Bab 5

Setelah cukup lama berada di dalam kamar akhirnya Maira pun keluar juga dengan membawa uang di tangannya.

"Bu, ini Maira hanya ada uang segini, itu juga dari buka amplop dari orang-orang yang datang tadi" jelas Maira sambil menyerahkan uang sebesar dua ratus ribu ke tangan ibu.

"Iya tidak apa-apa segini juga sudah cukup, kalau begitu ibu mau menyuruh bibi kamu untuk membeli daging ayam dulu kepasar biar bisa langsung di masak oleh yang lainnya" kata ibu yang langsung pergi mencari adiknya.

Malam pun tiba, acara sudah selesai seluruhnya Maira senang acaranya berjalan lancar dan tidak ada masalah sama sekali bahkan masakan untuk yang ikut selamatan malam pun masih ada sisa dan masih bisa di bagikan kepada para pekerja yang membantu acara hari ini.

Tidak terasa hari kelahiran semakin dekat, tapi sampai sekarang uang untuk persalinan masih belum ada sama sekali. Setiap Minggu Denis juga selalu pulang ke rumah orang tua Maira dia datang setiap hari sabtu pagi dan kembali ke kota B pada Minggu sore ataupun Senin pagi.

Denis pun tidak pernah memberi uang yang cukup banyak kepada Maira, entahlah Maira juga tidak tahu apa saja yang di kerjakan Denis selama ini, maka dari itu dia sangat pusing sekarang ini. Belum ada biaya melahirkan sama sekali apalagi waktu persalinan sebentar lagi.

Jika di lihat dari Denis sendiri dia terlihat santai saja, seperti tidak memiliki beban sama sekali. Pernah waktu itu Maira bertanya kepada Denis tentang biaya persalinan itu tapi Denis menjawabnya biasa saja.

"Mas bagaimana dengan biaya persalinannya, kamu tahu kan waktu persalinan ku sebentar lagi sedangkan kita tidak tahu waktunya akan sama dengan yang di perkirakan oleh bidan atau tidak, kita tidak tahu apa akan lewat atau pun kurang dari tanggal yang di tentukan..." kata Maira

"Mas juga tidak tahu, saat ini mas sama sekali tidak memiliki uang, kamu tahu sendiri uang yang mas dapat di pakai untuk memenuhi kebutuhan kamu dan juga kebutuhan mas disana" jelas Denis

"Lalu untuk persalinan bagaimana...?"tanya Maira

"KKita lihat saja nanti" sahut Denis

Setelah itu Maira tidak pernah bertanya lagi, toh rasanya percuma jika dia bertanya lagi pasti jawabannya akan sama saja.

Sebenarnya dari awal menikah Maira tidak pernah tahu penghasilan Denis berapa setiap bulannya, Denis hanya memberinya uang seadanya saja bahkan uang yang di dapat Denis lebih besar di pakai olehnya sediri di banding dengan dirinya, Maira pernah bertanya tentang hal itu.

Kenapa Denis lebih banyak menyimpan uang di banding di berikan kepada dirinya dan Denis selalu menjawab kalau dirinya lebih banyak menghabiskan waktu di jalan dan biasanya saat di jalan itu lebih banyak pengeluarannya.

Maira juga pernah membandingkan Denis dengan adik dan juga ayahnya yang selalu memberikan hasil dari bekerja seluruhnya kepada ibu dan juga calon adik iparnya, tapi bukannya baik Denis malah marah dan tidak ingin di bandingkan dengan mereka. Denis berkata setiap orang memiliki prinsip dan sifat masing-masing.

Dan entah kenapa sampai sekarang Maira sudah malas mengungkit lagi masalah itu, apalagi Denis adalah tipikal lelaki yang sangat perhitungan. Dia akan bertanya kemana uang yang dia kasih perginya bahkan jika uang itu kurang dari hitungan Maira dua ribu saja itu akan terus di pertanyakan oleh Denis dan tentu saja dia akan marah.

Singkat cerita, sudah satu minggu lebih Denis belum datang juga, ketika Maira bertanya alasannya adalah dia sedang banyak pekerjaan dan tidak bisa di tinggal. Kebetulan sekarang ini sudah memasuki bulan ramadhan jadi Maira juga harus mengumpulkan uang untuk hari raya dan juga persalinannya.

Tepat seminggu sebelum idhul fitri Maira merasa seperti ada sesuatu yang kelar dari daerah kewanitaannya, dia heran karena dia tidak merasa ingin buang air kecil sama sekali tapi cairan terus saja keluar dari sana.

Karena jam menunjukkan sudah waktunya sahur jadi seluruh keluarga sudah bangun dan bersiap untuk makan, Maira pun segera memangil ibunya yang masih berada di dalam kamar karena baru saja selesai sholat malam.

"Bu, " panggil Maira

"Ada apa Ra...?" tanya bu Sekar yang kini sedang merapikan mukenanya.

"Ini sejak tadi aku kokk keluar terus cairan ya bu, seperti buang air kecil begitu tapi pas aku cium tidak berbau" jelas Maira

"Banyak keluar cairannya...?" tanya Bu Sekar

"Iya banyak bu, ini saja aku pakai kain karena tidak tertahankan dan tidak kerasa juga pas cairannya keluar" jelas Maira

"Apa perut kamu sakit, atau kamu merasa yang lainnya ...?" tanya bu Sekar yang mulai khawatir

"Tidak bu, hanya keluar cairan saja terus menerus"

"Ya sudah begini saja jika sampai besok pagi masih keluar cairan seperti itu kita langsung pergi ke bidan untuk periksa, bagaimana...?" usul ibu

"Iya bu aku setuju"

Setelah itu mereka pun kembali melakukan aktifatas mereka, seluruh keluarga segera makan sahur begitu pula dengan Maira. Setelah jam tujuh pagi ibu masuk ke kamar Maira dan kembali bertanya tentang keadaannya saat ini.

"Bagaimana Ra apa masih keluar cairan...?" tanya bu Sekar

"Masih bu tapi tidak seperti tadi, sekarang hanya sedikit saja." jelas Maira

"Mau kita periksa saja takutnya itu air ketuban yang pecah" usul bu Sekar

"Boleh bu, kalau begitu Maira ganti baju dulu"

"Iya, ibu tunggu di depan."

Setelah berganti baju Maira dan bu Sekar pun segera pergi ke tempat praktek bidan yang kebetulan tinggal tidak jauh dari rumahnya, sesampainya disana bidan pun segera memeriksa keadaan Maira.

"Bagaimana bu...?" tanya bu Sekar setelah Maira selesai di periksa

"Ketubannya sudah pecah tapi ini masih pembukaan kedua masih jauh, bisa saja kita tangani tapi nanti kita pakai obat agar persalinannya di percepat. Hanya saja rasa sakitnya bisa lebih berlipat-lipat dari pada secara alami... KKalau ibu mau kita bisa memulainya sekarang saja tapi itu juga harus ada persetujuan dari suaminya bu Maira" jelas bidan itu

"Tapi suami saya tidak ada bu, dia sedang berada di luar kota, kalau misalnya saya tidak di beri obat sekarang apa tidak masalah...? Saya ingin meminta ijin terlebih dahulu kepada suami saya" kata Maira beralasan, sejujurnya dia hanya takut mendengar penjelasan bidan tadi apalagi saat ini dia sama sekali belum memiliki uang untuk biaya persalinannya.

"Tentu bisa bu, ibu bisa mengabari suaminya terlebih dahulu nanti bagaimana keputusannya itu terserah" kata bidan itu sambil tersenyum.

"Tapi kandungan saya tidak akan apa-apa kan kalau tidak segera melahirkan, takutnya suami saya tidak akan datang hari ini" tanya maira ragu

"Tidak masalah bu, kandungannya masih aman"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!