinya sekitar 20.000-25.000 dengan proyeksi dalam sehari rata-rata bisa menjual 50 porsi per hari. Jika di hitung total nilai investasiku senilai Rp.20.000.000,- dikurangi biaya operasional Rp. 16.000.000,- juta per bulan, maka laba yang akan aku terima sebesar Rp.4.000.000 dan hanya butuh waktu empat bulan saja, sudah BEP." terang Aurora."
"Jika perhitunganku tak melesat, rencananya aku akan menambah gerai baru, atau menambah kemitraan dengan beberapa rekananku yang berada di luar daerah," imbuhnya.
Drrrt... drrrt...
Pesan masuk dari Syeira menghentikan perbincangan mereka "Terserah kau sajalah," Sekala pergi keluar menjauh dari Aurora, agar Aurora tak curiga terhadapnya.
"Sayang, lama sekali sih angkat teleponnya," ucap Syeira dari seberang telepon.
"Iya maaf tadi ada Aurora, kenapa sayang?" tanya Sekala.
"Tadi aku kecelakaan, kamu bisa ke apartementku tidak?"
"Hah?"
Sekala terkejut dan panik mendengar kekasihnya mengalami kecelakaan "Lalu sekarang bagaimana keadaanmu?"
"Ya pokoknya kamu cepetan datang ke sini," pintanya dengan manja.
"Okay, okay.. Aku akan segera ke sana, kamu tunggu sebentar ya."
Sekala mematikan handphonenya kemudian kembali masuk ke dalam rumahnya, untuk mengganti pakaiannya.
"Aku pergi dulu ya,"
"Mau ke mana Mas?"
"Keluar sebentar ada urusan," Sekala mempercepat langkahnya masuk ke dalam kendaraannya kemudian ia mengemudikan kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Sementara itu setelah Sekala pergi dari kediamannya tak lama kemudian booth container milik Aurora datang, ia langsung meminta kurir yang mengantarnya untuk memasangkannya di depan rumahnya.
"Di sini saja Bang, kalau di situ nanti mobil suami saya tidak bisa lewat." Aurora menunjukan tempat untuk booth container, di samping pohon mangga agar suasana lebih sejuk.
"Sekarang kamu bikin warung, Ra?" tanya Aisyah Wijayanti, ibunda Sekala ya gbtiba-tiba saja datang ke kediaman Aurora.
"Iya Mah, usaha kecil-kecilan." ucap Aurora sambil mencium tangan ibu mertuanya.
"Iya gitu dong, agar tidak membebani suamimu. Meskipun kamu Resign tetap harus punya penghasilan sendiri, biar pun tak seberapa," ucap Aisyah.
Aurora mencoba tersenyum sambil menganggukan kepalanya, ia merasa mengapa banyak orang menyudutkan wanita yang tak bekerja adalah beban suami, padahal sejak ia resign bukan lantas ia bermalas-malasan sepanjang hari. Justru pekerjaannya kini bertambah banyak, karena ternyata menjadi ibu rumah tangga itu lebih sulit.
"Ada yang ingin Mama bicarakan kepadamu, bisa kita ngobrol di dalam?"
"Bisa Mah, ini juga sudah selesai kok. Mama duluan saja, nanti aku menyusul."
Setelah pemasangan booth container selesai, Aurora bergegas menghampiri ibu mertuanya di dalam.
"Ra, kamu ini jorok sekali sih. Pasti di rumah kerjaanmu hanya tidur saja, meskipun kamu sedang hamil kamu harus tetap gerak, tidak baik untuk kesehatanmu dan bayimu. Kamu mau begitu keluar nanti anakmu jadi pemalas sepertimu?" omel Aisyah, menunjuk pada barang-barang belanjaan Aurora yang tadi pagi di belinya.
"Kamu harus contoh dong suamimu, pekerja keras tidak kenal lelah," lanjutnya.
"Ini sengaja aku taruh di sini karena mau aku masukin ke booth container." terang Aurora, membuat Aisyah salah tingkah karena dugaannya salah.
"Sudahlah, Mama ke sini mau pinjam uang untuk biaya semester Adik iparmu. Biasanya Sekala tanpa mama minta pasti memberi, tapi ini tidak. Ini semua pasti karena kamu berhenti bekerja dan minta buka usaha," ucap Aisyah.
"Ini tidak seperti yang Mama pikirkan," Aurora mencoba mengelaknya, namun di satu sisi jika ia menceritakan yang sebenarnya maka ia membuka aib suaminya yang selama ini tak pernah memberinya nafkah, Aurora menjadi sangat dilema.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
YK
huekkk, pengin muntah liatnya...
2023-06-01
1
YK
innalillahi wa innailaihi rojiuun... Ya Allah semoga hamba tidak menjadi mertua yg seperti ini...
2023-06-01
1
Bunda Elsa Caca
harusnya mah cerita aja Aurora,biar km gk di salah2in terus menerus
2022-11-01
1