Pendekatan
Hidup aku pun merasa bahagia karena mempunyai sahabat yang luar biasa baiknya, dan mempunyai seseorang yang sudah mulai hadir di hidupku. Maklum saja disaat itu aku sedang jomblo, jadi ketika ada seseorang mendekati aku hatiku begitu bahagia.
Kami pun saling sms-an dan telepon setiap hari. Jujur ada yang salah pada hatiku, aku merasa secara logika dia tak tampan secara fisik tapi kenapa hati ini begitu bahagia disaat dia menghubungi ku.
Sampai teman dekat ku ragu dengan ku, karena mereka berpikir aku hanya main-main saja dengan nya. Mungkin aku tidak seperfect perempuan lainnya, tapi aku bisa terbilang manis, cantik dan pintar.
Hampir setiap hari dia menghubungi ku, menjemput, dan mengantar sekolah.
Pada malam hari kebiasaan kita adalah teleponan saat itu.
"Km mau ga jadi pacar aku" Aku sontak terdiam mendengar ucapannya.
"Iya" Ucapku dengan rasa senang dan tersipu malu.
Aku menerimanya karena aku melihat perjuangan dia yang selama ini intens mendekati aku.
Malam itu pun kami resmi berpacaran, dengan harapan kedepannya bisa seperti yang bisa diharapakan.
Pagi-pagi dengan terkejut dia sudah ada di depan gang rumahku untuk jemput.
Di motor pun kami saling ngobrol dan saling tersenyum. Merasa pasangan yg bahagia.
Tiba di sekolah, semua sahabatku sudah menunggu di halaman sekolah.
"Cieee.... " Sorak sahabat ku
Ketika aku turun dari motor dia pun langsung tersenyum, dan langsung berangkat ke sekolahnya. Karena kami berbeda sekolah tapi tidak jauh jaraknya antar sekolah kami.
Aku tidak pernah membawa cowok ke rumah, apa lagi kalau cuma cowok sendiri yang datang buat main. Aku belum berani saat itu di bandingkan wanita lain yang seumuran aku.
Beberapa hari pun kita lewati dengan antar jemput di gang rumahku. Dan pada waktu itu dia mau main ke rumah tapi aku selalu menolak kalau datang cuma sendiri. Karena aku berpikir pasti orang tua ku, dan kakak-kakak aku pasti kurang merestui.
Jadi setiap datang ke rumah pasti aku ngajak sahabat-sahabatku juga untuk datang. Agar keluarga ku tidak mengetahui aku sedang dekat dengan cowok itu.
Maklum saja, karena aku anak bontot dari keluarga sederhana. Yang dimana kakak-kakak aku tidak mau adiknya salah jalan seperti pergaulan saat itu.
Seiring berjalan nya waktu dia selalu menuntut aku untuk mengajak dia ke rumah ku tanpa sahabat atau pun seorang teman lain nya. Dia ingin memperjelas kalau datang sendiri, menandakan dia adalah pacarku.
Sedangkan aku masih kelas satu sekolah menengah kejuruan, wajar kalau seumur itu keluarga lagi rawan menjaga aku. Kekhawatiran seorang kakak dan orang tua itu wajar menurut ku.
Apa lagi aku dari keluarga sederhana yang tidak mau mencoreng nama keluarga aku sendiri cuma karena tingkahku.
Aku berpikir dia akan mengerti karena kondisi ku, dan memahami itu semua. Walaupun terkadang aku pun juga ingin seperti yang lain di datangin ke rumah oleh pacarnya, dijemput depan rumah tanpa harus umpet-umpatan.
Hubungan kami lancar saja, dia akhirnya bilang akan mengerti dan menerima itu semua sampai waktunya yang tepat. Betapa ada rasa bahagianya dia mau mengerti kondisi ku.
Setiap hari kami berkomunikasi dengan baik dan sebahagia hubungan anak remaja yang sedang jatuh cinta. Sahabat-sahabat pun turut senang dengan hubungan kami yang selalu happy saja. Mungkin kalau disaat itu ada ada kata Bucin, bisa jadi kita di juluki bucin saat itu.
Hubungan kita lebih intens melalui telpon , karena kita beda sekolah juga. Menjadikan tidak begitu sering ketemu, tapi dia selalu berusaha mengajakku ketemu sehabis sekolah.
HP ku berdering tak lama aku lihat ternyata dia, aku tak mengangkatnya karena masih dalam pelajaran. Istirahat tiba aku langsung menelpon dia.
"halo yang kenapa tadi telpon?" ucapku
"pulang aku jemput ya kita makan di luar" gumamnya
"iya yang" ucapku yang langsung mematikan telpon nya.
Setelah aku matikan SMS pun tak henti dari dia yang selalu ingin di balas terus SMSnya. Awalnya aku bahagia punya pacar sesama anak SMA, tapi di satu sisi hidupku seperti tidak bebas.
Pelajaran berakhir tandanya sudah boleh pulang, aku lihat Hendra sudah ada di depan gerbang sendiri. Dari kejauhan aku melihatnya dan otak ku berpikir kalau secara logika Hendra bukan type aku. Aku ingin punya pacar saat ini karena merasa kosong saja saat ini, dan tidak enak ke Dian. Ditambah lagi kegigihan dia dalam mendekati aku yang membuat aku apa salahnya mencoba.
Saat berjalan di halaman sekolah, tiba-tiba teman sekolah ku laki-laki bertanya ditengah halaman.
"Itu pacar lu Rin? " tanyanya
"iya" jawabku
"Yaelah cowok kaya gitu ngapain harus beda sekolah disini aja banyak yang lebih ganteng, lu gak salah" ucapnya
Kata-kata nya membuat aku seketika berpikir apa gue salah ngambil keputusan ini ya, karena takut aku mengecewakan nya.
Aku menghampiri Hendra yang duduk di atas motor.
"sayang.. " ucapnya
"iya ayo pulang " kataku sambil naik motor di belakangnya
"makan dulu ya"
Aku diajak nya makan bakso tidak begitu jauh dari sekolahku. Saat makan bakso beberapa orang di sana melihat ku seperi aneh. Mungkin aku tak seputih yang bening seperti orang-orang, tapi aku termasuk cantik bagi orang lain.
Aku tahu mereka melihat ku karena Hendra jelek hitam begitu dan aku begini. Kalau secara logika seperti itu, tapi aku belajar menyikirkan pikiran itu dariku. Agar aku bisa menerima hubungan ini menjadi kisah yang kami inginkan.
Dia pulang mengantarkan aku hanya sampai setengah perjalanan rumahku saja karena aku bilang rumahku jauh. Dan dia menuruti, padahal aku berharap dia maksa sampai depan gang rumahku saja. Tapi aku tak ambil pusing saat itu.
Saat yang teman dan sahabat ku bercerita pacaran nonton dan lain-lain. Aku belum merasakan itu semua, aku mengerti Hendra sama seperti ku anak sekolah pasti uang jajannya pun tak sebanyak pacar teman ku lain yang sudah kerja. Makanya aku tak pernah menuntut untuk diajak nonton dengan nya, walaupun aku tahu dia berasal dari keluarga berada juga. Selama ini juga dia tak pernah ajak aku nonton seperti yang lain, padahal kalau dia ngajak juga aku pasti menolak karena aku tak mau menghabiskan uang jajannya. Tapi sebagai wanita wajar ada keinginan seperti yang lain, pacaran kita hanya ketemu pulang sekolah dan melalui telpon saja.
Sampai suatu saat di kelas lagi pada ngobrol dan aku di tanya " Rin lu gak pernah nonton ya sama Hendra??? " tanyanya
"gak say" jawabku dengan santai agar tidak begitu serius
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments