Begitu mobil suaminya menghilang di tikungan jalan. Dara kembali masuk kerumah. Dara membersihkan peralatan makan mereka.
Setelah urusan dapur selesai, Dara masuk ke kamar untuk menyusun beberapa pakaian suaminya.
Dara membuka lemari pakaian suaminya, mengambil satu persatu pakaian yang terlipat rapi di rak lemari. Lalu memadu madan kemeja dengan celana panjang.
Lalu Dara hendak mengambil koper yang tersimpan di atas lemari. Karena tangannya tak sampai saat menggapai koper. Dara mengambil kursi meja riasnya.
Di bantu kursi, akhirnya Dara bisa mengambil koper itu dan menurnkannya.
Netra Dara tiba- tiba melihat sebuah bungkusan plastik kresek hitam di sudut rak paling atas.
Dara penasaran dengan bungkusan itu. Iseng Dara mengambilnya. Lalu membukanya.
Alangkah kagetnya Dara, ternyata bungkusan itu berisi lingerie merah! Benda itu langsung terjatuh dari tangan Dara.
Dengan gemetar Dara memungutnya kembali.
" Ini punya siapa ya? Kok bisa ada di lemari pakaian Bang Revan. Apakah Bang Revan membelikannya untuk ku? Tapi bang Revan kan tau aku gak suka warna merah.
Trus dalam rangka apa suamiku membelikan hadiah. Toh hari ulang tahunku kan sudah lewat dua bulan lalu.
Kalau untuk hadiah pernikahan, masih terlalu dini bang Revan membelikannya." benak Dara di rasuki berbagai pertanyaan. Seperti ada godam yang mengantam tepat di ulu hatinya.
Pikiran jelek bersiliweran di otaknya.
Apakah bang Revan punya selingkuhan? Padahal kami menikah baru enam bulan. Setega itukah suamiku mendustaiku. Tanpa mampu menahan persaannya, tangis Dara akhirnya pecah.
Dara membentangkan lingerie merah itu. Dari ukurannya itu jelas bukan untuk Dara. Lingerie itu terlalu besar untuk ukuran tubuhnya.
Dara mengusap air matanya. Dan berusaha bersikap tenang.
Dara kembali melipat lingerie merah itu, dan memasukkannya ke plastik kresek.
" Apakah dia perlu menanyakan perihal lingerie ini pada suaminya? Apakah nanti suaminya mau menjawab jujur. Apakah dia sanggup nantinya meneriema kejujuran suaminya.
Atau bisa saja suaminya nanti berbohong dan berdalih bahwa lingerie itu adalah untuknya sendiri. Dan Revan akan berusaha merayunya, menghilangkan kecurigaannya. Karena suaminya memang pandai merayu!
Dara segera mengambil gawainya dari kantong dasternya. Memotret lingerie untuk ia ajukan nanti sebagai salah satu bukti, bila suaminya benar- benar punya selingkuhan
Baiklah bang , untuk sementara ini aku akan bermain cantik dulu. Untuk mengumpulkan beberapa bukti bila kamu memang telah mendua hati." Dara mengakhiri monolog hatinya.
Bila suaminya benar telah selingkuh, Dara harus mempersiapkan dirinya untuk itu. Tapi sebelum semua itu terjadi, Dara berjanji tidak akan menyerah begitu saja,untuk menyerahkan suaminya ke tangan pelakor.
Dara mencintai suaminya, sangat mencintainya malah! Dara tak ingin rumah tangganya hancur hanya karena kehadiran seorang pelakor.
Tetapi, bila nantinya pun pada kenyataannya dia harus berpisah. Dara harus melepaskannya juga. Tidak ada gunanya bertahan, jika harus mengorbankan diri dan pengorbanan itu tak di hargai.
Melepas lebih baik, karena kebahagian diri itu mutlak untuk di perjuangkan!
Dara memasukkan beberapa pakaian suaminya yang dia pilih untuk di bawa.
Tak lupa juga dia kembali memasukkan lingerie merah itu dan membungkusnya dengan rapi. Lalu mengembalikannya ke tempat semula.
Setelah semuanya beres, Dara juga bersiap untuk pergi ke toko butiqnya. Pekerjaannya telah menumpuk, karena ini memasuki akhir tahun.
Dara tak ingin mengecewakan para langganannya. Dara harus menjaga kepercayaan mereka, demi kelangsungan dan nama baik usah anya.pai?
a
Lebih baik22Dara menenggelamkan dirinya di butik, berkutet dengan pekerjaanya. Dari pada pusing memikirkan perihal lingerie itu. Setidaknya ubtuk sementara ini. Dia harus lebih fokus dengan pekerjaannya.
***
Dara menatap wajah Revan suaminya yang tertidur pulas. Melihat wajahnya yang tampak damai, benarkah kamu tengah mencoba bermain
api?
Mengingat semua kelembutan sikap dan perhatian suaminya selama ini. Meski baru beberapa bulan mereka menikah, Dara merasa bahagia bersama suaminya.
Tidak ada hal kepura- puraan dari semua perhatiannya. Semua wajar, bahkan suaminya suka memanjakannya dengan kejutan manis.
Seperti menghadiahinya perhiasan, mengajaknya jalan- jalan, atau secara tiba- tiba muncul di butiknya dengan seikat mawar kesukaannya.
Belum lagi urusan ranjang mereka, Revan selalu mampu memuaskan hasrat istrinya.
Apakah cinta masa lalunya kini datang menggoda. Apakah rumah tangganya akan di guncang prahara..Secepat itukah datang, di masa- masa bulan madu mereka?
Apa yang salah bang? Apakah kamu akan tega menghianatiku?
Ampuni aku Tuhan! Sampai sejauh itukah kecurigaanku pada suamiku sendiri. Menuduhnya yang bukan- bukan tanpa bukti kuat. Aku telah berspekulasi dengan semua hal buruk. Tanpa satu pun jawaban yang bisa menguatkan kecurigaanku?
Semua bermula dari insiden di depan toko itu. Dara tidak bisa mengabaikan hal begitu saja.
Dara menyelusupkan tubuhnya ke pelukan suaminya yang sudah terlelap. Lengan kekar suaminya memeluknya rapat. Berbantalkan lengannya satunya. Dara merasa seperti anak kecil saja.
Dara dapat merasakan detak jantung suaminya di punggungnya.
Desah nafas suaminya di tengkuknya, membelai geli. Dan posisi seperti ini adalah saat paling damai di hati Dara. Dan selalu ia rindukan.
" Belum tidur juga sayang?" bisik Revan di telinga Dara. Seraya memeluk erat tubuh istrinya. Dara tersentak kaget, karena suaminya terjaga.
" Abang belum tidur, ya?"
" Sudah, bahkan mimpi abang kabur saat adek merangsek ke pelukan abang ," goda Revan masih dengan mata terpejam.
" Abang cuma mau pergi beberapa hari, tapi kamu sudah se resah ini." Revan menggosokan dagunya ke tengkuk istrinya. Dara merasa geli, dan meliukkan tubuhnya.
" Beberapa hari itu sudah cukup waktu buat selingkuh," ucap Dara tanpa sadar.
" Hei, ngomong apaan sih, siapa yang selingkuh?" Revan langsung memutar tubuh istrinya. Menatap dalam manik matanya.
" Aku cuma bercanda bang. Serius amat menanggapinya." ucap Dara seraya menowel puncak hidung suaminua.
" Kamu itu dek. Bercandanya jangan kelewatan, ya." Revan mengacaukan rambut istrinya.
Tapi tak urung, dalam hatinya kepikiran juga. Apa istrinya telah mengendus perbuatannya?.
Ada setitik rasa bersalah di hati Revan. Sejak pertemuannya satu bulan yang lalu dengan, Mirna. Mantan tunangannya, hati Revan telah mulai terbagi.
Belum lagi karena Mirna kerap menggodanya dengan mengirimkan foto- foto kebersamaan mereka dulu.
Padahal dulu Mirnalah yan memicu putusnya hubungan mereka. Mirna yang minta untuk putus sementara. Mereka sepakat untuk berpisah, agar mereka berdua saling intropeksi diri.
Apakah layak hubungan mereka di pertahankan. Tiga bulan waktu kesepakatan mereka untuk saling intropeksi. Tapi hingga lewat enam bulan lebih, Mirna tak pernah lagi menghubunginya.
Berkali- kali Revan menelepon tak pernah diangkat. Chatnya juga gak pernah di balas. Ujung- ujungnya dia malah di blokir.
Mirna menghilang entah kemana. Membuatnya sempat frustasi.
Dan di saat itulah Revan bertemu Dara. Di sebuah pesta resepsi pernikahan.
Adalah Inez yang mengenalkannya pada Dara. Inez teman Dara. Sementara Revan adalah temannya kakak Inez.*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments