Zee berjalan cepat keluar dari gang mawar. Tatapan orang yang melihatnya keluar dari gang mawar, menatap rendah kepada Zee. Zee mendengus mendapat tatapan rendah dari orang yang melewati gang mawar, seolah kalau dirinya wanita rendahan dan hina.
Zee berusaha mengabaikan tatapan orang terhadapnya dan melanjutkan langkahnya menuju halte bus. Zee duduk menunggu angkot lewat sembari mengeluarkan handphonenya. Zee memasang handset ke telinganya dan mendengarkan musik agar dirinya tidak mendengar celaan dan cibiran orang-orang yang melihatnya keluar dari gang mawar.
Sebuah mobil sport mewah berhenti di depan halte bus. Seorang lelaki keluar dari mobil tersebut dan kini berdiri di depan Zee. Zee menautkan kedua alisnya menatap lelaki yang berdiri di depannya.
"Maaf, Nona. Nona di suruh masuk oleh Tuan muda," ucapnya sopan.
"Maaf, aku nggak mau." Tolak Zee, karena Zee tidak mengenal siapa orang yang berada di dalam mobil tersebut.
"Tapi Tuan muda meminta Nona masuk dan Tuan akan mengantarkan Nona pulang." Lanjutnya lagi.
"Aku sudah bilang... Aku nggak mau! Jangan maksa deh!!" Kesal Zee karena lelaki itu memaksanya.
Zee segera berdiri begitu melihat angkot yang di tunggunya lewat. Zee meninggalkan lelaki itu dan tidak memperdulikannya. Zee masuk ke dalam angkot dan angkot tersebut melaju pergi meninggalkan halte.
Lelaki itu kembali masuk ke dalam mobil. " Maaf , Tuan. Saya tidak berhasil membujuk gadis itu, untuk ikut bersama Tuan," sesal sang asisten pribadinya.
"Tidak apa. Masih ada lain waktu untuk mendekati gadis itu. Sekarang jalan, aku sudah sangat lelah hari ini," ucap pria itu. Pria yang di panggil Tuan adalah Pria yang tadi berada di rumah indehoy.
"Baik, Tuan," jawab sang supir dan melajukan mobilnya membelah jalanan.
***
Angkot yang di tumpangi Zee berhenti di depan gang X, dan Zee turun dari angkot tersebut. Zee melangkah lesu menuju kosannya. Hatinya sedih memiliki seorang ibu yang mempunyai pekerjaan haram, di tambah lagi dirinya di keluarkan dari sekolahnya. Semakin bertambah sedih hatinya Zee.
Zee membuka pintu kamar kosannya, lalu menutupnya. Zee melemparkan tasnya begitu saja dan Zee langsung merubuhkan tubuhnya ke atas kasur tipis. Zee terisak menangisi hidupnya yang begitu menyedihkan.
Zee memeluk guling dan menangis meratapi nasibnya sendiri. Tanpa seorang pun yang tahu kalau hatinya sangatlah rapuh, bahkan ibunya sendiri tidak memperdulikannya. Zee ingin sekali menyalahkan takdir, atas hidupnya ini. Zee tidak mau terlahir dari seorang wanita yang memiliki pekerjaan haram dan hina, bahkan Zee sendiri tidak tahu siapa ayah kandungnya sendiri. Rasanya Zee ingin pergi jauh dari dunia ini.
Lelah menangis, Zee terlelap tidur tanpa mengganti seragam sekolahnya. Hatinya lelah dengan semua masalah yang dihadapinya seorang diri.
Pagipun menyapa, cahaya matahari masuk menerobos melewati jendela kaca kamar kosnya. Zee menggeliat meregangkan tubuhnya, dengan malas Zee melangkah ke arah pintu dan mengambil handuknya yang tergantung di sana.
Zee keluar dari kamar kosannya sembari membawa perlengkapan mandinya. Zee harus menunggu dan mengantri karena kamar mandinya harus bergantian dengan penghuni kosan yang lain. Lama menunggu, akhirnya Zee bisa masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Selesai mandi dan sudah berada di dalam kamar kosannya, Zee bersiap-siap untuk berangkat ke cafe tempatnya bekerja. Karena hari ini Zee tidak bisa masuk sekolah, Zee memutuskan bekerja saja sembari mencari sekolah yang baru.
Zee keluar dari kamar kosannya dan berangkat kerja demi menyambung hidupnya, karena selama ini Zee selalu menolak uang pemberian dari ibunya.
"Pagi...." Sapa Zee kepada teman kerjanya.
"Pagi juga. Tumben banget kamu masuk jam segini? Apa kamu tidak sekolah?" Tanya temannya yang bernama Luna.
"Nggak, katanya gurunya ada rapat, jadi sekolah di liburkan," bohong Zee. Semua yang bekerja di cafe tersebut tidak ada yang mengetahui siapa Zee sebenarnya. Selama bekerja di cafe tersebut, sebisa mungkin Zee menutup diri dan tidak mau terlalu dekat dengan teman kerjanya. Bagi Zee nggak ada teman yang benar-benar tulus berteman dengannya, apalagi setelah tahu siapa ibunya.
Hari itu, Zee benar-benar di sibukkan dengan pekerjaannya melayani para customer yang silih berganti. Hingga sore pun tiba, dimana jam kerjanya sudah berganti dengan yang lain. Zee duduk di sebuah krat botol, merilekskan tubuh yang lelah karena seharian bekerja.
"Belum pulang, Zee," tanya Candra yang menggantikannya kerja.
"Sebentar lagi," jawab Zee.
Candra pun mengangguk. " Kalau gitu, aku masuk kerja dulu," kata Candra.
"Iya...." Jawab Zee lesu, setelah itu Zee mengambil jaketnya di loker dan menggunakannya.
Zee keluar dari cafe tempatnya bekerja, ternyata diluar tengah hujan. Zee mengadahkan pandangannya menatap langit yang menampakkan air hujan yang turun membasahi bumi.
Hujan, ajarkan aku kuat menghadapi hidup ini....
Zee mengulurkan satu tangannya, air hujan langsung membasahi telapak tangannya. Zee menatap telapak tangannya yang basah.
Setelah hujan reda, Zee mulai melangkahkan kakinya ke jalan. Zee harus menunggu angkot di ujung belokan jalan, Zee berjalan santai dan mengeratkan jaketnya karena cuaca semakin dingin setelah hujan.
Byurr
Zee terkena cipratan air bekas hujan dan membasahi sebagian jaket dan celananya.
"Woy!! Bisa nggak sih bawa motor," teriak Zee kesal karena jaket dan celananya menjadi basah dan kotor.
Pengendara motor tersebut berhenti dan menengok ke belakang, dimana Zee berdiri.
"Sorry...." Jawab si pengendara motor tersebut.
Zee yang terlanjur kesal, langsung menghampiri pengendara motor tersebut.
"Sorry-sorry!! Lihat nih, jaket dan celanaku kotor dan basah!" Kesal Zee seraya menunjukkannya kepada si pengendara itu.
Pengendara tersebut membuka kaca helmnya yang hanya dapat di lihat Zee sepasang matanya saja, karena pengendara itu menggunakan helm full face.
"Aku ganti deh," seloroh pengendara itu, lalu pengendara itu mengeluarkan dompetnya dan menarik dua lembar uang seratus ribuan.
"Nih... Sebagai ganti rugi atas pakaian kamu yang basah," sambung pengendara motor itu sembari menyerahkan uang dua ratus ribu kepada zee.
"Cih... Aku nggak butuh duit kamu!" Sergah Zee menolaknya.
"Terus... mau kamu gimana?"
Zee menatap jaket yang di kenakan pengendara itu.
"Kalau gitu, berikan jaket kamu kepadaku," ketus Zee.
"Jadi kamu maunya jaket ini?" Tanya si pengendara motor tersebut.
"Iya...!!" Jawab Zee ketus.
Si pengendara tersebut membuka jaketnya dan menyerahkannya kepada Zee.
"Nih ambil."
Zee menyambar jaket tersebut dengan cepat. Zee menatap sinis ke pengendara tersebut.
"Lain kali hati-hati bawa motor. Sudah tahu habis hujan dan banyak genangan air di jalan," ujar Zee, lalu Zee berlalu begitu saja dari hadapan si pengendara motor tersebut.
"Dasar cewek aneh," cibir si pengendara tersebut, kemudian si pengendara tersebut melanjutkan perjalanannya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Nur Lizza
lanjut
2023-07-21
0
auroria wati
pd kenyataanya hdp mmg keras dan butuh perjuangan,org yg menutup diri sering kali kecewa bahkan disakiti
2022-11-19
0