Shika berjalan gontai memasuki halaman rumahnya, hari ini pikiran dan tubuhnya sangat lelah. Shika menatap rumah mewah berlantai dua yang telah bertahun-tahun ditinggalkannya dengan mata berkaca-kaca, betapa merindunya Shika dengan tempat dimana ia dibesarkan. Tanpa bisa ia cegah butiran bening itu telah membasahi pipinya.
Shika telah berdiri didepan pintu utama, ia mengusap air mata dengan kedua tangannya. Menarik nafas dalam-dalam, berusaha menekan rasa sesak didadanya. Setelah sedikit tenang ia membuka pintu didepannya.
"Kakaaaakk......Aku pulaang.." Teriak Shika begitu pintu rumah dibukanya.
Dika yang baru menapaki kakinya diatas anak tangga menoleh, ketika suara teriakan yang telah lama tidak pernah terdengar lagi kediaman Anggara kini telah kembali. Ya, ciri khas seorang Shika sedari kecil selalu berteriak ketika masuk rumah sebagai tanda bahwa ia telah pulang.
"Fe. Kebiasaan kamu, teriak-teriak." tegur Dika sang kakak. Matanya memerah, hatinya lega, ia begitu bahagia melihat putri satu-satunya keluarga Anggara telah kembali kerumah.
Shika hanya cengengesan lalu memeluk kakaknya, pelukan yang sangat ia rindukan. Pelukan yang selalu memberinya rasa tenang dan nyaman. Shika tak mampu lagi menahan air matanya, rasa rindunya begitu besar.
"Rinduu.." Ucapnya dengan suara serak.
"Kakak juga sangat rindu dengan adik kecil kakak yang manja dan cengeng ini." Ucap Dika sambil mengecup puncak kepala Shika, memeluknya dengan erat. Air matanya tumpah, adik yang ia besarkan dengan cinta dan penuh kasih sayang kini berada dalam pelukannya.
Ray yang mendengar teriakan adiknya datang dari arah dapur hatinya menghangat penuh haru melihat pemandangan didepannya. Ia menyeka air matanya "Oohh...Cuma kak Dika yang dikangenin? kakak engga nih?" Seru Ray.
Shika melepaskan pelukan Dika lalu berlari kearah Ray. Shika memanyunkan bibirnya melihat Ray melipat kedua tangannya didepan dada. Ray sangat senang mengusilin adiknya, bahkan terkadang sampai Shika menangis baru ia akan berhenti.
"Kakak liat, kak Ray engga mau peluk, Fe!" adunya pada Dika.
"Ray..."
"Ck, Dasar tukang ngadu." ucapnya sambil merentangkan tangannya menyambut pelukan sang adik. Senyum diwajah Shika mengembang ia segera menghambur kedalam pelukan sang kakak, Ray membalas erat pelukan si bungsu kesayangannya.
*****
Setelah selesai makan malam, ketiga bersaudara itu berkumpul diruang keluarga menikmati kembali waktu kebersamaan mereka yang pernah hilang. Shika duduk bersandar dibahu kakak sulungnya dengan manja.
"Kak..." kedua kakaknya langsung melihat kearah Shika. Mereka paham, jika ia memanggil hanya dengan satu kata berarti ada yang ingin dikatakannya.
"Katakan, Fe." Ucap Dika.
Shika menegakkan tubuhnya duduk dengan kaki bersila, menatap kedua kakaknya secara bergantian. Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum mengatakan apa yang ingin katakannya.
"Fe, akan berhenti kerja." Ucapnya setenang mungkin lalu melihat reaksi kedua kakaknya.
Dika mengerutkan keningnya "Kenapa? ada masalah?" Tanya Dika memastikan. Matanya tak lepas menatap sang adik.
Shika menggeleng, matanya mengembun satu kedipan saja tumpahlah air mata itu. "Fe, ngga mau jauh-jauh lagi dari kakak-kakak, Fe."
Melihat mata adiknya udah berkaca-kaca, Dika segera menariknya kedalam dekapan.
"Maafkan kakak, Fe. Karena kebodohan kakak, kalian berdua jadi korban."
"Kakak engga salah, jangan minta maaf. Fe, udah lupain semuanya."
"Seandainya kakak menyadarinya lebih awal, pasti kita tetap bersama sampai saat ini."
"Sudah kak, biarlah itu jadi masa lalu. Apa yang terjadi pada kita semua itu sudah takdir, yang penting sekarang kita udah bersama-sama lagi." Sahut Ray yang tidak tega melihat kakaknya itu selalu menyalahkan dirinya sendiri.
"Kamu sudah yakin dengan keputusanmu? tidak akan menyesal?" Ray meyakinkan Shika. Karena mereka tau, jadi pramugari adalah cita-citanya dari kecil.
"Fe, sangat yakin." Shika mengangguk dengan yakin.
Mereka berpelukan dengan Shika berada ditengah mereka, adik manja mereka yang selalu bikin pusing dengan segala tingkahnya kini telah tumbuh dewasa. tetapi bagi mereka Shika tetap adik kecil mereka yang tidak akan pernah tumbuh besar. Shika bahagia bisa merasakan kembali kebersamaan dengan kedua kakaknya.
"Mulai sekarang, Shika akan menguras abis isi tabungan kak Dika sama Kak Ray." Celutuknya tiba-tiba.
"Kenapa kamu jadi matre sekarang????"
*****
Keesokan pagi disebuah rumah sakit ternama dikota itu, lebih tepatnya disalah satu ruang Dokter tengah berkumpul para Dokter tampan. Salah satu dari mereka adalah pemilik dari rumah sakit itu.
"Pagiii broooo..." Sapa lelaki berlesung pipi itu. Wajahnya sangat cerah hari ini.
"Cerah banget tuh muka?"
"Iya donk, belahan jiwa gue udah ketemu." Ucapnya sambil menjatuhkan bokongnya diatas sofa.
"Tidur lo kelamaan. Bangun bro...." Arya menimpuk Awan dengan bantal sofa yang ada diruangan Rayen.
"Sialan lo, gue serius. Bahkan kedua orang tua gue udah kasih restu." Jawabnya pongah.
"Koq bisa?"
Awan pun menceritakan pertemuannya dengan Shika, dan bagaimana kedua orang tuanya menerima Shika dengan sangat baik.
"Gila lo, itu namannya lo manfaatin keadaan."
"Saran gue, mending lo jujur tentang perasaan lo. Jangan sampai dia semakin benci ama lo, walaupun kenyataannya lo emang beneran jatuh cinta sama tu cewek engga ada salahnya kan, lo dapetin hatinya dengan usaha lo sendiri bukan terpaksa karena mama lo." Jelas Rayen.
Awan mengangguk setuju dengan saran Rayen "Baiklah gue ikut saran lo, Ray. Secepatnya gue ungkapin sama dia."
"Ohh, ya... gue undang kalian berdua makan malam dirumah, adek gue udah balik dari penerbangannya. Padahal gue tadinya mau jodohin lo ama adek gue, tapi karena lo udah nemu belahan jiwa...gue batalin."
"Ya udah, buat gue aja, Ray." sahut Arya.
"Eh, Rojalii... Si sapi, lo buang dulu jauh-jauh. Baru lo minta adiknya, Ray." Seru Awan.
"Safira, Rojak... Safira bukan sapi!! Kesal Arya.
"Serah lo dah, gue sama Ray udah peringatin lo berkali-kali. Jangan sampai lo menyesal." Tegas Awan tidak mau berdebat dengan Arya.
Bukan tidak ada alasan Awan tidak menyukai tunangan sahabatnya, wanita itu hanya menginginkan uang dan harta Arya. Hatinya telah dibutakan oleh cinta sehingga ia selalu percaya apa yang perempuan jelmaan rubah itu katakan.
Beberapa kali Awan dan Ray melihat tunangan Arya jalan bersama dengan pria yang berbeda, tapi wanita licik itu selalu mengelak dengan mengatakan itu pamannya lah, sepupunya lah, saudara jauh lah, pokoknya lah lah.
Awan melihat jam dipergelangan tangannya, "Gue cabut ya, OK udah nungguin gue."
"Sekalian ajak belahan jiwa lo nanti malam." sahut Ray.
Awan beranjak meninggalkan ruangan Rayen karena ia ada jadwal operasi, baru jalan beberapa langkah, Awan berbalik menatap sahabatnya "Gue engga tau rumah ataupun nomor ponselnya!"
Sontak Rayen dan Arya tepuk jidat, bisa-bisanya seorang Awan yang super teliti melupakan hal sepenting itu. Apa benar kalau sudah terkontaminasi dengan yang namanya cinta membuat seseorang itu menjadi bodoh, buktinya sudah terlihat kepada dua laki-laki itu.
Semoga kamu tidak tertular mereka ya babang Ray...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
EYN
nama lengkap Shika siapa sih? 😯
2022-08-03
0
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Dengan orang yang sama... 😌
2022-07-18
0
Bundanya Robby
🤣🤣🤣🤣🤣🤣aman awan entar ketemu di rumah Rey....
2022-07-17
0