Entah sudah berapa jam Dara tertidur. Ketika Tiba- tiba ia terjaga karena mimpi buruk. Kejadian di depan toko saat ia belanja hadir kembali dalam mimpinya.
Dalam mimpinya, bukan hanya dia di siram tapi di keroyok oleh massa yang beringas. Mereka tiba-tiba muncul begitu saja. Melempari tubuhnya!
Dara berlari menghindari serangan itu. Tapi mereka nekad mengejarnya. Untunglah Dara berhasil menghindari kejaran massa itu. Dengan berlindung di sebuah rumah tua.
Tali sial dia justru berhadapan dengan seekor ular kobra yang marah dan siap menerkamnya. Saat genting itulah Dara terjaga dari tidurnya. Dengan sekujur tubuhnya basah oleh keringat.
Deru nafas Dara tersenggal sakit tegang oleh mimpinya. Dara berbisik lirih melafaskan seuntai doa.
Setelah tenang, Dara melirik ke sampingnya. Tapi Rwvan suaminya tidak ada di sisinya. Dara melihat jam yang tergantung di dinding, tengah menunjuk angka dua. Berarti ini sudah dini hari.
Lantas ke mana suaminya?" Ke kamar mandi kah? Monolog hati Dara. Lalu ia bangkit dari ranjang, karena tenggorokannya terasa kering.
Kini Dara berjalan menuju ruang dapur, dari arah ruang tamu sesayup Dara mendengar suara Revan tengah berbincang mesra.
Entah dengan siapa? Tapi suaminya sampai sebut- sebut sayang segala.
Dalam sekejap darah Dara mendidih! Itu jelas suara perempuan, yang berseru manja.
Ingin rasanya Dara melabrak suaminya. Tapi langkahnya terhenti, ragu. Dia belum tau siapa perempuan itu. Jika dia ribut sekarang, dia tidak akan dapat bukti untuk ia tunjukkan pada suaminya.
Bisa saja suaminya berdalih, dengan seribu alasan. Jadi lebih baik diam untuk sementara ini.
Dara kembali masuk ke kamar. Rasa hausnya hilang seketika. Dia melanjutkan tidurnya kembali.
Dan berpura -pura sudah pulas saat suaminya kembali ke kamar.
Dalam benak Dara terjadi pergumulan, hatinya sakit dan perih saat memergoki suaminya sedang berbicara mesra di telepon. Ditengah malam.
Padahal tadi dia masih berucap dengan enteng, meyakinkan istrinya. Bersikap manis untuk meluluhkan kecurigaan istrinya.
Dara mendengar suaminya meletakkan handphonenya di atas nakas. Lalu menarik selimut, dan menyelimutinya juga. Dan sekian detik berikutnya, helaan nafas yang teratur menandakan susminya telah pulas.
Sungguh, Dara tak dapat lagi memincingkan matanya untuk tidur. Bayangan suaminya yang selingkuh, membuat nafasnya sesak.
Apakah perempuan yang berbicara dengan suaminya itu, Mirna? Atau ada lagi Mirna yang lain?
Semisal itu adalah Mirna mantan tunangannya dulu. Sejauh manakah hubungan mereka sekarang? Apakah mereka terlibat CLBK, ataukah Mirna sedang dalam misi balas dendam.
Dendam karena menganggapnya sebagai pelakor! Perusak hubungannya dengan Revan? Sehingga ia menggoda Revan, dan mencoba hadir kembali dalam kehidupan mantan tunangannya.
Meski ia tau kalau mantan tunangannya itu sudah menikah.
Lelah dengan berbagai pikiran buruk yang mendera Dara. Sehingga kedutan di belakang kepalanya kian menjadi. Dara bangkit mencari obat peringan sakit kepala.
Dara menemukan aspirin. Lalu ia melangkah ke dapur untuk mengambil air putih. Setelah beberapa menit, Dara merasakan kepalanya lebih ringan.
Dara kembali masuk kamar dan mencoba untuk tidur kembali. Tapi matanya tak bisa diajak kerjasama.
Kembali Dara melihat gawai suaminya, dia mencoba membuka kembali. Ternyata tak di kunci.
Dara tertegun, apakah suaminya sengaja tak mengunci handphoneny? Buru- buru Dara menscrol pertemanan suaminya di wa.
Akhirnya Dara menemukan sebuah nama Mirna. Tapi tidak ada foto fropilnya. Buru- buru Dara mencatat nomor atas nama Mirna dan juga beberapa nomor lainnya yang dia curigai
Dara mengembalikan gawai itu ke tempat semula. Sebelum suaminya nanti memergoki.
Rasa kantuk Dara benar- benar sudah hilang. Dara melihat sudah jam empat subuh.
" Lebih aku mengerjakan tugas rumah tangga saja. Hari ini Dara berencana masak arsik ikan mas, kesukaanya. Untuk suaminya, sambal teri medan kacang tanah. Gulai daun ubi tumbuk campur ebi.
Hampir satu jam, Dara selesai masak, di lanjutkan ngepel rumah, menyiram tanaman bunga kesayangannya.
Puluhan jenis bunga peliharaan Dara menghiasi teras rumahnya. Warna warni aglonema kesayangannya sudah menunjukkan baktinya.
Tak percuma Dara merawat tanamannya selama ini. Semua nampak cantik dan rimbun. Membuat mata senang memandanginya.
Dengan melihat tanamannya yang segar, Dara merasakan damai yang yang tak terlukis dengan kata- kata.
Untuk sementara kegalauan hati Dara terobati.
Yap! Dara berjanji pada dirinya sendiri, untuk bersikap cantik sebelum ia dapatkan informasi yang lebih akurat.
Dia tidak ingin gegabah bertindak, yang pada akhirnya nanti akan merugikan dirinya sendiri.
Ketika Dara kembali masuk ke kamar, dia melihat suaminya sudah bangun. Dara merapikan tempat tidur. Dan menyiapkan perlengkapan suaminya dan meletakkannya di atas tempat tidur.
Terdengar suara air beradu dengan lantai. Dan sesekali suara gayung yang terpantul ke bak mandi.
Suaminya kalau mandi memang selalu heboh sendiri. Busa sabun dan shampo akan menempel di dinding. Air bak mandi pasti lebih dari separuh habis.
Terkadang Dara sering merasa lucu sendiri. Mengingat tingkah suaminya.
Di meja makan telah tersaji hidangan, untuk sarapan. Dara menatanya seapik mungkin.
Suaminya sering memuji masakannya yang enak.
Sebelum berangkat bekerja, Revan selalu sarapan dari rumah.
Bahkan kalau lauk yang di masak istrinya sesuai seleranya. Revan akan menyuruh supaya dia bawa bekal makan siang dari rumah.
" Hem...masak apa sih sayang, membuat perutku terasa lapar nih," ucap Revan seraya membaui hidangan di meja.
"Wao! Sambal teri nasi Medan, ya?"
Dara tersenyum melihat tingkah suaminya. Dia juga mengagumi penampilan suaminya. Bau shampo dan sabun sehabis mandi menguar di ruang makan.
" Yuk kita makan, bang. Tak akan kenyang tuh kalau cuma di plototi," Dara menyendokkan nasi ke piring suaminya, beserta lauknya.
" Makasih ya ,sayang. Jangan lupa buatkan nanti bekal makan siangku ya."
Dara mengangguk, lalu mereka menikmati hidangan di atas meja setelah sebelumnya tak lupa untuk berdoa.
" Dek, nanti tolong kemasi pakaian abang ya. Abang mau dinas ke luar kota besok.
Deg! Seketika jantung Dara berdegup aneh.
" Untuk berapa hari bang?"
" Mungkin dua tiga hari aja. Tapi gak tau lah kalau ada perubahan. Abang di tugaskan mengurus pembukaan kantor cabang dek. Kalau rejeki abang bagus, abang akan di promosikan nanti."
Revan bekerja sebagai manager di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran.
Sekelebat bayangan semalam saat Dara memergoki suaminya tengah menelepon seseorang, membuat hati Dara tak enak.
" Kamu kenapa ya dek? Gak suka ya abang dinas keluar kota? Kamu takut abang tinggal sendiri di rumah?"
" Gak kok bang. Adek gak takut sendirian di rumah." sahut Dara.
" Kalau adek merasa sepi selama abang tinggal, pulang aja dulu sama mama atau ibu. Kalau gak ajak siapa saja sementara tinggal di sini" Revan menatap istrinya lembut.
" Ah, siapa juga yang takut sepi. Bukan kali ini saja abang tinggalin adek dinas luar kota. Apalagi cuma dua tiga hari. Norak!" cebik Dara . Lalu ia menyudahi makannya.
Dara mengambil rantang untuk bekal suaminya siang di kantor. Memasukkannya ke kantong kertas.
Dara mengantar suaminya hingga pintu pagar rumah. Mencium punggung jemari suaminya, serta melambaikan tangannya hingga suaminya menghilang di tikungan. ******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments