Waktu yang di tunggu-tunggu pun datang juga, kini Maira dan keluarga dari suaminya sudah berada di rumah Maira, perjalanan yang panjang sudah di tempuh. Selama dua jam lebih Maira berada di jalan dan kini perasaannya sangat tidak enak, mungkin faktor kehamilannya juga.
Sesampainya di rumah dia hanya berdiam diri di dalam kamar saja, sedangkan Denis dan keluarganya berada diruang tamu bersama ayah dan juga ibu Maira. Semua memaklumi kondisi Maira saat ini mungkin juga itu bawaan bayi yang ada di dalam kandungan Maira.
Sore harinya Denis beserta keluarganya pun pamit pulang, Maira menyangka Denis akan menginap selama beberapa hari tapi nyatanya tidak.
"Mas pulang ya Ra" pamit Denis
Maira pun segera bangun dan menghampiri Denis yang saat ini sedang berada di dalam kamar mereka.
"Kamu memangnya tidak menginap mas.....?" tanya Maira
"Tidak, mas pulang saja lagi pula kan kamu tahu sendiri tadi kita ikut di mobil mbak Yuli jadi kalau mas tidak pulang bersama mereka akan sangat repot karena harus naik kendaraan umum nantinya" jelas Denis
"Lalu kapan mas kesini lagi...?"
"Mungkin saat acara tujuh bulanan nanti mas akan kesini dan ini ada sedikit uang untuk kamu sehari-hari di sini dan mas akan berusaha secepatnya kesini lagi.." kata Denis sambil menyerahkan uang sebesar tiga ratus ribu rupiah ke tangan Maira.
Maira pun mengambil uang tersebut dan segera menyimpannya.
"Ya sudah mas pamit ya, jaga diri kamu selama disini dan ingat jangan terlalu capek"
"Iya mas aku akan selalu ingat kok" kata Maira sambil tersenyum.
Setelah mengantar Denis beserta keluarganya Maira pun bergabung dengan keluarganya yang memang sedang menonton tv.
"Ra bagaimana untuk acara tujuh bulanan nanti apa sudah ada biayanya...?" tanya ibu
"Sudah bu, tapi tidak besar cuma tujuh ratus ribu saja... Apa cukup ya bu.....?" tanya Maira ragu, dia takut uangnya tidak cukup apalagi harus ada pesta dan juga pengajian pada malam harinya.
"Ya kalau di bilang cukup tentu saja tidak cukup tapi nanti ibu tambahin kekurangannya, lagi pula nanti kita bisa mengambil dulu belanjaan ke warung pak haji dan ayam juga kita bisa mengambil dulu ke tokonya Dini dan bayarnya nanti setelah acara selesai" usul ibu
"Iya bu, itu sepertinya lebih baik.. Oh iya uangnya ibu simpan saja dulu kalau aku yang pegang takutnya terpakai" setelah mengatakan itu Maira pun segera ke kamar dan mengambil uang yang waktu itu di berikan oleh ibu mertuanya.
"Ini bu uangnya, nanti kalau memang aku punya lebih pasti aku tambahin lagi.."kata Maira sambil menyerahkan uang itu ketangan ibu Sekar.
"Baik ibu akan menyimpannya untuk kamu dan mungkin akan membelanjakannya untuk kebutuhan nanti"
"Iya terserah ibu saja"
"Oh iya perlengkapan bayi sudah kamu beli apa belum...?" tanya ibu
"Sudah bu, sebagian sudah aku beli dan sisanya di beri oleh mbak Yuli juga Reni sebagai kado katanya" jelas Maira, padahal sudah jelas dia tidak membeli perlengkapan bayi itu sama sekali tapi karena Denis yang memintanya jadi Maira pun berbohong kepada ibunya.
"Baguslah kalau memang sudah selesai di beli jadi hanya perlu memikirkan untuk biaya persalinan saja nantinya"
"Iya bu, tapi aku berharap sih tidak perlu ke dokter ataupun bidan cukup di bantu oleh paraji saja" harap Maira
"Siapa pun yang membantu persalinan nantinya yang terpenting berkah selamat" sahut ibu
Paraji adalah orang yang biasa membantu persalinan jika di desa, dia lebih ke metode tradisional dan hanya mengandalkan obat-obat alami saja, biasanya jika di desa paraji lebih terkenal di banding bidan itu karena biaya melahirkan yang biasa di tangani oleh paraji lebih murah di banding dengan bidan atau pun dokter.
Tidak terasa waktu acara tujuh bulanan Maira pun telah tiba, Denis juga sudah datang sehari sebelum acara di mulai, biasanya kalau di desa para tetangga dan sanak saudara akan datang ke tempat acara untuk menghadiri undangan. Undangan itu berupa rujak yang sudah di tumbuk langsung oleh paraji dan di bagikan ke tetangga sekitar.
Tetangga yang mendapat kiriman rujak tersebut biasanya akan datang untuk memberi ucapan selamat dan juga amplop yang berisi uang sebagai pengantinya. Sebelum pulang biasanya para tetangga akan mencicipi masakan yang sudah di sediakan oleh pihak keluarga.
Begitu pun dengan Maira, sejak pagi sudah banyak yang datang untuk memberinya selamat, walaupun kebanyakan yang datang adalah tamu dari ibunya tapi Maira tidak mempermasalahkannya sama sekali.
Sore hari setelah para tamu undangan sudah tidak ada yang datang lagi keluarga Maira yang di bantu oleh beberapa tetangga yang datang segera memasak lagi untuk acara pengajian nanti malam.
"Ra..." panggil bu Sekar
"Iya bu ada apa...?" tanya Maira sambil menghampiri ibunya
"Sepertinya kita kekurangan daging dan di tempatnya Dewi juga sedang kosong jadi kita harus membeli kepasar, untuk itu ibu mau meminta uangnya sama kamu" jelas ibu
Setelah mendengar penjelasan ibunya Maira pun segera pergi ke kamar, sejujurnya saat ini dia sedang tidak pegang uang sama sekali, Denis pun kemarin pulang hanya memberinya seratus lima puluh ribu saja. Maira pun teringat dengan amplop yang dia dapat dari pagi.
Walaupun tidak banyak yang dia dapat tapi dia berharap itu cukup, sebenarnya mungkin kalau yang datang memberikan amplopnya kepada Maira dia tidak akan mendapatkan sedikit seperti ini, tapi kebanyakan para tamu yang datang memberi amplop ke tangan Bu Sekar, terutama sanak saudara yang biasanya isi amplopnya lebih besar dari pada tetangga.
Maira tidak mungkin menanyakan keberadaan amplop itu kepada Bu Sekar, dia takut ibu tersinggung, lagi pula acara ini bisa terlaksana juga atas campur tangan ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments