Skandal Nona Model
"Selamat datang Pak Angga," sambut seorang wanita berpakaian rapi dengan senyum ramahnya.
"Mari ikuti saya, Pak," ajaknya sopan.
Pria yang dipanggil Angga mengangguk, mengikuti langkah kaki pramugari wanita di depannya.
Berhenti tepat di depan pintu kecil yang bisa di dorong, pramugari itu mempersilahkan Angga menempati kursi business class-nya.
"Silahkan, Pak." ucapnya dengan dua tangan terbuka menyamping.
"Terima kasih," balas Angga hangat.
Pramugari sedikit mundur memberikan kesempatan pada Angga masuk dan duduk di kursi ergonomis khas business class pesawat.
"Penerbangan kali ini dipimpin oleh Captain Pilot Andreas dan CO. Pilot Bambang, Pak. Semoga Pak Angga menikmati dan nyaman selama penerbangan ini. Jika ada yang Pak Angga butuhkan, Bapak bisa menekan tombol di samping kanan Bapak. Saya akan langsung datang menemui Bapak di sini," terang pramugari wanita panjang lebar.
Angga mengangguk dan berucap terima kasih lagi sebelum wanita dengan rambut yang disanggul rapi itu membungkuk memberi hormat padanya pergi dari sana.
Angga mengeluarkan buku kecil dari saku jasnya, mencatat sesuatu di dalam sana sambil tersenyum puas.
Hal pertama yang dia temui sudah sangat memuaskan hatinya. Angga yakin hasil rapat dua hari yang lalu bersama kepala pemegang saham yang lain bisa terlaksana dengan baik.
Kedepannya perusahaan penerbangan ini pasti akan lebih baik lagi dari kepemimpinan ayahnya, gumam Angga dalam hati.
"Hei, kamu duduk di tempat yang salah!" sentak seorang wanita bermantel bulu dikursi samping kanan Angga.
Pria yang sejak tadi tidak terlalu memperhatikan keadaan disekitarnya menengadah, menatap wanita berbibir merah menyala di dekatnya.
"Anda bicara apa, Nona?" tanya Angga memastikan.
"Ck, aku bilang kamu duduk ditempat yang salah! Apa pramugari bego itu yang memintamu duduk di sini, hah?!" jawabnya tidak suka.
Angga mengernyit. "Siapa yang kamu bilang bego, Nona? Kamu tahu, kan aturan di dalam pesawat tidak boleh berteriak pada penumpang yang lain? Kamu ingin aku meminta pramugari tadi menurunkanmu dari sini!?" sinisnya.
Wanita yang terlihat tidak asing itu membuka kacamata hitamnya menatap nyalang pria berjas yang entah datang dari mana dan seenaknya duduk di dekatnya.
"Oh, kamu ingin mengancamku rupanya. Aku tahu pria-pria sepertimu, berpura-pura duduk di dekatku lalu setelahnya meminta berfoto dan bahkan mengajakku check in ke hotel setelah landing nanti. Aku tidak akan tertipu dengan permainanmu Tuan sok ganteng!" ucap wanita itu tidak kalah sinis.
Sudut bibir tebal merah muda Angga sedikit tertarik mendengar ucapan wanita disampingnya, bulu-bulu halus yang menghiasi pipi hingga ke rahang bawah Angga tampak sempurna bagi pandangan mata kaum hawa yang melihatnya.
Belum lagi dengan mata bulatnya yang tampak dingin dan misterius, makin menambah pesona pria yang justru malah membuat wanita disampingnya kesal.
Angga tidak mempedulikan wanita itu, baginya wanita berambut panjang dengan cat menyilaukan mata hanya wanita tidak waras yang kebetulan duduk dengannya.
"Kamu tuli Tuan sok ganteng!? Aku bicara padamu!" sentak wanita itu lagi.
"Aku tidak bicara dengan orang asing! Lagipula digigimu ada sayurannya, kamu membuatku geli dan jijik!" sahut Angga sengaja bergidik.
Wanita itu diam dan bergegas mengambil cermin dari dalam tas. Wajahnya sudah berubah merah padam karena malu. Dia tidak menyadari kalau Angga sedang mengerjainya.
Hingga saat wanita itu tidak menemukan apa-apa di sana, tawa terbahak keluar dari bibir Angga.
"Kamu ... kamu mengerjaiku!?" marahnya.
Bukannya meminta maaf Angga malah semakin kuat menertawakan wanita itu dan membuatnya kesal.
Tangan wanita itu dengan cepat menyambar tasnya dan memukulkannya ke wajah Angga dengan kuat.
Bukkk ...
*****************************
"Selamat datang di Jakarta Pak Angga," sambut pria bersetelan rapi tersenyum sumringah.
"Makasih, Dit," sahut Angga tidak bersemangat.
Dito sekretarisnya terkejut mendapati sebuah kapas menutupi salah satu lubang hidung atasannya.
"Hidung Pak Angga kenapa?" tanya Dito khawatir.
"Nggak pa-pa. Aku cuman ketemu nenek sihir tadi," jawab Angga asal.
"Nenek sihir?"
"Udah nggak usah banyak nanya, kita langsung ke hotel aja...." Angga menggerutu masuk ke dalam mobil.
Dito menggeleng dan berjalan cepat memutari mobil, masuk dan duduk dikursi kemudi.
"Tapi Pak Angga bener nggak pa-pa, kan? Aku takut nyonya—"
"Cerewet banget, sih kamu, Dit! Udah cepet jalan! Berisik aja kamu daritadi!" kesal Angga menyandarkan kepalanya ke jok mobil.
"Kita nggak pulang ke rumah, Pak?" tanya Dito memastikan.
"Nggak usah. Besok pagi aja sekalian, aku males pulang. Lagian mami pasti bakal heboh liat muka aku kayak gini," jawab Angga beralasan.
"Tapi Pak, kalo nyonya nanya gimana?"
"Kamu cuma perlu ngomong aku singgah di Singapore dan pulang ke Indo besok pagi. Mami nggak bakal nanya macem-macem kalo kamu udah ngomong begitu!"
Dito, supir sekaligus sekretaris Angga mengangguk patuh. Lebih baik dia tidak banyak bicara dan bertanya lagi, atasannya terlihat sedang apes hari ini.
Angga pasti tidak akan suka jika dia terlalu banyak bersuara apalagi membantah perintahnya. Bisa-bisa gajinya bulan ini akan dipotong oleh Angga, pikir Dito.
Mobil BMW X1 berwarna hitam pun meluncur meninggalkan bandara internasional Soekarno Hatta menuju hotel bintang lima terdekat, dengan kecepatan sedang.
Mengingat kejadian tadi di pesawat Angga sudah sangat kesal apalagi mengingat dia harus pulang ke rumah.
Sejak awal Angga memang sudah berniat tidak akan langsung pulang malam ini. Mengetahui kakaknya kembali setelah empat tahun tidak pernah pulang menemui keluarga mereka, membuat Angga malas.
Dia yakin suasana rumah pasti sedang ramai-ramainya sekarang, ibunya pasti juga sedang mengatur makan malam keluarga untuk menyambut kepulangan kakak laki-lakinya.
"Jemput aku besok jam delapan pagi, Dit," pinta Angga begitu tiba di kamar hotel.
"Ok, Pak. Pakaian Pak Angga nanti bakal dianterin bellboy ke kamar. Kalo ada yang Pak Angga perlu, Pak Angga tinggal telpon aku aja."
Angga mengangguk dan menjatuhkan dirinya di ranjang begitu Dito pamit dari kamar presidential suite yang dia sewa malam ini.
Tidak butuh waktu lama bagi Angga tertidur di sana. Suasana yang tenang dan tubuh yang memang sudah sangat lelah, ditambah hidungnya yang masih berdenyut karena tepukan tas maut wanita tadi membuat mata Angga cepat tertutup rapat.
Baru kali ini dia berurusan dengan wanita tidak waras sepertinya. Angga berharap dia tidak akan pernah lagi bertemu dengan wanita itu.
Sebelum benar-benar terlelap, samar-samar Angga mendengar pintu kamarnya dibuka dari luar. Mungkin itu bellboy yang dikatakan Dito tadi sebelum pulang, pikirnya.
Dengan suara sedikit serak Angga berucap, "Pakaianku gantung saja dilemari dan jangan sampai kusut! Aku tidak suka pakaianku tidak rapi besok pagi!"
Angga segera tertidur pulas begitu selesai bicara pada orang yang diyakininya sebagai bellboy. Dia sama sekali tidak tahu siapa sebenarnya yang masuk ke kamarnya malam ini.
Seseorang yang baru saja menutup pintu itu tersenyum penuh arti dan melemparkan beberapa helai pakaian yang sengaja dia bawa ke dalam sana.
.
.
.
.
.
.
Hai hai hai ....
Akhirnya setelah Hiatus selama hampir 2 bulan, author bisa kembali menyapa pembaca setia author di aplikasi ini ☺️
Semoga karya keenam author ini bisa menghibur pembaca semua, yah 🤗
Author sayang kalian semua 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
patia Al adawiyah
hai hai hai juga Thor 😊🙏 aq baru sempat mampir hehehehe
2022-10-13
0
Rika93
haii haiii haii... baru mampir nihh
2022-09-22
0
Rini Arismawati
mampir
baru baca Uda ada yg bikin penasaran AZ😁
2022-08-22
1