Lolly kini sudah berada di tangan darurat lantai 3. Berarti, Lolly harus menuruni tangga darurat di lantai dua dan ia akan sampai di lantai satu.
Dengan peluh membanjiri wajahnya yang terlihat kelelahan itu, Lolly berusaha bertahan, meskipun rasa lelah menyerangnya.
Ia tidak boleh lemah, ia harus kuat menghadapi sikap semena-mena Lion terhadap dirinya.
Lolly kini menyandarkan punggung mungilnya yang lelah di pagar pembatas tangga. Sambil menyeka peluh yang mengalir dari pelipisnya turun membasahi rahang wajahnya.
Lolly ingin mengistirahatkan sejenak tubuhnya yang sangat lelah itu. Dadanya pun terlihat begitu naik-turun dengan kencangnya.
Hidung mungil juga terlihat kembang kempis, untuk meraup udara sebanyak-banyaknya.
Nafas terengah-engah, raut wajah merah plus dibanjiri keringat dan juga butiran kristal hangat yang muncul dari kedua kelopak mata indahnya.
Lolly kini membungkukkan badannya dengan kedua tangan menumpuk di kedua lutut kakinya.
Terdengar isakan lirih dibalik wajahnya yang tersembunyi.
Wajah lelah dan rapuh itu, tersembunyi di balik ketangguhan dan kesabarannya selama ini.
Jujur ia sudah tidak sanggup berada dan terkekang oleh jeratan kekejaman Lion light Kato.
Ia sudah jenuh dan lelah terus diperlakukan semena-mena, oleh semua yang berada di perusahaan ini.
Ia lelah terus dihina, direndahkan dan dikucilkan di area perusahaan. Dadanya mungkin sudah tidak muat lagi menampung rasa sakit hati yang harus ia terima setiap harinya.
Sesak, perih dan terluka hati pun batinnya setiap menghadapi semua hinaan dan cibiran yang merendahkan dirinya sebagai wanita yang, hanya mengais rezeki untuk kebutuhan ibu dan kedua adiknya.
Lolly kini berlutut di tangga darurat saat tak kuasa lagi menahan perasaan sakit hatinya. Dadanya yang menyesak kini tumpah ruah dengan tangisan kesedihan, luka dan kerapuhan.
Tangisan itu, kini berubah menjadi histeris dengan tangan mungilnya menepuk-nepuk, dadanya yang terasa sesak itu.
Lolly bersandar di besi pembatas tangga darurat dengan kedua kaki dihadapkan di depan dada dan menyembunyikan wajahnya di atas lututnya.
Lolly hanya butuh waktu sejenak saja untuk menumpahkan rasa sedihnya yang kini memenuhi rongga dadanya.
Hanya sejenak saja, biarkan dirinya menangis dan mengeluarkan segala luka hatinya.
"Apa, salahku, Tuhan. Apakah, aku salah melakukannya untuk kebaikannya, sendiri? Apakah, aku salah melindunginya dari kekejaman seseorang? Aku, hanya ingin melindunginya, Tuhan."
"Aku, rela menahan semuanya asalkan dia selamat. Aku rela, mendapatkan kebencian asalkan — aku bisa melihatnya. Aku, rela dihina dan diperlakukan semena-mena asalkan, … aku tetap berada di sisinya. Aku rela, Tuhan. Aku rela." Lolly terus meracau dalam tangisannya dengan wajah tersembunyi.
Entah apa yang disembunyikan wanita mungil ini. Sehingga, ia rela dihina dan diperlakukan tidak layak di lingkungan perusahaan agensi light Hugo ini.
"Semoga, aku bisa kuat mempertahankan rasa ini, meskipun harus terluka berkali-kali dan sesak berulang kali." Lirihnya sembari mengangkat kepalanya dan menyandarkan di besi pembatas tangga darurat itu.
"Aku, berharap rasa ini tidak akan berubah benci. Selalu berada pada tempatnya semula dan tidak akan pernah berubah sedikitpun. Meskipun, harus ternoda dengan sikap dan perkataannya." Lirih Lolly kembali yang wajahnya kini menengadah ke atas dengan butiran air mata yang masih setia mengalir.
"Cinta berubah benci itu sangat sulit untuk kembali kepada tempatnya semula. Lain halnya dengan, kebencian yang berubah cinta, maka perasaan itu, akan selalu kekal." Monolog Lolly yang menampilkan senyum terlukanya.
"Aku, berharap hanya dia yang membenciku. Tapi — jangan aku." Bisik Lolly dengan mata terpejam.
Di tengah kedamaian yang mulai dirasakan wanita mungil dengan wajah imut itu, tiba-tiba, ponsel Lolly bergetar.
Membuat Lolly tersentak dan segera berdiri dengan tangan yang bergetar hebat.
Lolly melihat ponselnya yang tertera sebuah Foto dan nama spesial di layar ponsel yang juga terdapat beberapa retakan di layarnya.
Dengan tangan gemetar dan wajah kembali menegang, Lolly sekuat tenaga mengangkat panggilan telepon tersebut.
Terlihat jari jempol Lolly menggeser keatas tombol hijau dan — belum juga ponsel itu menempel di telinganya, sebuah suara bentakan nan tegas, menyapa Indra pendengaran Lolly.
"APAKAH, AKU MENYURUHMU TIDUR DISANA, BODOH!" teriak seorang pria di seberang sana yang merupakan CEO perusahaan agensi light Hugo tersebut.
Lolly hanya bisa menjauhkan ponselnya dari telinganya yang tiba-tiba berdenging.
"WAKTU MU, SISA LIMA MENIT LAGI!" teriaknya lagi di seberang sana.
Mendengar teriakan terakhir pria itu, Lolly kembali menuruni anak tangga di lantai dua.
_______
Dengan nafas ngos-ngosan dan kembali wajahnya dibanjiri peluh, pun penampakan penampilan Lolly sekarang terlihat berantakan.
Rambut yang tadinya di ikat rapi, kini menjadi kusut dan lembab akibat keringat.
Pakaian yang rapi kini juga ikut kusut dan rok span selutut nya kini dikotori oleh warna putih saat duduk di tangga darurat.
Lolly terdiam sejenak untuk mengatur nafasnya dan membuka pintu masuk tangga darurat.
Tanpa memperdulikan dan merapikan kembali penampilannya, Lolly segera berjalan menuju pintu masuk lobby perusahaan sambil menghapus peluh yang berada di pelipisnya, menggunakan punggung tangan kanannya.
Lolly tidak mengindahkan cibiran dan juga tatapan sinis para karyawan yang berpapasan dengannya.
Ia terus melangkah menuju pintu lobby yang dijaga oleh dua orang pria setengah baya dengan tubuh tinggi kekar.
"Selamat pagi, paman!" Sapa Lolly ramah kepada penjaga pintu lobby tersebut.
"Terimakasih, paman," ucap Lolly dengan tersenyum, saat penjaga pintu lobby membukakan pintu untuknya dan membalas sapaannya.
Lolly pun segera berlari keluar area perusahaan untuk menuju jalan raya.
Tubuh mungilnya terlihat berlari di kawasan pengarangan perusahaan, hampir mencapai pagar.
Wajah Lolly kini berubah merona merah, akibat terpaan paparan sinar matahari pagi. Dan matanya tak henti-hentinya, menyipit kesana-kemari untuk melihat kendaraan berlalu lalang.
Lolly ingin menyebrangi jalan yang padat kendaraan itu, untuk menuju di ujung jalan diseberang sana.
Dengan setengah berlari, Lolly pun akhirnya berhasil menyeberangi jalan raya dan menyusuri trotoar untuk menuju cafe yang dimaksud Lion.
Dengan senyum yang kembali mengembang di bibirnya, saat sudah berada di luar cafe dan Lolly beruntung, karena suasana cafe tersebut sedang sunyi.
Hanya terdapat beberapa pengunjung yang sedang menikmati kopi.
______
"Selamat pagi!" Sapa pelayan cafe tersebut dengan wajah ramah.
"Selamat pagi," balas Lolly dengan tersenyum manis.
"Pesan kopi apa, nona?" Tanya pelayan cafe tersebut sambil memperhatikan penampilan Lolly.
"Pesan, kopi hitam terbaik tanpa gula. Dan yah … aku ingin di sebuah cangkir bersih." Ucap Lolly dengan wajah canggung.
"Jangan, khawatir saya berada di perusahaan itu," lanjut Lolly sambil menunjuk perusahaan agensi light Hugo yang menjulang tinggi itu.
Lolly pun harus menjelaskan kepada wanita muda di depannya, yang meragukan Lolly. Mungkin karena penampilan Lolly yang berantakan, sehingga wanita muda tersebut merasa ragu.
Secara kopi di cafe ini terbilang berkualitas tinggi dan berharga fantastis.
"Baik, nona. Tunggu sebentar," ujar pelayan itu.
"Iya terimakasih."
_______
"Ini, nona. Harganya 100 dolar," ucap pelayan cafe sambil menyerahkan sebuah nampan berbentuk bulat berwarna coklat dan diatasnya terdapat sebuah cangkir kecil mewah.
"Iya. Sebentar."
"Sial, sial, sial."
"Aku, lupa membawa uangnya," jerit Lolly dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Bambang Setyo
Lolly kau kasian sekali... 🤧🤧🤧
2023-01-28
0
Deandra🕊🌻
entah apa pun yg sdah d sembunyikan oleh loli..tetap GK d bnrkan perbuatannya si lion...GK manusiawi bnget tu lion..greget jdinya...sekedar novel tpi feelnya dpet bnget...thanks author untuk ceritanya ..
2022-07-14
5
Hamokitsi Run
yg sabar y cantik ap yg kau tanam pasti akan kau tuai jg.. wlw telat tp pasti ad saatnya kebahagiaan sdg menantimu d ujung jln sana... hiks... semangaaat... suatu saat kerulusanmu akn d rasa olehnya
2022-07-12
3