"Cepet jelasin sama Mami apa hubungan kamu sama model itu Angga!" Suara memekakan telinga terdengar memenuhi ruang keluarga rumah Darmawan.
Angga duduk di depan orang tuanya dengan satu laki-laki bertubuh tinggi sepertinya, duduk dikursi yang lain. Di samping pria itu ada seorang wanita yang terlihat memerah menahan kesal menatap Angga.
"Kamu sengaja mau bikin Mami sama papi jantungan karena ulah kamu, yah Angga!?" sambung Mary ibu lelaki itu, marah.
Pria paruh baya disamping Mary sontak mengusap punggungnya pelan. "Sabar Mi, inget tekanan darah Mami," ucapnya mengingatkan.
Satya menatap khawatir istrinya, dia bahkan tidak bisa bersuara lebih pada Angga mengingat riwayat penyakit darah tinggi Mary yang bisa kapan saja kambuh karena masalah anak kedua mereka.
Angga hanya menghembuskan nafas panjang, tertunduk tidak tahu harus berkata apa.
"Nikah sama kamu? Are you kidding me?! (Apa kamu bercanda?!)"
Tania tersenyum berdecih, "Kamu pikir aku ada waktu becanda sama kamu sekarang? Kamu yang harus tanggung jawab, kalo kita nggak nikah ... karir aku bisa hancur dan perusahaan kamu bakalan ikut terancam. Posisi kamu juga sebagai direktur utama udah bisa dipastiin bakal goyah. Cuman itu satu-satunya cara biar posisi kita bisa sama-sama aman."
Angga tertawa sarkas. Menikah? Sinting! Mana mungkin dia menikah dengan wanita yang dia juluki sebagai nenek sihir?!
Sama sekali tidak terbesit sedikitpun dalam pikirannya menikah dengan seorang wanita saat ini. Fokus Angga hanya ingin membuat perusahaan penerbangan mereka sukses dan makin maju dari kepemimpinan ayahnya.
Angga memijit pelipisnya dengan pikiran dan hati yang berkecamuk.
"Kamu mau diem terus begitu, Ga? Apa susahnya, sih jawab pertanyaan Mami. Kamu punya hubungan apa sama dia!"
Lagi, Angga menghembuskan nafas panjang. Permasalahan ini harus secepatnya diselesaikan sebelum makin bergulir dan membuatnya kesulitan.
Angga pun mengangkat kepala, menatap ibu dan ayahnya bergantian. "Dia calon istri aku, Mi."
"What?!" Semua yang ada di sana tersentak, kaget mendengar pengakuan Angga termasuk Dito sekretarisnya.
Pria itu ikut berada di sana, berdiri di belakang kursi Angga sejak tadi. Jadi Pak Angga setuju dengan usul nona Tania? Dito bergumam dan tersenyum tipis, mendadak tenggorokannya terasa kering karena hal ini.
"Kamu serius, Ga?" tanya Satya memastikan.
"Iya, Pi. Sebenernya aku rencana mau ngenalin Tania sama Mami dan Papi hari ini, tapi aku nggak nyangka wartawan malah lebih dulu tahu kita nginep di hotel dan nyebar foto-foto kita semalem di internet. Aku juga bingung dari mana mereka nemu foto mesra aku sama Tania. Sampe ini Dito masih nyari orang yang nyebar foto-foto kita di sana."
Mary tersandar di kursi sofa dengan kepala yang terasa berat. Mendengar berita mengagetkan bertubi-tubi seperti ini sejak pagi, membuat wanita berumur hampir lima puluh tahun itu syok. Mendadak kakinya terasa lemas dengan dada yang sesak.
"Maafin aku, Mi. Aku nggak ada maksud mau bikin Mami sama Papi kaget. Aku juga nggak tahu kalo bakal jadi kejadian kayak gini. Intinya aku sama Tania emang punya hubungan serius. Aku pengen ngelamar Tania akhir bulan ini."
"Astaga...." Mary mengusap dadanya. "Ngelamar, Ga?"
"Iya, Mi."
"Kamu serius?"
"Iya, Mi."
"Tapi Mami—"
"Aku nggak terima Auntie," potong Alina tiba-tiba.
Wanita yang sejak tadi diam mendengarkan di samping kakak laki-laki Angga mendadak marah. Wajah merahnya memberi tanda dia sedang menahan kekesalan dihati.
"Auntie udah janji sama aku mau nikahin aku sama Angga. Kenapa sekarang Angga malah bilang mau nikah sama orang lain?!" sambung Alina murka.
"Nikah?" Angga menatap bingung ibunya dan Alina.
"Iya, Ga. Auntie udah janji mau ngelamar aku Minggu depan. Kita udah dijodohin sama orang tua kamu," sahut Alina lebih dulu.
Angga membola, "What?! Seriously? (Benarkah?)" kagetnya tidak percaya.
Satya membuang nafas kasar mendengar ucapan Alina, harusnya dia tidak menambah masalah lagi saat ini pikir Satya.
"Sudah, sudah ... soal itu nanti kita bicarakan lagi Alina. Sekarang kamu bisa pulang dulu, Uncle sama auntie akan hubungin kamu secepatnya," pinta Satya setengah membujuk.
"Nggak! Aku nggak mau Uncle! Pokoknya aku nggak mau tahu, Minggu depan Uncle sama auntie bakal dateng ke rumah ngelamar aku buat Angga!" sahut Alina bersikeras.
Dia tidak akan terima perjodohan ini dibatalkan begitu saja oleh keluarga pria yang sejak lama Alina suka. Angga hanya akan menjadi miliknya dan harus menjadi miliknya apapun yang terjadi.
"Tunggu, tunggu, sejak kapan aku setuju mau dijodohin sama kamu?!" Angga menyela, menatap sinis Alina. "Kamu nggak usah mimpi, deh kita bakal nikah. Aku udah punya calon, jadi lebih baik kamu nggak usah maksa apalagi berharap sama perjodohan sepihak yang sama sekali aku nggak tahu!" sambungnya penuh penekanan.
Wajah Alina semakin memerah dengan tangan terkepal mendengar penolakan tegas Angga untuknya. Berani sekali Angga mempermalukannya di depan banyak orang?
Alina mendengus dan memutuskan pergi dari sana sebelum hatinya semakin sakit mendengar ucapan tajam Angga. Liat aja nanti, aku pastiin kamu bakal nyesel udah nolak aku hari ini! Alina membanting pintu depan rumah Angga dengan kuat.
"Kejem banget, sih kamu, Ga. Anak orang loh, itu...." Pria dengan tubuh tinggi sama seperti Angga bersuara. Bakti tertawa geli dari tempat duduknya sengaja menggoda adiknya.
"Berisik Lo!" hardik Angga.
Bakti terbahak dan semakin intens menggoda Angga. Sudah lama rasanya dia tidak pernah lagi mengejek ataupun membuat Angga kesal.
"Masih inget pulang Lo!? Gue pikir Lo udah tenggelem sama benda-benda kuno diluar negeri!" cibir Angga menatap remeh kakaknya.
Bakti terkekeh masih dengan seringai mengejek. "Gue pulang karena denger Lo mau nikah. Eh, siapa yang nyangka pas gue pulang Lo malah bikin skandal heboh kayak gini," ucapnya membalas cibiran Angga.
Angga mencebik, memutar mata malas. "Mending, daripada elo cuman sibuk pegang-pegang patung. Kayak gue dong, langsung sama manusia!"
Mary seketika melempar anak keduanya dengan bantal sofa. "Dasar anak nggak tahu malu!" kesalnya.
Angga mengusap wajahnya dan cemberut. Bakti kakak laki-lakinya malah makin terbahak melihatnya.
Satya ayah mereka hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar perdebatan keduanya. Sejak dulu Bakti dan Angga memang seperti tikus dan kucing jika sudah bertemu.
"Pokoknya Mami belum setuju kamu nikah sama model itu Angga! Kalo kamu mau dapetin restu dari Mami, bawa dia ke sini besok pagi dan minta dia nginep di sini satu Minggu!"
.
.
.
.
.
.
.
.
Kira² apa yang direncanain sama Mami Mary yah 🤔
Tungguin next part-nya besok guys 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
noona jekey💜💜💜
hayo loh Tania kamu mau diuji nyali ma mommy Angga😌
2022-07-21
0
Eka ELissa
bsok mo di ksih wejangan pnjang lebar tu chalon mantu momy..😁😁
2022-07-20
1
sandi
selalu dag dig dug der nunggu u thor😘😘😘😘😘angga fight🤣🤣🤣
2022-07-18
0