Bab 2. Curiga.

Dara kembali mencoret- coret sketsa di kertas . Mencari inspirasi untuk disain gaun pengantin yang digarapnya.

Tapi belum satupun yang kena di hatinya. Sudah belasan kertas yang terbuang percuma. Semua berakhir di tong sampah.

Dara melepaskan pandangnya ke arah suaminya yang sudah tertidur pulas. Dengkuran halusnya seirama dengan tarikan nafasnya.

Beberapa kali suaminya seperti tersenyum dalam tidurnya. Mungkin dia sedang mimpi indah dalam tidurnya.

Tadi Revan sudah minta izin tidur duluan, saat Dara asyik mencoret- coret sketsa. Dara melenguh kesal, karena tak sedikitpun Revan perhatian padanya.

Padahal jelas tadi Dara merobek beberapa kertas. Tapi suaminya tetap asyik dengan gawainya, bermain game. Atau apalah itu, nampak sekali Revan serius dengan gawainya.

Padahal tadi sengaja merobek kertas dengan kasar, hanya untuk menarik perhatian suaminya.

Tapi suaminya malah tidur, dan gak peka sama sekali.

Dara enggan untuk bercerita soal insiden di toko tadi siang. Dara ingin mencari bukti dulu tentang siapa Mirna. Karena tak ingin bertindak gegabah!

Ingat soal Mirna, terbit keinginan Dara untuk membuka gawai suaminya. Siapa tau dia bisa menemukan informasi lewat hand phone Revan.

Dara memandang hand phone Revan yang tergeletak di atas nakas. Dengan tangan gemetar, Dara meraihnya. Karena selama ini dia tidak pernah membuka gawai suaminya, tanpa ijin.

Tapi sayang, hand phone suaminya terkunci. Sementara Dara tidak tau apa kata sandi untuk membuka hand phone suaminya.

Akhirnya Dara kembali meletakkan gawai itu di atas nakas. Lalu ia memandang wajah suaminya yang tertidur pulas.

Tanpa sadar, jemari Dara mengusap rambut suaminya. Mengelus setiap lekuk wajahnya yng nyaris sempurna.

Alisnya yang tebal, tatap matanya yang tajam tapi teduh. Hidungnya yang mancung, serta brewok yang membingkai wajah suaminya semakin menonjolkan sisi kejantanannya.

Belum lagi sosoknya yang jangkung serta otot yang agak menonjol karena suka olah raga.

Tiba- tiba Revan membuka matanya. Mungkin elusan jemari Dara terasa di wajahnya. Dara mengembangkan seulas senyum.

Sejenak Revan menutup matanya, lalu membukanya kembali.

"Ada apa sayang, kok belum tidur?" tanyanya seraya menguap panjang. Revan mengubah posisi tidurnya jadi setengah duduk dan kembali menatap istrinya dengan heran.

"Tidak apa-apa bang. Sepertinya aku gak bisa tidur," keluh Dara.

"Ada masalah dengan pekerjan kamu, ya?" ucap Revan saat melihat kertas yang berserakan di atas tempat tidur.

"Aku gak bisa buat sketsa, pikiranku benar- benar mumet." Lenguh Dara seraya memijit tengkuknya.

"Ya udah, jangan dipaksakan. Istirahat dulu. Sudah larut malam ini," tukas Revan.

Padahal yang membuat mumet pikiran Dara, adalah kejadian siang tadi di toko. Kejadian itu menyisakan tanda tanya besar di hati Dara.

Entah bagaimana caranya menguak masa lalu suaminya. Tanpa membuat suaminya tersinggung atau marah.

"Eh, Adek boleh tanya sesuatu sama Abang, gak?"

"Hem, tanya soal apa sih? Jangan aneh-aneh kamu ya," Revan menepikan rambut istrinya yang jatuh di keningnya.

"Sebelum kita menikah, ada gak seseorang yang Abang cintai atau mencintai Abang?"

"Huk....Huk...!" Revan terbatuk mendengar pertanyaan istrinya yang di luar dugaannya.

"Ngomong apaan sih? Ada-ada saja kamu ini."

"Aku serius nanya , bang."

"Maksud kamu mantan aku, ya?" delik Revan menggoda istrinya. Dara mengangguk.

"Dulu aku itu emang play boy. Tapi telah kapok setelah bertemu kamu. Puas?" ledek Revan menatap nakal wajah istrinya.

"Gak. Bukan itu maksudku, Bang."

"Ceritanya, kamu itu curiga sama Abang, ya. Apa kamu dengar gosip soal Abang?"

"Gak juga. Aku cuma iseng mau nanya. Itu aja kok. Tapi jawaban abang gak memuaskan aku."

"Aduh dek, ngapain sih ngusik- ngusik masa lalu Abang. Yang pentingkan Abang nikahin kamu. Berarti Abang cintanya ya, sama kamu."

"Berarti dulu abang mutusin seseorang ya, sebelum nikahin Adek?" lontar Dara.

Revan lagi-lagi terbatuk mendengar pertanyaan istrinya. Entah apa yang terjadi. Kok tiba-tiba istrinya bertanya seperti itu.

Revan menatap keseriusan di wajah istrinya. Jadi dia harus hati-hati menjawab pertanyaan itu. Pasti telah terjadi sesuatu, sampai istrinya bertanya soal masa lalunya..

"Sebelum bertemu kamu, Abang memang pernah punya pacar. Tapi kami putus karena gak ada kecocokan. Apakah aneh bila suami kamu punya mantan pacar?"

"Gak ada yang aneh, sebenarnya Bang. Aku cuma merasa tak enak saja jika abang memutuskan pacar Abang demi menikah dengan aku."

"Ah, hal seperti itu 'kan lumrah Dek. Kecuali setelah menikah, Abang balik lagi sama pacar Abang itu. Ada apa sih, kok sampai nanya-nanya gitu segala?"

Hampir saja Dara keceplosan cerita soal siang tadi. Untunglah Dara bisa menahan diri. Jadi dugaan para ibu yang menyerang dirinya tadi adalah benar.

Bahwa dirinya tanpa sengaja telah menjadi seorang pelakor. Karena telah membatalkan pernikahan Mirna, sahabat mereka.

Atau jangan-jangan mereka mungkin sudah menikah!

"Aduh," tanpa sadar Dara menepuk kepalanya yang mendadak berputar. Karena pikirannya yang ruwet.

"Ada apa lagi dek?" seru Revan tiba- tiba. "Kamu itu gak percaya sama Abang, ya?"

"Bukan soal tak percaya bang."

"Trus ini soal apa Dek? Kenapa tiba-tiba kamu bertanya soal beginian?"

"Aku juga gak tau sih kenapa mikir begitu. Tiba- tiba ide itu melintas," sahut Dara datar.

"Hem, kamu pasti habis nonton drakor, ya. Jadi baper?" timpal Revan. Mendengar ucapan suaminya, mendadak Dara punya ide buat mengorek masa lalu Revan.

"Bisa jadi sih. Aku ke baperan bang. Kasihan kali perempuannya. Dia sudah bertunangan, tapi tiba- tiba tunangannya mutusin dia. Dan menikah dengan perempuan lain. Yang baru dia kenal.

Terus istrinya itu, selalu di teror mantan tunangannya. Sampai dituduh pelakor lagi. Di fitnah sehingga mertua dan iparnya, benci sama dia. Sadis 'kan, Bang?"

"Ha...ha..., Kamu ini ada- ada saja. Jadi kamu takut hal itu akan terjadi sama kamu. Karena ada kemiripan kisahnya, gitu? Dara....Dara!" Revan tergelak mendengar cerita istrinya, dan meraup instrinya ke dalam pelukannya. Sambil mengucek-ucek rambut istrinya.

"Makanya jangan suka nonton drakor. Jadi ngehalu trus. Udah, kita tidur yuk! Udah larut nih. Sini Abang kelonin kamu, biar bisa tidur." Revan menarik tubuh istrinya supaya tidur di lengannya.

Lalu mengusap- ngusap kening istrinya. Mencium pucuk kepalanya yang harum oleh aroma shampo.

Dara mencoba untuk tidur, sikap suaminya sedikitnya bisa meneduhkan hatinya. Tapi jauh di lubuk hatinya, masih menyisakan kecurigaan.

Dara sangat mencintai suaminya, dan berharap bahagia selamanya bersama dia sampai menua.

Kejadian tadi siang sangat membekas di hatinya. Dia tidak bisa meremehkan masalah itu begitu saja. Dara khawatir, karena salah paham, Mirna akan balas dendam merebut kembali suaminya.

Karena dia dianggap pelakor. Bukan tidak mungkin, Mirna balas dendam, karena merasa telah dihianati.

Teman- temannya saja sudah simpati sama dia. Sampai tega, berbuat nekad menyiramnya tadi siang. Bagaimana pula dengan Mirna.

Mengingat mereka yang sudah bertunangan, tiba-tiba putus dan ditinggal nikah. Sebagai sesama perempuan hal ini juga menyakitkan seandainya ia berada dalam posisi itu.

Seandainya, hal ini Dara ketahui sebelum pernikahan, mungkin dia sendiri akan menolak lamaran Revan.

Tapi ini terjadi setelah mereka menikah. Dan ini adalah atas pilhan dan keputusan mereka. Yang berdasarkan cinta. Setidaknya itulah yang dirasakan Dara. Setelah tiga bulan pernikahan mereka. *****

Terpopuler

Comments

🤗🤗

🤗🤗

gas mak.

2022-12-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!