Teman-teman Pandu pun datang mendekat. Saat Ayah Pandu menyergapnya, mereka jatuh keatas tempat tidur.
Pandu tidak menyerah, ia berusaha lepas dari dekapan ayah nya.
Melihat ayah Pandu kesusahan menahan Pandu, teman-teman Pandu mendekati Pandu.
Shiddiq dan Pur memegang kedua kaki Pandu, Wanto dan Zai, mereka memegang kedua tangan Pandu, sementara ayah Pandu duduk didekat kepala Pandu.
Pandu terus memberontak, ia ingin melepaskan diri dari pegangan teman-temannya.
Karena Pandu yang terus memberontak, dan teman-teman Pandu terus menahannya, akhirnya ayah Pandu ikut naik keatas tempat tidur.
Titi, Tanti, Desi, Tuti dan ibu Titi hanya melihat dari arah pintu kamar, mereka tidak berani mendekat, karena dilarang oleh ayah.
Ayah takut terjadi hal yang membahayakan bagi mereka.
Ibu terlihat sedih melihat keadaan Pandu.
Kakek Abdul datang dari luar, ia membawa segelas air.
Melihat kakek Abdul, Pandu menjadi murka. Ia kembali berusaha melepaskan diri dari pegangan teman-temannya.
Namun, pegangan teman-temannya sangat kuat, walau mereka kewalahan.
Mereka memegang sekuat tenaga, agar tidak terlepas.
Pandu terus memberontak, tiba-tiba papan tempat tidur bagian belakang patah.
Shiddiq dan Pur yang memegang kedua kaki Pandu pun, terjengkang.
Pur tak kuat menahan tawa, ia tertawa melihat posisi Shiddiq yang duduk mengangkang dengan kepala bersandar pada pinggir tempat tidur bagian belakang, sementara posisi Pur tak jauh beda dengan Shiddiq.
"Ha..ha..ha.. sialan, tempat tidurnya patah Diq, kuat banget nih orang memberontak" kata Pur sambil berusaha bangkit.
Shiddiq bangkit sambil mengusap kepalanya yang terbentur tepi tempat tidur.
( Dasar Pur, dalam keadaan genting masih bisa tertawa. )
Mereka kembali memegangi kaki Pandu, dengan posisi miring, karena tempat tidur yang patah ditengah membuat mereka susah untuk mengambil posisi.
Melihat keadaan itu, kakek Abdul meminta ayah Pandu untuk meminumkan air itu pada Pandu.
"Pak, tolong minum kan air ini pada Pandu, sisanya, tolong usapkan pada wajah dan kepala Pandu.
"Baik, kek!" Lalu, ayah Pandu mengambil air itu dari kakek Abdul, ia berusaha meminumkan pada Pandu yang terus berusaha menghindar agar tidak minum air itu.
"Ti, coba kamu bantu pegang tangan abang mu, biar Zai bantu pegang kepala Pandu" kata ayah pada Titi.
"Baik, yah!" jawab Titi.
Titi pun masuk ke kamar dan membantu memegang tangan Pandu, Titi sedih melihat keadaan abang nya yang dipegangi teman-temannya.
Setelah Titi membantu memegang tangan Pandu, Zai membantu memegang kepalanya.
Zai berusaha menahan kepala Pandu agar tidak bergerak, dan ayah berusaha meminumkan air itu pada Pandu.
Akhirnya, dengan susah payah, ayah dapat meminumkan air itu, lalu mengusap wajah dan rambut Pandu.
Setelah meminum air itu, Pandu menjadi lemah. Ia terkulai, tangan dan kaki Pandu pun ikut lemah.
"Alhamdulillah ya Allah.." ucap semua yang ada dikamar itu.
Mereka merasa lega dan bersyukur, akhirnya Pandu bisa lepas dari pengaruh jin itu.
Shiddiq dan Pur melepaskan pegangannya pada kaki Pandu, begitu pun Wandi dan Titi, melepaskan tangan Pandu.
Ayah meletakkan kepala Pandu di atas bantal, mereka pun turun dari tempat tidur.
Ayah mengatur posisi tidur Pandu agar nyaman, karena tempat tidur yang patah, posisi tidur Pandu jadi miring ke atas.
"Terima kasih, buat kalian semua yang telah membantu. Silahkan kalian keluar, dan lanjutkan acara kalian. Maaf, jika Pandu telah merepotkan" kata ayah pada teman-teman Pandu.
"Tidak apa-apa, Pak. Alhamdulillah, bang Pandu sudah sadar, kami keluar dulu" jawab Shiddiq mewakili teman-temannya.
Akhirnya, mereka pun keluar dari kamar dan duduk kembali di bale-bale.
Ayah tetap berada dikamar, akhirnya ibu dan Tuti pun ikut masuk kekamar, ibu membawa teh hangat untuk ayah.
"Yah, ini teh hangat untuk ayah" kata ibu.
"Iya, bu, terima kasih!" jawab ayah sambil mengambil teh dari tangan ibu, lalu meminumnya sedikit
" Gimana, yah? apa Pandu tertidur?" tanya ibu. "Iya, bu! Pandu tidur, mungkin ia lelah, dan pasti badannya sakit semua" jawab ayah.
Ibu hanya diam, ia menatap sedih wajah Pandu.
"Istirahatlah, bu! biar ayah yang jaga Pandu, nanti kalau Pandu bangun, biar tidur dibawah sama ayah, tidak mungkin ia tidur dengan posisi seperti ini." kata ayah.
"Mengapa tadi tidak langsung dipindahkan kebawah, yah? Kasihan posisi tidurnya seperti itu" kata ibu lagi.
"Ayah kasihan melihat teman-teman Pandu, mereka pasti kelelahan karena mengeluarkan tenaga untuk memegangi Pandu, ayah takut mereka tak kuat untuk membantu mengangkat Pandu kebawah, pasti tangan mereka pegal dan sakit semua". jawab ayah menjelaskan.
"Baiklah yah, ibu sama Tuti tidur diruang tivi aja, biar kalau ada apa-apa, ayah tidak susah memanggil kami" kata ibu lagi.
"Iya bu, sekarang ibu istirahat ya?" pinta ayah. "Baik, yah!" jawab ibu.
Ibu dan Tuti pun keluar dari kamar Pandu, lalu mengambil kasur lipat untuk ditaruh diruang tivi.
Kebetulan, ruang tivi berada didepan kamar Pandu.
Akhirnya ibu dan Tuti istirahat disana.
Sementara, Titi dan teman-temannya masih duduk di bale-bale.
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat lima belas menit.
" Gila, kuat banget itu jin, tangan aku sakit semua, mana badan pegel-pegel nahan kaki bang Pandu" kata Shiddiq.
"Kak Pur kelewatan, orang lagi panik, kak Pur malah tertawa saat tempat tidur patah" kata Desi sambil tersenyum.
"Ha..ha..ha..aku juga sebenarnya ingin tertawa melihat kak Pur dan kak Shiddiq terjengkang, tapi aku tahan" kata Tanti sambil tertawa.
"Makanya, aku ga kuat nahan ketawa, jadi lepas gitu aja, ha..ha..ha.." kata Pur, ia tak bisa nahan tawa nya saat ingat kejadian tadi.
"Sudah malam nih, kasihan para ciwi-ciwi kalau pulang kemalaman, nanti dicari orang tuanya." Wandi mengingatkan teman-teman nya.
"Ya sudah, Pur sama Zai antar Tanti dan Desi pulang pakai motor aku sama pinjam motor bang Pandu, nanti kalian balik lagi, kita kan mau nginap disini, takut bang Pandu kumat lagi kesurupannya." kata Shiddiq.
"Ya, sudah..aku sama Zai antar ciwi-ciwi pulang, nanti kami balik lagi untuk menginap disini. Ayo lah, ciwi-ciwi kita pulang" ujar Pur lagi.
"Mbak, kami pulang dulu ya" kata Tanti pada Titi.
"Iya, terima kasih, kalian sudah main kesini, dan maaf atas kejadian tadi," kata Titi pada Tanti dan Desi.
"Iya, mbak sama-sama." jawab Tanti dan Desi. "Kami pulang dulu ya, kak?" pamit Tanti pada teman-temannya yang lain.
"Iya, hati-hati Pur, Zai, jangan ngebut bawa motornya, antar mereka sampai kerumah dengan selamat" kata Shiddiq pada Pur dan Zai.
"Oke, siap komandan!" jawab Pur sambil bercanda.
Setelah mengucap salam dan pamitan, akhirnya Tanti dan Desi pun pulang diantar Pur dan Zai.
"Diq, Wan, aku istirahat dulu ya, sudah malam. Kalau kalian mau istirahat, bisa tidur dikamar belakang, atau kalau mau ngopi, bikin aja sendiri" kata Titi pada Shiddiq dan Wanto.
"Iya, Ti, istirahatlah! sudah malam, kamu juga cape." jawab Wanto.
"Kek, Titi istirahat dulu ya? pamit Titi pada kakek Abdul.
"Iya, Ti..istirahatlah! kakek masih mau ngobrol sama mereka." jawab kakek sambil melihat pada Shiddiq dan Wanto.
Titi pun masuk kerumah untuk beristirahat, melihat ibu dan adiknya tidur diruang tivi, Titi mengambil selimut dan bantal dikamarnya, lalu ikut tidur disamping ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
🌞𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉ˢ⍣⃟ₛ
teman yg sesungguhnya, teman tempat berbagi suka maupun duka, orang yg selalu mendukung disaat susah, dan ikut berbahagia disaat suka
2023-03-07
1
ˢ⍣⃟ₛ αηтιє
jadi pingin donk punya teman seperti mereka yang selalu ada buat berbagi bersama
2023-02-28
3
off
serasa naik apa sih permainan yg bikin jantung copot,nah serasa naik itu ngebayangin di keadaan itu.itu jin ori apa kw?krn sekarang banyak yg pura2 kesurupan😅😅😅
2023-02-27
2