Pandu, Titi dan teman-temannya akhirnya pulang bersama.
Sepanjang jalan mereka bercerita dan bercanda.
"Bang Pandu..kasihan loh Desi di anggurin, doi naksir tuh sama abang". kata Pur menggoda Pandu.
Pandu hanya tersenyum, tak menanggapi candaan Pur.
Pandu memang sedikit pendiam, tidak banyak tingkah.
Walau ia anak tua dan laki-laki satu-satunya, tapi Pandu tidak pernah bersikap manja.
Pandu tak pernah segan membantu pekerjaan orang tuanya.
Pandu suka membantu orang tuanya berkebun, juga membantu memelihara ternak milik keluarganya.
Diusianya yang menginjak dua puluh dua tahun, tak pernah sekalipun Pandu dekat dengan wanita, sikapnya yang sedikit pemalu, membuatnya susah untuk dekat dengan wanita.
Saat teman-temannya merokok, Pandu sama sekali tidak tertarik.
"Ti..emang kamu mau jadi adik iparnya Desi, usianya kan sama dengan Tuti, jadi kalau nanti dia nikah sama Pandu, kakak ipar mu, umurnya dibawah kamu" kata Shiddiq, menggoda Titi.
"Kalau aku sih, ga masalah..siapa aja yang jadi saudara ipar ku nanti, yang penting sayang dan cinta setulus hati sama bang Pandu, bisa menerima keadaan keluarga kami yang sederhana" jawab Titi diplomatis.
"Cie..cie..dah ada restu tuh bang dari adik tercinta, gimana? diterima ga cintanya Desi" kata Pur lagi.
Pandu tetap diam tak menanggapi kata-kata Pur, dia tetap berjalan santai beriringan dengan Titi.
"Haduhh..kasihan deh Pur, kamu di kacangin sama bang Pandu, bang Pandu ga mau jawab tuh, cuma senyum-senyum aja" kata Shiddiq meledek Pur.
Akhirnya, mereka hanya bisa tertawa melihat Pandu yang tidak mau menanggapi kata-kata Pur.
Didepan gang, dibawah pohon cemara yang diterangi lampu jalan, Toni sudah berdiri disana menunggu Titi.
"Cie..cie..yang dijemput sama pacarnya, pantas hari ini cerah banget, banyak bintang-bintang..rupanya ada yang lagi bahagia, ditungguin sama arjuna nya" Pur heboh sendiri meledek Titi.
Titi hanya tersenyum, tidak menanggapi kata-kata pur.
"Assalamualaikum.." kata Toni menyapa Titi dan teman-temannya.
"Waalaikumsalam.." jawab mereka serentak.
"Baru pulang bang? saya mau main kerumah, boleh bang? tanya Toni pada Pandu.
Usia Toni lebih tua dari Pandu, tapi ia menghargai Pandu sebagai kakaknya Titi.
"Iya, silahkan kalau mau main, lagi piket ya bang? kata Pandu pula pada Toni.
"Iya bang, biasalah lagi dapat giliran piket" jawab Toni.
Akhirnya Toni dan Titi berjalan bersisian, mereka berjalan paling belakang.
"Tuti mana, dek? koq ga kelihatan? ga ikut ke masjid ya?" tanya Toni memulai obrolan.
"Tadi sore, Tuti ikut ekskul disekolah, jadi ga ikut ke masjid, kak" jawab Titi.
"Apa rencana kegiatan besok, dek? besok libur kerjakan?"
"Iya, kak..besok libur, tapi belum ada rencana apa-apa, paling istirahat dirumah sambil menyelesaikan membaca novel yang kemaren dibeli".
"Ga ada rencana jalan-jalan keluar, gitu?"
"Ga, kak..malas mau kemana-mana, enakan istirahat dirumah, mumpung libur".
"Besok sore, ikutan main Volly aja dilapangan disamping kantor, biasanya kan rame tuh..emak-emak main Volly sama anggota yang piket, apalagi kalau teh Dewi ikut main, pasti seru".
"Iya, kalau ada teh Dewi mah seru, dia suka latah dan digodain sama anggota yang piket, teh Dewi kalau latah suka ngomong jorok"
"Makanya, orang senang godain teh Dewi, maklum aja..kadang para anggota kurang hiburan kalau lagi piket".
"Iya, kak.."
Tak terasa, akhirnya mereka tiba dirumah Titi. Pur yang usil pun, menggoda Titi dan Toni.
"Lama amat Ti, baru sampai rumah, kirain tadi lupa jalan pulang" ledek Pur sambil tertawa.
"Makanya Pur, jangan jadi jomblo, biar ga nge-godain orang terus" kata Shiddiq pada Pur.
"Tuh, dengar Pur..jangan jadi jones terus, biar ga suka meledek-in orang" balas Titi pula.
Pur hanya diam sambil senyum-senyum saat Shiddiq dan Titi meledeknya.
"Mau ngobrol dimana, kak? diruang tamu apa diteras depan?" tanya Titi pada Toni.
"Diteras depan aja, Tik..biar adem" jawab Toni.
"Titi nyimpan mukena dulu ya kak, sekalian buat kopi, kakak duluan kedepan aja" kata Titi lagi.
"Iya, Ti.." jawab Toni.
Toni melangkah ke teras depan, sementara Titi menyimpan mukena ke kamarnya, lalu kedapur untuk membuat kopi.
Titi membawa kopi di nampan, sekalian dengan cemilannya, tak lupa Titi juga membuatkan kopi untuk teman-temannya.
"Nih kopi dan cemilan buat kalian, dan ini teh buat bang Pandu" kata Titi pada teman-temannya.
"Wah..terima kasih, Ti" jawab Pur, sementara Shiddiq sedang asik memompa senapan anginnya.
"Iya, sama-sama..aku kedepan dulu ya?" pamit Titi.
Sampai diteras depan, Titi menaruh kopi dan cemilan diatas meja.
"Silahkan, diminum kak kopinya, sama cemilannya dimakan" kata Titi.
"Iya, dek..terima kasih" jawab Toni.
Titi dan Toni ngobrol diteras depan.
"Bapak sama ibu mana, dek? koq ga kelihatan?"
"Bapak sudah istirahat kak, biasanya habis isya bapak langsung tidur, kecuali kalau ada acara pertandingan sepak bola atau bulu tangkis, bapak baru nonton tivi, kalau ibu lagi nonton sinetron kesukaannya".
"Tuti?"
"Tuti lagi menyelesaikan tugas sekolah, katanya, besok dikumpulkan".
"Kak Toni koq kurus banget sih, kak?
Memang dasar badannya yang kurus ya, ga bisa gemuk?"
"Keluarga aku tuh, badannya emang kurus-kurus, tapi biar kurus, dulu kalau lomba lari pasti menang terus"
"Iyalah, menang..badannya kurus, jadi melayang dibawa angin"
Titi tertawa meledek Toni.
Toni hanya tertawa mendengar ledekan Titi, ia merasa gemas melihat Titi tertawa, lalu Toni mengusapkan tangannya ke wajah Titi.
"Iseng banget sih, kak..usap-usap muka aku?" dada Titi berdebar-debar saat Toni mengusap wajahnya, Titi pura-pura cemberut untuk menenangkan dirinya.
Titi malu karena Toni mengusap wajahnya, walau mereka hampir setahun pacaran, tapi tak pernah bersentuhan fisik, jika bertemu, mereka hanya sekedar mengobrol.
Toni akan datang kerumah Titi bila ia dapat tugas piket, karena rumah Titi posisinya berada dibelakang kantor militer tempat Toni bekerja.
"Dek..itu disana, apa yang bergerak-gerak?" Toni menunjuk kearah samping rumah Titi yang ada pohon singkong dan pohon tebu.
Titi menoleh kesamping kiri, saat Titi menoleh, tiba-tiba Toni mencium pipi kanan Titi sekilas.
Titi diam terpaku, wajahnya terasa panas, dadanya berdebar dengan kencang dan darahnya serasa mengalir lebih cepat.
Titi shock..selama ini, Toni tak pernah berbuat macam-macam, jangankan mencium, memegang tangan pun tak pernah.
Belum hilang rasa kaget Titi, tiba-tiba Toni menggenggam tangan kanan Titi.
Darah Titi serasa semakin panas, dadanya makin berdebar.
Titi mencoba menarik tangannya dari genggaman Toni, tapi Toni menahannya dengan menggenggam lebih erat lagi.
Lalu, ia memandang wajah Titi yang memerah menahan malu.
"Dek...maafkan kakak ya, sudah lancang mencium pipi mu, walau hanya sekilas".
Lalu Toni menaruh tautan tangannya dan tangan Titi diatas pahanya, ia pandangi tangan Titi yang terasa dingin berada didalam genggamannya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
off
awal bab disambut T2 tapi bukan tika tiwi, tapi titi dan tony😅😅
elepisisnya kurang thor, elepisis titik 3 itu ( spasi kata spasi) contoh: "Ti ... emangnya kamu mau jadi adik iparnya desi."
2023-02-27
1
🌞𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉ˢ⍣⃟ₛ
pandu, kamu anak yg bijak dan baik....
2023-02-27
2
💞Aqis💞
❤️❤️❤️❤️
2023-02-20
1