Tak terasa, akhirnya mereka sampai dirumah Titi.
Teman-teman Titi, duduk di bale-bale dibawah pohon belimbing, sementara Titi menyimpan mukenanya dikamar.
"Des, mbak simpan mukena dulu ya? sekalian mau buat kopi untuk teman-teman. Desi, mau ngeteh atau ngopi?" tanya Titi pada Desi.
"Des, minta air putih aja mbak.
Desi boleh bantu buat kopi, mbak?" tanya Desi pada Titi.
"Boleh, koq Des. Yuk, kita masuk" ajak Titi pada Desi.
Titi dan Desi masuk kerumah lewat pintu dapur, memang jika datang kerumah Titi melalui gang, mereka akan tiba dibelakang rumah Titi, jika ingin lewat pintu depan, mereka harus lewat samping rumah Titi.
Titi, tinggal di perkampungan, rumahnya tidak berpagar, disamping kiri kanan rumah Titi ada kebun singkong, dan dibelakang rumah Titi banyak pohon jambu biji.
Terasa nyaman bila berada dirumah Titi.
Titi dan Desi membuat kopi untuk teman-temannya, dan membawanya ke bale-bale.
"Silahkan, kopinya diminum, kak" kata Desi pada teman-temannya.
"Terima kasih, Des" jawab Zai dan Wandi.
"Wah..Desi, lagi belajar jadi tuan rumah ya?, kayanya Desi lagi ambil hati bang Pandu nih, dengan membantu Titi membuatkan kopi" Pur, meledek Desi yang membantu Titi membuat kopi.
"Kak Pur, apaan sih, Des kan cuma bantu buat kopi, kenapa kak Pur malah meledek Desi" kata Desi jutek, karena terus diledek sama Pur.
"Ga usah ngambek juga kali, kakak cuma bercanda koq" balas Pur, membela diri.
"Sudah Pur, jangan menggoda Desi terus, kasihan Desi, nanti dia ngambek, lihat tuh..dia sudah cemberut" kata Zai pada Pur.
"Iya, maaf..aku cuma bercanda" kata Pur lagi.
Saat mereka tengah asik ngobrol, Shiddiq dan Tanti datang dengan membawa durian.
"Wah..duriannya sudah datang, banyak banget belinya, Diq? benar-benar mau pesta durian nih." kata Pur heboh.
"Hati-hati, Pur..jangan kebanyakan, nanti kamu mabuk makan durian" kata Wandi pula.
"Jangan takut mabuk karena makan durian. Nanti setelah selesai makan durian, kalian minum air putih dari wadah bekas durian yang kalian makan, Insya Allah ga bakal mabuk" kata Pandu, menjelaskan.
"Ah, iya kah, kak? kalau gitu ga takut makan durian banyak-banyak" kata Tanti.
"Silahkan kalian makan se-kenyang nya, kalau sudah kenyang, kalian berhenti makan, jangan dipaksakan.
Jangan mentang-mentang suka makan durian, kalian main hajar aja makannya, sesuatu yang berlebihan tetap tidak baik."
kata Pandu lagi.
"Baik, pak Ustadz" jawab Pur sambil cengengesan.
Akhirnya, mereka pun asyik makan durian.
Ditengah-tengah keasyikan mereka makan durian, tiba-tiba, Pandu mengeluh pusing.
Ia langsung berhenti makan durian, lalu mendatangi kakek Abdul yang sedang duduk makan durian bersama Shiddiq.
"Kek, saya minta air putih" kata Pandu pada kakek Abdul.
"Baiklah" jawab kakek Abdul.
Lalu, kakek Abdul menuangkan air putih yang ada diatas bale ke dalam gelas, setelah itu, kakek Abdul membaca ayat-ayat suci Al Quran.
Kakek Abdul, merupakan kakek angkat Pandu, ia hidup seorang diri, kedua anaknya tinggal di panti asuhan.
Karena terkena struk, kakek Abdul tidak bisa berjalan normal.
Ia seperti tabib, yang sering dimintai tolong oleh warga untuk mengobati penyakit.
Dari menolong warga lah, kakek Abdul bisa memenuhi kebutuhannya.
Setelah membaca ayat Al Quran, kakek Abdul menyerahkan air itu pada Pandu.
"Minumlah, pelan-pelan, kakek sudah punya firasat, makanya kakek menginap disini.
Baru setengah gelas air yang Pandu minum, tiba-tiba Pandu tertawa keras, lalu ia membalikkan meja yang ada disamping bale dengan satu tangannya.
Sontak, semua yang ada disana merasa kaget, lalu menghentikan kegiatannya.
Desi dan Tanti merapat kearah Titi, meraka merasa takut melihat Pandu yang tertawa keras.
"Mbak, kak Pandu kenapa?" tanya Desi pada Titi.
"Kalian tenang aja, ga usah takut, diam aja disini, jangan mendekat!" jawab Titi.
"Baik, mbak" jawab Tanti dan Desi.
"Apa mau kalian? jangan kalian mengganggu dan menghalangi saya! Menyingkir kalian dari sini, saya akan membawa anak ini" kata jin dalam tubuh Pandu.
Kakek Abdul masih duduk di kursinya, ia mengambil sisa air yang tadi diminum oleh Pandu.
Teman-teman Pandu sudah bersiap di sekeliling Pandu, mereka waspada melihat pergerakan Pandu, mereka takut Pandu lari dari sana.
Bagi teman-teman Pandu, ini bukan hal aneh buat mereka.
Mereka sudah tahu keadaan Pandu yang sering kesurupan.
( Untuk kisah Pandu, nanti akan dibuatkan cerita tersendiri ya, karena dalam novel ini bukan ber genre horor. Ini hanya sebagian kisah Pandu ).
" Kami disini tidak pernah mengganggu mu, justru kamu yang selalu mengganggu cucu saya" jawab kakek Abdul.
Pandu hanya tertawa mendengar kata-kata kakek Abdul.
"Lalu, kakek Abdul memercikkan sisa air tadi ke wajah dan tubuh Pandu"
Tiba-tiba, Pandu menatap garang pada kakek Abdul, wajahnya tegang dan memerah.
" Dasar orang tua bedebah, apa yang kau lakukan? kau mau mengusir ku? Tidak bisa!, aku tidak akan pergi sebelum membawa anak ini!". Kata jin yang ada didalam tubuh Pandu dengan marah.
Kakek Abdul tidak perduli, lalu ia membaca doa-doa dan menghembuskan nya pada Pandu, seketika Pandu menjadi lemah.
"Tolong, bawa Pandu ke kamarnya!" kata ayah Pandu.
"Iya, bawa Pandu ke kamar, jin itu belum pergi, kasihan jika Pandu ada disini" kata kakek Abdul pula.
Tanpa aba-aba, teman-teman Pandu memapah Pandu ke dalam kamarnya.
Lalu, mereka membaringkan tubuh pandu diatas kasur.
Ayah Pandu, duduk didekat kepala Pandu sambil mengusap-usap rambut Pandu.
Ia sedih melihat keadaan Pandu.
Pandu, anak kesayangannya.
Telah lama Pandu seperti ini, setiap sebulan sekali ia akan kesurupan.
Ayah Pandu sudah berusaha mengobati Pandu pada ustadz, ataupun orang pintar, tapi semua belum berhasil mengobati Pandu.
Kakek Abdul hanya bisa mengatasi sementara, tidak bisa menyembuhkan Pandu dari kesurupannya.
Teman-teman Pandu berdiri tak jauh dari tempat tidur, sementara Tanti dan Desi menunggu didepan pintu kamar.
Tiba-tiba, Pandu terbangun, ia langsung berdiri dan ingin keluar dari kamar.
Ayah Pandu terkejut dengan gerakan Pandu yang tiba-tiba, bila tak berpegangan pada sisi tempat tidur, ia hampir saja terjatuh.
"Menyingkir kalian semua, jangan pernah halangi aku! Aku mau pergi dengan membawa anak ini!" Pandu berteriak marah.
"Jika ingin pergi, silahkan pergi! Kami tidak pernah menghalangi mu, malah kami bersyukur jika kau akan pergi, tapi tolong lepaskan anak ku, jangan bawa anak ku bersama mu. Dunia kalian berbeda, anak ku disini memiliki aku, sebagai ayah nya, dan aku tidak akan membiarkan kau pergi membawa anakku!" ucap ayah Pandu tegas.
Lalu, Pandu bersiap, tubuhnya condong ke depan, dengan kedua tangan yang maju kedepan, jari-jarinya seperti akan mencengkram.
"Minggir kalian semua! minggir!!" teriak Pandu marah.
"Tolong pegang Pandu, jangan sampai ia keluar dari kamar ini! kata ayah Pandu.
Teman-teman Pandu pun, setengah takut-takut mendekati Pandu.
Mereka bersiap menyergap Pandu.
Ayah Pandu, maju mendekati Pandu, ia merapalkan ayat-ayat suci yang ia bisa.
Saat pandu lengah, ayah Pandu langsung menyergapnya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
ˢ⍣⃟ₛ αηтιє
koq pandu jadi kesurupan....
2023-02-28
1
off
aku tetep mabuk walau gitu, mungkin sebagian emang g kuat duren, sebagian lagi habis 3 biji malah gpp walau g minum air dari kulit duren
2023-02-27
1
🌞𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉ˢ⍣⃟ₛ
duuuh ko bisa kesurupan....ih kasian pandunya
2023-02-27
2