Tiga jam lebih menanti, akhirnya Rima mengabari ku kalau bos nya siap untuk bertemu.
Ini gila,aku baru pernah se sabar ini menunggu orang sampai selama ini, ah, betapa sungguh aku patut berbangga pada diri ku sendiri.
Aku memasuki ruangan pemilik Mahesa grup itu setelah di persilahkan oleh si empunya, tentu saja.
Ruangan yang didominasi warna gelap dengan ornamen-ornamen khas pria, terkesan dingin seperti mencerminkan kepribadian sang pemilik rungan.
Tapi tunggu, ada sesuatu yang sangat menarik perhatian ku di sana, sebuah bingkai besar dengan gambar Niko yang sedang memeluk seorang perempuan dengan mesranya, kebahagiaan yang tergambar dalam gambar di bingkai itu sungguh membuat darah ku mendidih seketika.
Ya, itu foto Niko sedang bersama sang istri yaitu Rossa yang selama ini menjadi pengganggu ketenangan ku, aku selalu marah dan dada ku terasa sangat sakit jika mengingat atau mendengar tentang pelakor yang sudah membuat kakak perempuan ku tak lagi ada di dunia ini karena kebiadabannya menyiksa batin kakak ku.
"Apa ada masalah dengan foto itu?" setelah sebelumnya berdeham, Niko menegur ku yang malah berdiri mematung di depan bingkai itu tanpa aku sadari.
Aku menghela nafas sangat dalam, menata hati dan perasaan ku agar semua kembali tenang dan aku bisa menjalankan semua rencana yang sudah ku susun sedemikian rupa itu dapat berjalan dengan sempurna.
"Ah, maaf, saya terpesona melihat kecantikan----" aku sengaja menggantung kalimat ku, berpura-pura tak tau siapa wanita yang ada di foto itu.
"Terimakasih, itu istri ku." Jawabnya datar, namun dari raut wajah nya aku bisa menlai kalau Niko itu sangat menyayangi istrinya, terlihat dari sorot matanya yang bisanya dingin itu tiba tiba menghangat saat berkata 'itu istri ku,' pancaran matanya mengisyaratkan penuh cinta.
Aku bahkan sampai kebingungan sendiri, bukankah seharusnya Rossa menjadi wanita yang sangat beruntung karena mempunyai suami yang tampan, mapan, dan paling penting sangat menyayanginya, namun entahlah, namanya juga manusia terkadang tak ada rasa puasnya, masih saja dia mencari, mengejar, bahkan menghalalkan segala cara dengan merebut kebahagiaan milik orang lain.
Jadi jangan salahkan aku kalau aku pun kini menghalalkan segala cara untuk demi membalas semua rasa sakit yang di rasakan oleh kakak ku.
Kembali ke tujuan awal aku datang ke kantor itu, aku meletakan sebuah proposal yang ku buat di atas meja kerjanya, tak sengaja melihat foto wanita siluman itu di awal kedatangan ku ke ruangan itu tadi mebuat fokus ku sedikit terpecah.
"Saya ingin membuat pagelaran busana untuk pakaian rancangan saya, dan ini profil tentang butik milik saya juga terdapat foto-foto pakaian hasil rancangan ku, untuk lebih detailnya mungkin anda bisa datang ke butik saya," urai ku seraya memajukan proposal yang aku letakan di atas meja kerjanya agar lebih dekat ke hadapannya.
Tak sepatah kata pun keluar dari mulut pria dingin itu, dia hanya menjulurkan tangannya untuk meraih proposal yang tadi aku geserkan menjadi lebih dekat dengan jangkauannya.
Untuk beberapa saat ruangan itu menjadi hening, karena Niko tampak serius membolak-balik kan lembar demi lembar proposal yang kini berada di tangannya, dan aura dingin pun semakin menyeruak di ruangan ini.
Sementara itu, aku menyibukan diri dengan mengedarkan pandangan ku ke setiap sudut ruangan yang lumayan luas itu, namun secara tak sengaja mata ku justru berhenti saat menangkap sosok pria yang akan menjadi mangsa buruan ku itu.
Mata sipit nya, hidung mancungnya, ragag tegasnya, membuat ku seakan betah berlama-lama menatapnya.
'Akh, apa sih, yang sedang yang ku pikirkan ini, wahai hati, tolong bekerja sama lah, ingat,,, ini hanya sebuah misi, untuk menghancurkan wanita itu, agar iblis itu merasakan bagaimana sakitnya jika suami yang di cintainya itu berpaling pada wanita lain,' gumam ku dalam hati, mengingatkan kembali diriku agar tetap fokus pada tujuan utama ku.
"Kenapa memilih kami?" pertanyaan Niko membuat ku sedikit terhenyak kaget, dan pertanyaanya ituu menjadi terkesan ambigu bagi ku.
"Hah? Maaf, maksud anda?" tanya ku, aku yakin wajah ku saat ini pasti terlihat sangat aneh dan terlihat bodoh.
"Kenapa memilih Mahesa grup untuk menggelar fashion show anda nona?" Niko meralat pertanyaan nya, dan terdengar menjadi lebih jelas di telinga ku, atau mungkin tadi karena aku sedang sedikit melamun saja, jadi aku agak loading dalam menerima pertanyaannya.
"Jessika, panggil saya Jessika atau Jess saja." Ucap ku.
"Saya mendapat rekomendasi dari banyak teman katanya tangan dingin anda biasanya selalu sukses dalam membuat suatu acara, dan teman- tean ku yang pernah mmakai jasa Mahesa biasanya merasa sangat puas." Sambung ku memuji, namun harus sedikit berbohong karena aku tak di rekomendasikan oleh siapa pun untuk melakukan kerja sama dengannya, melainkan di dorong oleh rasa dendam ku yang seakan berkarat di hati.
Niko terlihat manggut-manggut mendengar penjelasan ku, meski aku juga tak dapat menebak apa arti dari ekspresinya yang terkesan datar itu.
"Baiklah, proposal anda saya terima untuk di pelajari lebih lanjut, nanti sekretaris saya akan menghubungi anda," pungkasnya mengakhiri pembicaraan.
'What?! Aku menunggu selama lebih dari 3 jam lamanya hanya untuk pembicaraan seperti ini?' kesal ku dalam hati.
Sungguh rasanya ingin sekali aku protes dengan apa yang baru saja di sampaikannya itu, kenapa harus menunggu lagi? bukannya bisa di putuskan saat ini? Lantas kenapa harus di tunda lagi?
"Maaf, berapa lama saya harus menunggu?" akhirnya aku tak tahan untuk tak bertanya padanya, dari pada pertanyaan itu terus mengganjal di hati ku, lebih baik ku tanyakan langsung saja.
"Anda bisa mencari event organizer lain jika anda tidak bisa cukup bersabar dengan cara kerja perusahaan kami, nona Jessika!" jawabnya membuat ku menjadi merasa menyesal karena telah menanyakan hal itu pada pria aneh dan sekarang menjadi sangat menyebalkan itu, bisa-bisanya dia berkata dengan bernada satir seperti itu.
"Bukan seperti itu maksud saya, hanya saja saya sebenarnya ingin segera melaksanakan acara fashion show itu berbarengan dengan ulang tahun saya, jadi biar moment nya pas, hanya saja jika saya harus mencari EO lain saya sepertinya sudah sangat cocok dengan Mahesa grup," kata ku sekuat tenaga menhan diri agar tak terpancing emosi karena sikap tengil yang terus di tunjukan oleh Niko.
Atau mungkin sebenarnya pembawaan Niko memang seperti itu, hanya saja aku yang tidak terbiasa dengan sikapnya yang terkesan menyebalkan itu menjadi merasa agak kesal dalam menghadapinya, terlebih ada embel-embel perasaan benci terhadap istrinya yang membuat semua perilaku Niko tak ada baik-baiknya dimata ku,selin wajahnya yang tampan.
"Tunggu lah, sekretaris saya pasti menghubungi anda!" Lagi-lagi jawabannya membuat hati ku merasa dongkol, dan ingin mencacinya dengan sumpah serapah karena sikap arogant nya itu.
Aku akhirnya memilih untuk berpamitan dan meninggalkan pria yang di awal perjumpaan mereka saja sudah membuat ku beberapa kali naik darah itu.
Entah lah, nasib buruk apa yang akan menimpaku di masa depan, karena kedepannya aku di pastikan harus banyak terlibat dan melibatkan diri dengan pria yang sangat menyebalkan itu.
Tapi lagi-lagi aku bertekad, aku tak akan menyerah semudah itu!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments