Setelah beberapa bulan menikah akhirnya Andreas menunjukkan sifat aslinya. Sifat manja dan pemalasnya terlihat jelas walaupun sudah berkeluarga, Andreas enggan untuk bekerja. Semua kebutuhan mereka di tanggung oleh kedua mertua Ana.
Seperti saat pagi ini walaupun matahari sudah menjulang tinggi Andreas masih tertidur dengan lelapnya.
Andreas lebih suka nongkrong bersama teman temannya di warung judi tempat pertama mereka bertemu sampai larut malam tanpa memperdulikan perasaan Ana.
"Mas, ayo bangun" ucap Ana mencoba membangunkan sang suami.
"Apaan sih, aku masih mengantuk" bentak Andreas kembali menarik selimutnya.
"Ayo sarapan bersama, aku sudah masak" ucap Ana kembali.
"Kalau mau sarapan, sarapan saja sana. Aku masih mau tidur" ucap Andreas kembali melanjutkan mimpi indahnya.
Ana yang melihat Andreas sudah kembali tertidur akhirnya memilih untuk keluar dan melakukan sarapan seorang diri.
"Kakak masak apa?" ucap Putri adik ipar Ana langsung duduk di meja makan dengan seragam putih abu abu yang melekat di tubuhnya.
"Kakak masak nasi goreng. Kamu makan lah" ucap Ana langsung pergi membersihkan piringnya.
Setelah selesai sarapan Putri langsung saja pergi ke sekolah. Tak menunggu lama Andreas akhirnya bangun dari tidurnya lalu mencari makanan di meja makan.
"Na, mana sarapanku?" teriak Andreas.
"Itu mas di meja makan" ucap Ana masih membersihkan piring kotor bekas adik ipar dan kedua mertuanya.
"Ini apa? nasi anj**g juga tidak seperti ini" bentak Andreas kesal sambil membanting piring berisi nasi goreng yang tinggal sedikit.
"Ada apa ini?" ucap Andar papa mertua Ana.
"Papa tanya saja sama menantu kesayangan papa ini" ucap Andreas kesal lalu pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri.
"Kamu sih Na, bukan di banguni suamimu agar bisa sarapan bersama" ucap bu Andar kesal.
"Sudahlah ma, kamu tidak tau aja bagaimana putramu yang satu itu" ucap Andar membela Ana.
Mendengar ucapan suaminya bu Andar langsung saja pergi menemui Andreas tanpa memperdulikan perasaan Ana. Sedangkan Andar hanya mengelengkan kepalanya melihat sikap istrinya yang selalu memanjakan putra mereka.
Melihat sikap mertuanya Ana hanya mampu diam dengan mata berkaca kaca sambil membersihkan nasi goreng yang di campakkan oleh Andreas.
"Nak ini uang sarapanlah di luar" ucap bu Andar ketika melihat Andreas keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi.
Tak banyak pikir Andreas langsung saja menerima uang pemberian sang mama sambil menoleh sedikit ke arah Ana yang masih membersihkan nasi goreng yang ia campakkan tadi. Lalu pergi tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.
*****
Tah mengapa sedari pagi Ana merasakan mual yang begitu hemat. Dia sama sekali tak selera makan, jika dia memakan nasi sedikit saja langsung saja perutnya langsung mual
huek...huekk....
Ana terus saja mengeluarkan isi perutnya dengan lemas dan wajah pucatnya.
"Kamu kenapa sih?" ucap Andreas kesal karna melihat Ana muntah muntah sedari tadi.
"Aku juga tidak tau mas" ucap ana sambil memyirami bekas muntahnya.
"Sudah bawa saja Ana ke puskesmas, kasihan istrimu sedari tadi muntah muntah saja" ucap bu Andar tersenyum.
"Tapi aku gak punya uang ma" ucap andreas memelas.
"Ini, mama ada uang. Kamu sudah punya istri tapi kebutuhan istrimu mama juga yang menangung" oceh bu Andar sambil memberika uang lima puluh ribu ke Andreas.
Andreas langsung saja menerima uang pemberian sang mama tanpa memperdulikan ocehan sang mama sama sekali.
"Ayo" ucap Andreas berjalan meninggalkan Ana.
Melihat suaminya yang telah pergi Ana hanya mampu mengendus kesal. Dia berjalan di belakang suaminya dengan lemas dan sempoyongan
Andreas langsung saja membawa Ana ke puskesmas terdekat dengan sepeda motornya. Dia langsung saja mendaptarkan Ana untuk segera di periksa.
Setelah itu mereka duduk di kursi tunggu Andreas melirik tubuh Ana yang kurus kering dan juga kusam. Ntah kemana tubuh mulus dan juga wajah cantiknya semenjak menikah dengan Andreas seakan hilang begitu saja.
Walaupun mereka baru menikah beberapa bulan tapi tubuh Ana langsung berubah drastis. Bagaimana tidak Andreas tidak pernah memberi uang kepadanya.
Jangankan merawat tubuh pakaian Ana saja tidak pernah terbeli untung saja dia mempunyai stok pakaian yang banyak saat gadis dulu.
"Kamu kalau pergi denganku modis sedikit kenapa? bikin malu saja" oceh Andreas kesal karna melihat Ana yang kusam hanya memakai pakaian tidur saja.
Mendengar ocehan suaminya Ana hanya mampu menunduk sambil memperhatikan para pasangan suami istri yang sama sama menunggu antrian dengannya.
Ana menatap para pasangan suami yang sangat memperhatikan istrinya dengan penuh rasa iri. Dia berharap mempunyai suami seperti mereka yang begitu menyayangi istrinya, namun apa lah dayanya jangankan perhatian Andreas sama sekali tidak pernah peduli dengannya.
"Sudah giliranmu ayo cepat" ucap Andreas langsung masuk ke ruangan dokter tanpa memperdulikan Ana.
Ana yang melihat Andreas telah pergi langsung saja berjalan mengikuti langkah suaminya.setelah memasuki ruangan dokter Ana langsung saja duduk di depan suaminya.
"Ini dok istri saya sedari tadi muntah muntah terus" jelas Andreas.
mendengar ucapan Andreas wanita paru baya itu langsung tersenyum lalu menyuruh Ana berbaring di bangsal. Lalu memeriksa keadaan Ana.
"Kalau boleh ibu tau tamu bulanan terakhirmu kapan datang?" ucap dokter menatap Ana.
Mendengar ucapan dokter itu Ana nampak berpikir dia baru mengingat jika bulan ini dia belum mendapatkan tanda tanda jika tamu bulanannya akan datang padahal tanggalnya sudah terlewat dua minggu.
"Bulan ini saya tamu bulanan saya belum datang, Dok" jelas Ana.
Mendengar penjelasan Ana dokter itu langsung tersenyum lalu memeriksa keadaan Ana kembali. Setelah selesai dokter itu langsung menyuruh Ana untuk duduk.
"Bagaimana dok?" ucap Ana.
"Kamu tidak apa apa, hanya saja di umur kehamilanmu yang mau dua minggu akab mengalami ngidap seperti muntah, mual dan tidak selera makan" jelas dokter itu ramah.
"Jadi istri saya sedang hamil dok?" ucap Andreas senang.
"Ia selamatnya. Saya minta kamu harus jaga supan makanmu ya. Ini ada resep obat kalian ambil saja di apotik puskesmas ini ya" ucap dokter itu ramah sambil memberikan resep obat ke Andreas.
Andreas langsung saja menerima resep itu lalu pergi ke apotik untuk menebusnya. Ana berharap dengan kehamilannya suaminya bisa berubah dan mengerti tanggung jawabnya sebagai suami.
"Kamu sudah makan?" ucap Andreas yang melihat wajah pucat Ana.
Mendengar ucapan suaminya Ana langsung saja mengelengkan kepalanya. Karna dia merasakan perutnya yang melilit karna sedari tadi apapun yan dia makan akan langsung keluar dari muntahnya.
''Ayo makan di sana?" ucap Andreas menunjuk ke arah warung bakso di depan mereka.
Dengan penuh semanggat Ana langsung menganggukkan kepalanya. Melihat Ana yang mengangguk Andreas langsung saja membawa Ana ke warung bakso itu.
bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Syhr Syhr
Pantas saja Andreas seperti itu. Ternyata dimanjakan oleh Mamanya. Kasihan Ana, untuk Papa mertua membelanya.
Terimakasih Papa mertua ☺️☺️
2022-10-25
0
Nirwana Asri
semoga bab berikutnya cepat di ACC ya SMA editor, ceritanya bagus.
2022-08-12
1