Seperti yang di perintahkan Andreas, pagi pagi sekali Ana telah memasak makanan untuk Andreas dengan harapan suaminya bisa sarapan dengan lahapnya sebelum berangkat bekerja.
Setelah selesai Ana langsung saja menata rapi makanan yang telah dia masak di meja makan dengan sangat rapi. Setelah selesai dengan masakannya Ana langsung saja pergi kr kamarnya untuk membangunkan Andreas.
"Mas, ayo bangun. Nanti kamu terlambat kerjanya" Ana mencoba mengoyangkan tubuh Andreas.
"Hemm" dehem Andreas lalu bangkit dari tidurnya. Tanpa menatap ke arah Ana yang berdiri di tepi kasur Andreas langsung saja berjalan ke arah kamar mandi. Ana yang melihat sikap cuek Andreas kepadanya hanya mampu menarik napasnya pelan.
"Na" pangil bu Andar.
"Ia, Ma" Ana langsung saja keluar dari kamarnya menemui Mama mertuanya.
"Kamu ke warung sebentar ya, belikan gula" bu Andar memberikan selembar uang dua puluh ribu kepada Ana. Tanpa banyak pikir Ana langsung saja mengambil uang yang di berikan mertuanya lalu pergi ke sarung untuk membeli gula.
"Buk, Ana mau beli gula sekilo" ucap Ana kepada bu Rt pemilik warung.
"Ini Na" bu Rt langsung saja memberikan gula yang Ana minta.
Ana langsung saja menerimanya dan memberikan uang untuk membanyarnya.
"Na, ibuk dengar kamu lagi hamil ya"
"Allhamdullilah bu, semalam kami periksa di puskesmas katanya begitu" Ana tersenyum malu malu.
"Alhamdullillah kalau begitu Na. Semoga dengan kehadiran bayi dalam rahimmu suamimu bisa berubah ya Na"
"Aamiin. Semoga ya Buk. Sudah ya Buk, Ana pulang dulu" Ana langsung saja berpamitan dengan ramah. Walaupun sudah beberapa bulan tinggal di kompleks rumah Andreas tapi Ana tidak terlalu suka bertandang ke rumah tetangga.
Ana yang terkenal sangat pendiam di kompleks itu lebih memilih untuk menetap di rumah walaupun dia keluar rumah itu tujuannya hanya satu yaitu warung bu Rt saja.
Namun saat memasuki pintu rumahnya Ana langsung saja mendengar suara Andreas yang memanggil mangil namanya.
"Na, Ana" teriak Andreas dari dalam kamar mandi.
Dengan cepat Ana meletakkan gula yang dipesan mertuanya dia atas meja dapur. Setelah selesai Ana langsung saja berlari kecil ke kamarnya.
"Ada apa, Mas?"
"Handukku mana?" teriak Andreas dari dalam kamar mandi.
Mendengar ucapan Andreas, Ana langsung saja mengingat jika dia lupa memberikan handuk kepada Andreas. Tak banyak pikir Ana langsung saja mengambil handuknya lalu memberikannya kepada Andreas.
Melihat Ana telak menyodorkan handuk kepadanya Andreas langsung saja merampasnya kasar. Melihat sikap Andreas yang tidak ada lembut lembutnya Ana hanya mampu menghela napasnya kasar.
Tak mau memperkeruh suasana Ana langsung saja beralih ke lemari lalu menyiapkan pakaian kerja untuk Andreas. Hingga Ana melihat Andreas keluar dari kamar mandi dengan mengunakan haduk kecil yang melilit di pingganngnya.
"Ini pakaian, Mas" ucap Ana meletakkan pakaian ganti Andreas di atas kasur.
Tak ada jawaban dari Andreas. Andreas hanya mengambil pakaian ganti yang di letakkan Ana lalu memberikan handuk yang sudah basah ke Ana. Ana langsung saja menerimannya lalu keluar untuk menjemur handuk yang telah basah itu.
Setelah selesai memakai pakaiannya Andreas lamgsung saja pergi ke dapur untuk melakukan sarapan. Melihat Andreas telah duduk di meja makan Ana langsung saja mendekatinya lalu mengisi piring Andreas dengan nasi dan juga lauk pauk yang sudah dia masak.
"Hanya ini?" ucap Andreas yang melihat sambal ikan dan juga rebusan bayam yang ada di piringnya.
"Ia, Mas. Hanya itu bahan yang ada di kulkas" ucap Ana menunduk.
"Bukan lauknya, tapi lihat ikan sambalmu ini. Mana cabenya? namanya cuman ikan sambal tapi sambalnya tidak ada" ucap Andreas kesal.
"Maaf, Mas. Hanya ada cabe rawit jadi cabenya tidak kelihatan. Jika cabenya aku buat bayak nanti kepedesan. Jika tadi ada cabe merah baru bisa di bayakin cabenya" jelas Ana karna dia memasak hanya mengikuti isi kulkas saja.
Jika ada bahan yang kurang dia memilih untuk yidak memakainya dan mengunakan bahan seadanya saja. Jika dia meminta kepada mertuanya dia merasa tidak enak, sedangkan jika dia membelinya sendiri dia tidak mempunyai uang.
Mendengar penjelasan Ana, Andreas hanya mengelengkan kepalanya kasar lalu melahap masakan Ana denga penuh kekesalan. Melihat sikap suaminya Ana hanya diam saja jika dia mengeluh hanya akan memperkeruh suasana dan ujung ujungnya dia juga yang akan di salahkan.
Setelah selesai makan Andreas langsung saja mengambil dompet dan juga ponselnya lalu mulai memanaskan sepeda motornya. Tanpa ada sepatah katapun Andreas langsung saja majukan sepeda motornya meningalkan rumahnya.
"Andreas keman, Na?" ucap bu Andar ketika mendengar suara sepeda motor Andreas pergi meningalkan rumahnya.
"Mas Andreas pergi ke kebun, Ma" ucap Ana mencari jawaban sebab dia pun tidak tau tujuan Andreas yang sebenarnya.
"Ya sudah, kamu sudah makan?"
"Sudah Ma" ucap Ana tersenyum lalu pergi meningalka Mama mertuanya untuk melakukan pekerjaannya yang lainnya.
Setelah semua orang telah pergi meninggalkan rumah untuk melakukan aktivitasnya masing masing Ana memilih untuk menonton tv karna semua pekerjaannya telah selesai.
Ana yang bosan mengotak atik siaran tv langsung saja bersandar lesu di atas sofa. Andai saja dia mempunyai ponsel pasti kejenuhannya terhilangkan saat bermain di media sosial tapi sayangnya ponselnya telah di ambil oleh Andreas karna ponsel Andreas telah rusak.
Karna mulai bosan di rumah Ana langsung saja pergi ke kamar untuk melihat uangnya. Ana berniat pergi ke warung bu Rt untuk menghilangkan kejenuhannya sambil membeli cemilan.
Namun saat melihat isi dompetnya Ana langsung saja menarik napasnya kasar "Uang tingal lima ribu, dapat apa ya? nasib punya suami pelitnya minta ampun."
Ana yang hanya bisa meratapi nasibnya dan terus saja berdoa dengan harapan Andreas bisa berubah dan tidak pelit lagi kepadanya.
"Kamu yang sabar ya nak, semoga Papamu bisa berubah" gumam Ana sambil mengelus perutnya yang masih datar.
Ana langsung saja pergi ke warung dengan harapan dia bisa membeli sesuatu dengan uangnya yang tinggal lima ribu.
Namun setelah sampai di warung Ana melihat pohon mangga di samping rumah bu Rt yang berbuah lebat. Melihat itu tak terasa air liur Ana langsung saja menetes sadar dengan itu Ana langsung saja mengelapnya dan berharap tidak ada yang melihatnya.
"Kamu mau mangga itu, Na?" ucap pak Rt yang sedari tadi berdiri di belakang Ana.
Mendengar ucapan pak Rt, Ana langsung saja melirik uang yang ada tangannya. "Tidak pak"
"Jika kamu mau Bapak akan mengambilnya, Na"
"Tidak, Pak. Terimakasih" ucap Ana merasa tidak Enak. Melihat sikap Ana, pak Rt hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan Ana.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments