"Maaf ya deb, tadi mas Doni nggak bisa jemput kamu karena harus mengantar mbak ke rumah ibu, ibunya mbak sedang sakit." Kata mbak Linda menghampiriku
"hem...Uhuk... uhuk ..." Aku sedikit tersedak mendengar penjelasan mbak Linda yang tiba-tiba, ternyata aku telah salah mengira tentang Mas Doni batinku. "pelan-pelan Deb," Kata Mbak Linda sambil menyodorkan segelas air.
"Nggak apa-apa mbak tadi Debby juga diantar teman Debby kok mbak, kebetulan dia searah sama Debby."
"Kamu diantar temen kamu? Perempuan atau laki- laki?" sambung Mas Doni yang masih ada di depan TV.
"Perempuan Mas!" Jawabku seadanya. Entah mengapa hatiku serasa berbunga mendengar Mas Doni menanyakan hal itu. Apa itu artinya dia peduli dan cemburu padaku?
"Kamu cemburu ya Mas?" Tanya mbak Linda yang terlihat tersenyum.
"Cemburu? Ya nggak lah, kalau dia sama cowokkan takutnya kalau sampai diapa- apain, saya juga yang repot, saya harus ngomong apa sama Bunda nanti." Jelas Mas Doni.
Ya, lagi- lagi dia melakukan itu karena bunda, aku tak mau berdebat, selesai menghabiskan makanan ku aku segera pamit kekamar dan beristirahat.
"Mbak, aku ke kamar duluan ya, ngantuk, soalnya besok harus berangkat kerja pagi."
"Ya udah Debby, kamu istirahat lah."
Aku pun kembali ke kamar, dan Mbak Linda kembali menuju ke ruang TV menemani mas Doni yang masih berada di sana.
Saat aku melangkahkan kaki menaiki tangga, tiba- tiba langkahku melambat saat Sayup- sayup ku dengar ada perdebatan kecil diantara mas Doni dan mbak Linda karena aku.
"Mas kamu harus bersikap lebih baik lagi dong sama Debby, diakan istri kamu juga, kamu harus adil" kata Mbak Linda.
"Sayang, berapa kali aku bilang, aku hanya sayang dan cinta sama kamu seorang, ngak ada wanita lain dihatiku. Aku juga nggak mungkin mau nikah sama Debby kalau kamu nggak memaksa ku waktu itu."
"Tapikan mas, Debby itu sudah sah menjadi Istrimu juga mas, kamu bisa dosa kalau sampai nggak adil sama dia."
"Adil yang bagaimana mau kamu Linda? Aku sudah menyiapkan kartu kredit untuknya, besok kamu tinggal kasih saja sama dia."
"Bukan kartu kredit saja mas yang dibutuhkan seorang istri."
"terus apa?"
"Kamu juga harus Adil dalam memberikannya nafkah batin Mas!"
"Linda!!!." Bentak Mas Doni, membuat ku terkejut. Ku tutupi mulutku dengan kedua tanganku, agar suaraku tidak terdengar dan segera pergi menuju kamarku.
Ku renungi setiap kalimat yang di katakan oleh mereka berdua yang baru saja aku dengar. Mas Doni membentak mbak Linda karena aku, pertengkaran yang terjadi diantara mereka berdua juga karena aku. tak terasa Butiran bening pun lolos dari pelupuk mata ku, seandainya saja aku tidak menerima pernikahan ini, mungkin tidak akan ada pertengkaran antara dua hati yang begitu saling menyayangi itu. Karena keputusanku, aku membuat diriku sendiri tidak bahagia dan membuat mas Doni ikut tersiksa,dan yang paling aku sesali adalah mbak Linda pasti terluka dengan bentakan mas doni tadi.
Ku hapus air mataku kasar, ku pikir tak bisa berdiam diri seperti ini, aku harus berbuat sesuatu agar semuanya tidak semakin memburuk nantinya, Aku memutuskan untuk menemui Mas Doni, aku segera keluar dari kamar dan mencari Mas Doni, terlihat ia sedang duduk di ayunan yang ada di balkon. mas Doni sedang duduk sambil memandangi langit malam sendirian, ku hampiri dia, sebenarnya ada merasakan takut saat menemuinya, mengingat seberapa bencinya dia padaku, lebih- lebih dalam kondisinya yang masih hangat dalam emosi. Namun, apa boleh buat, aku harus melakukannya demi kebaikan kita semua. Aku harus mencari solusi atas semua Masalah ini, di sini aku dan Mas Doni yang salah karena telah menerima permintaan mbak Linda yang tidak masuk akal bagiku. Jadi, mungkin aku harus mencari jalan keluar dengannya.
🥀🥀🥀
Prv mas Doni
Setelah pertengkaran ku malam ini dengan Linda, aku memutuskan untuk menenangkan diri dibalkon, sedangkan Linda, mungkin saat ini sedang menangis di dalam kamarnya. Aku mungkin memang sangat keterlaluan pada Linda, namun aku tak mungkin menuruti kemauannya yang sangat konyol itu. Aku tau Linda tipe orang yang sangatlah pencemburu, aku tak mau membuatnya sedih dan kecewa. Berhadapan dengan Debby, gadis itu, tak bisa dipungkiri memang parasnya yang sangat cantik bahkan tanpa polesan pun kecantikannya melebihi Linda, hidung nya yang mancung, dan matanya yang mampu menghipnotis setiap laki- laki yang memandangnya, membuatku memilih untuk bersikap cuek saja terhadapnya, aku tak mau jatuh cinta dan membuat Linda semakin sakit dan terluka.
Sayup- sayup terdengar suara langkah kaki seseorang mendekat ke arahku. Ku helakan nafas lelahku, dan berbalik melihat siapa yang ada di belakangku.
"Mas, aku mau membicarakan sesuatu!" Katanya padaku, ternyata yang menemuiku adalah Debby, Debby yang aku nikahi dalam waktu singkat, sungguh malang nasibnya, harus menjadi istri kedua disaat usianya yang masih sangat begitu muda.
"Mau ngomong apa kamu?" Ketus ku.
"Ta..Tadi..."
"Kamu mendengar semuanya?" Sela-ku sebelum Debby menyelesaikan kalimatnya. Dia mengangguk Pelan.
"Lalu?" Tanyaku kemudian, kami pun berdiri bersisihan saat ini, sama - sama memandang langit malam yang begitu indah ditaburi bintang-bintang.
"Aku kasihan melihat Mbak Linda, sepertinya dia terlalu berharap kepadaku." Ucapnya penuh kehati- hatian, aku tau saat ini dia diliputi rasa takut.
Ku lirik Debby, dia masih setia dengan pemandangan langit malam ini, tak sedikitpun menoleh ke arahku.
"Maksudmu?" Tanyaku menegaskan.
"Apa nggak sebaiknya kita sudahi saja pernikahan ini." Kata Debby yang begitu mantap, kali ini dia menunduk tak melihat ku.
"Debby!, justru itu akan membuat Linda semakin terluka." Jawabku, aku tau bagaimana sifat Linda, jika tidak di turuti dia akan merajuk dan yang lebih mengkhawatirkan adalah penyakitnya. Yang kapan saja bisa drop kalau dia stress.
"Tapikan nggak baik juga terus- terusan memberi harapan palsu pada mbak Linda." Ucapnya lagi.
"Maksudmu? "
"Mbak Linda sangat menginginkan anak, dan kita? Kita nggak mungkin memberikan itu semua pada Mbak Linda, itu Mustahil bukan."
"Kenapa Mustahil?" Pertanyaan bodoh yang aku lontarkan begitu saja ke pada Debby membuatnya terlihat bingung.
"Kamu pasti tau sendiri jawabannya Mas." Jawab Debby penuh makna.
"apakah Kamu mau melakukannya tanpa cinta Debby? Kalau kamu mau mari kita lakukan sekarang, apakah kamu siap?" Kataku seraya mendekati Debby, dan mencekal lengan nya kasar. Masalah dengan Linda membuatku kehilangan akal sehatku, ditambah mendengar perkataan Debby yang membuatku semakin gila. Aku terus mendekati Debby dan memangkas jarak diantara kita.
"Mas, kamu jangan macem-macem ya?" Ancam Debby, ia terus mundur, wajahnya terlihat sangat ketakutan. Aku terus mendekatinya, dan mencengkeram tangannya hingga ia kehabisan langkah hingga tubuh Debby berbenturan dengan dinding yang ada di samping balkon dan tak ada celah lagi baginya, aku menguncinya dengan kedua tanganku yang kuletakkan pada dinding itu.
"Kamu mau Linda bahagia kan? ayo Deb Kita lakukan!"
Plak... "Lancang kamu Mas" tamparan keras mengenai tepat di pipiku dan ia mendorongku hingga aku menjauh darinya. Debby, gadis itu sekarang benar- benar marah padaku, dia meninggalkanku dengan mata yang berkaca- kaca.
"Doni! Apa yang kamu lakukan barusan?" Batinku seraya memukul pagar balkon yang ada di depanku. Masalah ini sudah membuatku benar- benar menjadi gila.
Aku segera masuk kedalam, memili untuk langsung tidur.
🥀🥀🥀
Terima kasih kakak-kaka sudah mau mampir dan baca ceritaku,mohon maaf jika ada salah kata🙏🏻😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
QQ
Oh kirain mas Doni bakalan ngga ada rasa pada Debby ternyata oh ternyata dia takut si Linda cemburu padahal yang membuka jalan untuk poligami si Linda tapi entahlah 😔😔😔
2023-02-07
1