Shika mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan Ibu Kota sambil ditemanin lagu dari boyband Korea favoritnya. Ia pun bersenandung mengikuti setiap lirik lagu yang diputar, jemari lentiknya sesekali mengetuk-ngetuk stir kemudi. Suasana hatinya sangat baik setelah kemarin ia berbaikan dengan Awan dan sang kakak Ray tidak mengacuhkannya lagi, perasaan nya menjadi lega.
Ternyata Awan tidak seburuk yang di pikirnya, lelaki tampan dengan alis tebal bulu mata lentik ah...! bikin insecure aja. Senyumnya yang menawan ditambah lengsung pipi semakin menambah pesonanya. Perlakuannya sangat manis, tatapannya teduh bikin klepek-klepek, apalagi saat memanggil nama Shika,, duuuhh lembutnya bikin hati adek meleleh bang!
Ahhh.. udah konslet otak gue kenapa jadi mikir Awan.
Senyum manis dibibirnya terus terukir, orang tidak akan mengira jika gadis itu beberapa bulan lagi akan menginjak usia 22 tahun karena gaya pakaian ditambah wajahnya mungil dan imut membuat orang akan berfikir ia seorang pelajar berseragam putih abu-abu.
Shika sendiri termasuk gadis yang tidak suka memakai make up tebal seperti gadis seusianya, apalagi teman seprofesinya yang suka menggunakan make up untuk menunjang penampilan mereka. Ia lebih suka wajah natural dengan polesan bedak tipis ditambah lipbalm berwarna cherry favoritnya.
Seperti author lah, imut-imut gemes gitu🤭
Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam, kini Shika telah sampai di depan sebuah bangunan sederhana. Ia memasuki gerbang itu dengan senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Menatap sekelilingnya, tidak ada yang berubah sejak terakhir ia datang kesini.
Seorang lelaki berusia dua tahun lebih tua dari Ray yang sedang duduk diteras salah satu sudut bangunan itu berdiri ketika melihat sebuah mobil masuk dan parkir dibawah pohon yang sangat rindang. Ia tersenyum saat seorang gadis turun dari dalam mobil.
"Abaaaaang......" Teriak gadis itu melambai-lambaikan tangannya sambil berlari kearah lelaki itu. Ia sangat merindukan tempat dan sosok yang tinggal ditempat itu.
Lelaki itu hanya menggeleng-geleng melihat tingkah gadis itu, kebiasaan nya pasti akan berteriak ketika datang.
"Abang apakabar?" Ucapnya sambil memeluk tubuh lelaki itu.
"Abang baik, kamu sendiri gimana? sepertinya rona- rona bahagia abang liat."
"Aku kan selalu bahagia kalau kesini." mendongakkan kepalanya menatap lelaki yang masih memeluknya.
"Kamu mau bohongi abang, hm? ayo cerita apa yang buat adik abang ini begitu bahagia. Apa sudah punya pacar?" goda laki-laki itu menaik turun kan alisnya sambil menahan tawanya melihat wajah didepannya sudah cemberut.
"Issss... abang nih, nyebelin tau!"
"Koq nyebelin, kan sia---"
"Udah ah, aku mau ketemu Bunda!" potongnya cepat sambil berlari untuk menemui wanita yang dipanggilnya Bunda." lelaki itu terkekeh melihat sikap malu-malu Shika.
"Bundaaa.... bun....bundaaaaa...!!"
"Bunda disini sayang." sosok yang dipanggil bunda muncul dari arah dapur setelah mendengar suara yang sangat familiar ditelinganya.
"Bundaaaa.. Aku kangeenn!" ujarnya manja sambil memeluk tubuh wanita paruh baya itu, matanya memanas merindukan sosok yang sedang memeluknya dengan kehangatan dan penuh kasih sayang.
"Bunda juga kangen sama gadis kecil super manja ini."
"Aku udah besar bunda."
"Dan sudah punya kekasih!" sambung lelaki tadi yang baru datang menyusul Shika.
"Bunda, liat abang!!" rengeknya manja.
"Afnan..."
"Dasar manja!" Sindir Afnan.
Iya lelaki itu adalah Afnan seorang Arsitek putra satu-satunya wanita itu, ayahnya telah meninggal belasan tahun lalu.
"Biariinnn.... wleeekk!"
"Bunda, Fe lapar..."
"Idiiiih, jauh-jauh kesini minta makan!" ledek Afnan.
"Bundaaaa...."
"Sudah-sudah, kalian ini!"
*****
Hari menjelang sore, saat ini mereka sedang bersantai bersama disebuah gazebo ditaman belakang yang sangat asri dan sejuk ditambah dengan suara gemericik air dari kolam ikan didepan mereka membuat suasana tenang. Shika berbaring dengan kepalanya beralaskan paha sang Bunda yang mengelus lembut rambut hitam panjangnya.
"Fe, coba cerita sama abang dan bunda, apa yang membuatmu begitu bahagia." Menatap gadis didepannya dengan penuh selidik, ia tau gadis itu tidak pintar berbohong.
Shika menatap sang bunda, melihat wanita paruh baya itu mengangguk. Shika bangun lalu duduk. Shika mulai menceritakan dari awal sampai dia berbaikan dengan Awan kemarin. Bagaimana hubungan dia dengan Evan yang selama ini di rahasiakan.
"Jadi selama lima tahun ini, kamu pacaran diam-diam. Ck, bersyukur kamu engga sampai digrepe-gre pe si bre ngsek itu!" Afnan berdecak kesal.
"Terus, kenapa anak bunda ini, engga membalas perasaan Awan, sayang?
"Fe engga mau terluka lagi, bunda."
Dengan lembut mengelus kepala Shika.
"Bunda tau kamu takut kecewa, tapi engga semua laki-laki itu sama, sayang. Apalagi kedua kakak kamu sangat mengenal Awan dan juga keluarganya, bunda rasa engga ada salahnya kamu beri dia kesempatan. Jangan tutup hatimu karena seorang lelaki yang tidak bertanggung jawab, nak. Kamu berhak bahagia, buktikan pada lelaki itu kalau kamu bisa mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dan terhormat dari dia. Kalau istilah anak jaman sekarang kamu harus MOVE ON." Bunda Santi terkekeh sendiri dengan ucapannya.
"Hehehe... bunda gaul juga!"
"Ingat pesan bunda, tetap jadi Feshika bunda ya, sayang. Jangan ada yang berubah dari diri kamu."
"Baik bunda," memeluk bunda Santi "Aku janji." imbuhnya
"Kalau ada apa-apa kamu cerita sama kakak kamu, jangan main rahasia-rahasiaan. Untuk apa juga dua bodyguard kamu dirumah itu. Apa perlu abang kasih pelajaran mereka."
"Pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, ya bang?" tergelak tertawa.
"Iya sekalian Fiqih, Aqidah Akhlak. Jangan taunya cari uang terus."
Mereka tertawa, bunda Santi hanya geleng-geleng kepala liat kedua anak kesayangannya itu, lebih banyak saling menjahilin dari pada akurnya. Tapi itu hiburan tersendiri bagi bunda Santi, walaupun Shika tidak lahir dari rahimnya ia sangat menyayangi putri kecilnya itu begitu juga Afnan baginya Shika adalah segalanya.
"Abang kenapa engga kerja diperusahaan kak Dika aja? pasti kak Dika senang."
"Abang engga bisa tinggalin bunda sendiri, dek."
"Engga bisa tinggalin bunda, apa engga bisa lupain kenangan sama mba sarah? abang engga denger tadi nasehat bunda, kita harus move on. Iyakan, bun?" Bunda Santi mengangguk tersenyum melihat interaksi mereka.
"Bunda bisa tinggal dirumah, Fe malah senang dirumah rame. Bunda mau kan? ayolah bun!"
"Sayang, bunda engga bisa tinggalin rumah peninggalan suami bunda. cuma ini yang bunda punya. Cuma disini bunda bisa melepaskan rindu dengan mendiang suami bunda. Bunda juga udah bilang sama abangmu, agar terima ajakan Dika kerja dikantornya, tapi abangmu engga mau. Padahal disini bunda engga sendirian ada Rudi sama bi ijah yang nemenin bunda.
"Ayolah bang, siapa tau nanti disana abang ketemu jodoh baru, terus kisah abang dibikin cerita cintaku kepentok duren atau mendadak menikahi duda atau sang duda kepincut sekretaris CEO atau suami arsitekku seorang duda at----"
Pletaaakk
"Awhhhh... sssshh... sakit bang!! Kenapa abang sentil keningku!!!" Shika mendesih sambil mengelus keningnya yang sakit.
"Udah halunya?? ini akibat kebanyakan nonton drakor kamu!"
"Ck, dasar duda menyebalkan!" gerutu Shika, mulutnya bergerak-gerak entah sumpah serapah apa yang di ucapkan Shika.
"Engga usah maju-maju itu bibir, atau kamu aja yang abang nikahkan? biar pikiran kamu engga kejauhan halunya."
"Eh.. ngadi-ngadi si abang dudes ngajuin proposal! Apa kata biasku?? oh tidaaakk...bisa hancur dunia perhaluanku babang..!!!" tepok jidat.
❄❄❄❄❄❄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Bundanya Robby
💪💪💪💪💪💪💪 Thor
2022-07-19
0
Jingga
boleh guling² ke tawanya🤭
2022-07-18
0
hary as syifa
muncul lagi ni bocah. wkwkwkwkwk
2022-07-18
1